Bab 22

43 7 5
                                    

Freya tidak bisa mengharapkan satu saja hari yang tenang bila Shadrick terus bernapas.

Dirinya sedang asyik membaca buku sejarah penciptaan ketika teriakan membelah malam. Dengan kecepatan kilat, Freya menyambar selendang lalu berlari menuju sumber suara yang berasal dari luar kediaman. Dia tidak lagi menuruni tangga. Freya berlari ke arah balkon yang menghadap ke serambi kediaman Eleonora dan melompat turun ke bawah.

Terlalu banyak hal untuk dicernanya. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah kilatan cahaya kebiruan yang memancar keluar dari tangan Aeryn.

"Pikirkan baik-baik, Penyihir!" Shadrick berteriak. "Kau berani melukaiku, maka seluruh rombonganmu akan menerima akibatnya."

Masa bodoh dengan ancaman itu, Aeryn mengempaskan sihir ke penjaga di sekitarnya, kemudian kepada Shadrick. Freya sendiri merasakan embusan angin kencang yang Aeryn gunakan untuk melempar semua orang menjauh.

Sebelum Cecilia jatuh menghantam tanah, Aeryn sudah lebih dulu bangkit dan meraihnya ke dalam pelukan. Penyihir itu menggeram ke arah Shadrick yang sudah berhasil bangun. "Lukai temanku dan kau akan terima akibatnya!" teriaknya, mengutip ancaman Shadrick tadi.

Sang pangeran mengeluarkan dua bilah belati panjang dan berlari ke arah Aeryn yang masih sibuk mencoba mengangkat Cecilia. Makian demi makian melintasi kepala Freya selagi dia melintasi halaman depan dengan kecepatan tinggi, menerjang Shadrick yang terlalu dibutakan amarah untuk menyadari kehadirannya. Shadrick jatuh dengan tubuh duluan mengenai tanah. Tubuh Freya berada tepat di atasnya, menahan Shadrick tetap di bawah.

"Apa kau GILA!?" Suara Freya berubah dari geraman rendah ke teriakan mematikan.

"Tanyakan pada Putri Naterliva dan penyihir itu!" Shadrick mendesis, berusaha menjauhkan wajahnya dari tanah. "Memiliki berkat sang dewi tidak berarti dia bebas melanggar peraturan negeri ini! Dia membawa kresdovar masuk ke desa tanpa izin!"

"Kita tidak perlu kresdovar di desa ini untuk membawa sial, karena kau akan segera menimbulkan kesialan jika membunuh tamu kita," maki Freya. Diempaskannya tubuh Shadrick menjauh agar dia bisa mendekati Cecilia. "Ada apa dengannya?"

"Aku tidak tahu." Aeryn terdengar jauh lebih panik. "Dia menggantikan hukuman Espen, lalu tubuhnya membeku."

Sial. Freya mengangkat tubuh Cecilia tanpa pertanyaan lebih lanjut. Dua prajuritnya keluar dari dalam kediaman begitu mendengar keributan. Kepada mereka Freya segera memerintah, "Mehir, antar adikku kembali ke desanya. Hilda, ikut denganku."

"Tidak bisa!" Shadrick berjalan ke arah Freya. Tetapi dua prajurit tadi telah dengan cepat bekerja sesuai perintah masing-masing. "Apa kau sungguh akan membiarkannya lolos hukuman begitu saja?"

"Cecilia sudah menggantikannya, anggap itu impas," Freya membalas dengan gigit terkatup rapat, menahan mulutnya agar tidak menyemburkan lebih banyak makian. "Kau beruntung bila benak Putri Naterliva masih bisa dibetulkan, Shadrick, atau bencana akan melanda desa ini."

Shadrick tidak menyerah begitu saja. Langkahnya terus berusaha menyamai langkah Freya. "Lalu bagaimana dengan penyihir ini?" Shadrick menarik tangan Aeryn dan menuding ke arah wajahnya.

"Lepaskan dia," Freya menyuruh. Terpaksa dirinya berhenti dan berbalik ke arah Shadrick. Tatapan mata keduanya bertarung dalam diam dan Freya tidak mundur semudah itu. Segala niatnya untuk membunuh Shadrick dikumpulkannya ke mata agar pria itu paham kesabaran Freya sedang tidak ingin diuji. "Tugasnya melindungi Putri Naterliva. Kau menyerang mereka."

"Demi kebaikan desa ini dan peraturan yang telah kita tetapkan secara turun-temurun!" raung Shadrick, melepas segala murka. Freya tidak peduli. Segera setelah Aeryn berhasil melepas dirinya sendiri, mereka bergegas ke kamar Cecilia.

The Cursed Blessing [#2]Where stories live. Discover now