Bab 11

45 8 7
                                    

Pada hari keberangkatan, semua orang sudah berkumpul di luar perbatasan Ameryth pagi-pagi buta, lebih tepatnya di sebuah padang rumput pada batas terluar ladang yang cukup jauh dari jangkauan pengawas di tembok kota. Selain Marcus dan beberapa pegawai Dragenmore, Papa juga membawa para pelayan kediaman Lockwood untuk turut hadir.

"Kalian yakin sudah bawa semua yang diperlukan?" tanya Papa. "Bagaimana dengan pelembab berbau mengerikan itu?"

Connor menepuk tas punggungnya. "Aku sudah memeriksa lima kali."

"Dan kau, Cecil? Semua yang kau perlukan sudah ada?"

Cecilia mengangguk. "Kami akan menyelesaikan semuanya dengan cepat," janjinya.

"Aku tahu." Pria itu terdengar geram sekaligus putus asa. "Tidak lebih dari sebulan, paham? Kalau sampai itu terjadi, aku akan—"

"Menunggangi naga dan pergi ke Ramala Veliqar," sambung Connor. "Kami paham."

Cecilia tertawa kecil, dengan demikian keseriusan yang Connor pertahankan turut memudar dan senyum yang disembunyikannya kini sedikit terlihat berbekal bantuan cahaya lentera.

"Mungkin Papa bisa belajar menunggangi naga setelah ini," Cecilia menyarankan. "Connor bisa mengajarkan."

"Aku tidak yakin soal itu," Connor segera menyela. "Tapi bisa diusahakan."

Apa yang Cecilia dengar berikutnya hampir terasa tidak masuk akal. Papa terkekeh, dengan suara beratnya yang semula terdengar bak dengusan. Tapi pria itu tidak menutup-nutupi apa yang ingin diekspresikannya.

Kenapa hal-hal baik justru terjadi sebelum Cecilia dan Connor pergi jauh?

Terlepas dari itu, Cecilia tidak terlalu takut lagi dengan perjalanan ini. Dia tahu setelah pulang nanti, dirinya dan Connor akan kembali menjalani hidup mereka yang sibuk sebagai salah dua pendiri Dragenmore. Di sela-sela kesibukan, terdapat pula waktu bersantai bersama Papa yang barangkali akan disisipi dengan lebih banyak senyum dan tawa.

Ketika mendengar kepak sayap naga yang telah datang, Cecilia menghela napas panjang, meneguhkan dirinya. Sudah tiba saatnya untuk pergi.

Sycamore dan Marigold, beserta Elm dan keluarganya turut mengantarkan kepergian mereka. Baru saja tiba, Elm dan keluarganya sudah menyerbu Cecilia dengan pelukan perpisahan, membuatnya sedikit kewalahan menanggapi tubuh-tubuh kecil yang mencengkeramnya dengan penuh sayang.

"Kami akan merindukan roti buatanmu," Elm berkata penuh nestapa. "Satu bulan?! Bisa-bisanya kalian pergi selama itu? Aku sudah sengsara selama kau pergi dari Wirlow!"

"Tenanglah, Elm, satu bulan hanya batas maksimum. Kami akan kembali lebih cepat jika urusannya sudah beres."

"Sebaiknya begitu," dengus Elm. Dia merayap ke arah Connor dan turut memberikan pelukan perpisahan pada pria itu. "Sebaiknya kau kembali, Connor," Elm memperingati. "Atau aku akan masuk ke kamarmu dan merusak semua boneka kayu buatanmu."

Cecilia menerjemahkan ancaman tersebut. Connor terkekeh seraya mengusap kepala Elm. "Aku tidak akan meninggalkanmu lagi, Elm," janjinya. "Bukankah sudah kubilang padamu bahwa kali ini aku yang akan mengurus Cecil? Kau tidak akan kerepotan lagi."

"Aku tidak merepotkan," Cecilia memprotes.

Elm masih terlalu berat untuk melepas temannya. Di tengah momen perpisahan itu, para peri sibuk membantu penyihir untuk naik ke naga masing-masing. Sycamore mendekat ke arah Cecilia dan menundukkan kepalanya, menyambut tangan Cecilia yang terulur.

"Sampaikan salamku pada Viel dan Karst," ucap Cecilia tatkala mengingat naga tanah dan naga batu yang telah menjadi teman baiknya itu. "Sayang sekali mereka tidak bisa hadir."

The Cursed Blessing [#2]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora