Bab 44

60 7 2
                                    

Keadaan tidak akan bertambah baik.

Freya tahu cepat atau lambat dia perlu pergi ke desa untuk memeriksa keadaan orang tuanya. Syukurlah Alder masih bersedia membawanya ke sana, walau jelas-jelas sang naga amat membencinya saat ini. Tidak peduli meski Freya sudah melakukan yang terbaik untuk mengusahakan perdamaian, sebab pada akhirnya suaminya yang tolol itu mengacaukan semua dari atas hingga fondasi terbawah.

Ada segelintir rasa syukur dalam diri Freya. Minimal dia tidak bisa mendengar ocehan Alder. Freya cuma berdoa sang naga bukan ikut karena mau membakar habis desanya.

Kondisi desa utama tidak jauh berbeda dari desa mati. Meski Freya bisa melihat beberapa pergerakan di bawah sana. Peri-peri mendongak dan mulai ribut saat melihat seekor naga mendarat di antara mereka, disusul Freya yang turun dari sana.

"Meela Revala!" Seorang perempuan berlari ke arahnya.

Freya menyambut wanita itu. "Bagaimana keadaan semua orang? Keluargaku?"

"Jenderal Elosvari dan istrinya pergi dari hutan ini bersama pasukan mereka. Peri yang dianggap mengkhianati Eleonora akan dihukum mati!" Wanita itu tersedu-sedu. "Suami dan putraku direnggut paksa dariku karena mereka dicap sebagai pengkhianat. Entah apa lagi yang harus kuperbuat!"

Para warga kelas bawah yang menerima ancaman serupa turut mendekati Freya, menyerukan permintaan pertolongan. Di situasi yang berbeda dia akan tersanjung dengan uluran-uluran tangan yang memohon belas kasih itu, akan tetapi sekarang dia serasa hendak dicekik oleh para penduduk.

Tidak butuh waktu lama hingga prajurit Eleonora menyadari kehadirannya. Mereka berjalan ke arah Freya, tetapi tidak berani datang lebih dekat karena kehadiran sosok Alder yang bak sebuah tameng. Biar bagaimanapun, Freya masih mendapatkan belas kasih dan perlindungan sang naga karena telah membantu Cecilia.

Para penduduk tadi buru-buru memberi jalan bagi Freya, membiarkannya menghadap para prajurit. "Bawa aku pada sang ratu," Freya menyuruh. "Ada hal penting yang perlu kami bicarakan."

Setelah saling pandang, para peri baru bergerak ketika mendapat desisan galak dari Alder. Naga itu pasti lebih tidak sabaran lagi dalam menghadapi Eleonora, dia bahkan tidak ingin menunggu di luar saja sementara percakapan berlangsung. Maka begitu mereka berada di dekat kediaman Eleonora, Alder menghentikan Freya, menyuruh para penjaga memanggil sang ratu dengan dengusannya.

"Tolong ikut kami ke dalam," salah satu prajurit meminta.

Freya menuruti Alder dan bersikukuh tetap di tempatnya. "Alder ingin sang ratu dibawa kemari."

"Mir revala, ketidaksopanan ini tidak dapat kami toleran—"

"Aku lebih tidak bisa menoleransi kebodohanmu," desis Freya. "Membela ratu yang sudah jelas-jelas menimbulkan kekacauan ini? Menghancurkan segala sesuatu yang telah susah payah dijaga?" Freya mengeraskan suaranya, "Kalian tahu, ratu yang kalian puja itulah yang menyebabkan Putri Naterliva marah dan melepas kresvera-nya!"

Penduduk yang menguping langsung heboh di belakang mereka, walau dengan segera ditenangkan oleh teriakan penjaga. Beberapa peri bersenjata menodongkan tombak kepada kerumunan yang mencoba mendekati mereka, mengusir telinga-telinga yang ingin mendengar lebih banyak.

"Tuduhan tidak berdasar ini amatlah menghina, meela detri."

Freya kadang ingin mencungkil bola matanya sendiri daripada melihat Eleonora. Meskipun demikian, ada sedikit kepuasan saat melihat sang ratu berada dalam kondisi kacau. Rambutnya tidak lagi ditata dengan gaya megah, tetapi digerai. Kerutan yang terukir di wajahnya terlihat semakin dalam meski baru lewat sehari setelah insiden yang melanda Ramala Veliqar. Gaun hijau penuh wibawa yang senantiasa dikenakannya kini digantikan dengan pakaian kecokelatan yang selalu dipakai untuk berburu. Di sebelah sang ratu, putranya turut hadir dengan gaya berpakaian serupa.

The Cursed Blessing [#2]Where stories live. Discover now