Bab 12

56 7 16
                                    

Perjalanan hanya terasa menyenangkan di awal. Ketika nyeri pinggang dan kebosanan mulai melanda, Cecilia tidak lagi bersemangat selama sisa perjalanan.

Perlu waktu lima hari menyeberangi Samudera Birvawa untuk mencapai tujuan mereka. Sebagian besar waktu, Cecilia tidak melihat apa pun yang menarik. Rombongan mereka sempat melewati Pulau Feruel, yakni wilayah tandus tak bertuan yang telah dihuni naga api sejak lama. Tetapi rombongan mereka mengambil jalur memutar yang jauh karena tidak ingin mengusik penghuni pulau itu. Lagi pula, naga api sudah mengawasi dari kejauhan, menanti kesempatan menyergap jika ada salah satu dari rombongan Cecilia terbang terlalu dekat ke Feruel.

Sesekali naga yang ditunggangi Cecilia terbang di dekat samudera, membiarkan Cecilia mengamati naga laut yang berenang di bawah permukaan air. Bahkan si naga tahu sebosan apa penunggangnya. Cecilia telah berbicara dengan semua naga yang turut serta dalam perjalanan ini selama mereka terbang. Lalu ketika mendarat di pulau-pulau kecil untuk beristirahat, dia akan menghabiskan waktu bersama para penyihir.

Selain Aeryn, terdapat dua penyihir perempuan lain yang ikut dalam perjalanan. Keduanya seangkatan dengan Aeryn selama menempuh pendidikan di Akademi Sihir. Pada perhentian pertama selama perjalanan, Cecilia sudah langsung akrab dengan kedua penyihir itu.

Ada Giana Auburn, si penyihir penggila permainan papan yang membawa papan catur berukuran kecil untuk menemaninya selama perjalanan membosankan ini. Dia dan Aeryn bermain catur pada setiap perhentian, sampai Aeryn mengaku—secara diam-diam—kalau dia akan muntah kalau Giana mengajaknya main satu ronde lagi. Maka Cecilia menggantikan posisi temannya itu, berhubung dirinya pun bosan akibat kurangnya kegiatan. Giana ahli dalam permainannya, dan dia hanya kalah karena berbaik hati membiarkan Cecilia menang.

Kemudian ada pula Selen McGlory, yang menghabiskan banyak waktunya dengan menyulam. Dia menyelesaikan satu sapu tangan yang sudah dikerjakannya sejak sebelum memulai perjalanan dan memberikannya pada Cecilia sebagai hadiah perkenalan.

Para lelaki cenderung lebih pendiam di awal perjalanan, tetapi seiring berjalannya waktu mereka mulai cukup terbuka pada satu sama lain. Salah satu penyihir, Darren, mencoba dua resep memanggang ikan yang dia dapatkan dari nenek buyutnya. Cecilia tidak tahu seenak apa rasanya, tetapi Connor makan empat ekor ikan dengan lahap berkat resep tersebut.

Di sisi lain, para peri berkumpul dengan kaum mereka sendiri. Sampai perhentian terakhir mereka dalam perjalanan, hanya Vira yang sering bergabung dengan Cecilia dan Connor.

"Selancar apa penduduk Ramala Veliqar dalam berbahasa Ellesvore?" tanya Aeryn, pada saat makan malam.

"Well, mengingat Marcus Wickham sudah tinggal sangat lama bersama kami, sebenarnya rata-rata berbicara cukup lancar. Setidaknya untuk percakapan dasar," jelas Vira. "Tetapi justru kaum kresdovar punya kemampuan berbahasa Ellesvore yang lebih baik, terlebih karena Connor pernah tinggal di antara mereka."

Cecilia melirik kakaknya sekilas, yang sekarang sedang duduk di sebelahnya.

Mendengar namanya disebut, Connor mendengus. "Aku bersyukur mereka mau belajar, atau aku sendiri pun akan lupa bahasa ibuku."

"Bagaimana tanggapan ratu kalian terhadap bahasa asing semacam itu?" Aeryn kembali bertanya. "Kurasa dia bukan tipikal orang yang menyukai hal semacam ini."

"Ratu Eleonora mengizinkan pelajaran bahasa ini, tetapi," Vira merendahkan suaranya, "kurasa dia berlaku demikian hanya karena keberadaan Marcus yang merupakan seorang Putra Naterliva."

"Mengajarkan bahasa Ellesvore mengingatkan Marcus pada tempat asalnya," tambah Connor. "Selain itu, perkembangan bahasa Ellesvore membantu Marcus dan diriku beradaptasi di sana."

The Cursed Blessing [#2]Where stories live. Discover now