Bab 33

53 8 9
                                    

Sesuatu dalam diri Cecilia mengatakan ada yang salah malam itu, walau dia tidak tahu apa.

Peri yang membantunya menata penampilan sudah menyelesaikan tugasnya. Cecilia jarang mengenakan gaun berwarna merah, terlebih dengan potongan yang cukup terbuka. Walau sang pelayan telah menambahkan selendang emas hadiah Arleni Wynnorley untuk menutupi lengan dan dadanya yang lebih terekspos dibanding biasanya, tetap saja Cecilia merasa dirinya sedang telanjang. Untunglah bagian bawah gaun menjuntai hingga mata kaki sehingga menutupi segala sesuatu. Rambutnya telah ditata dalam kepangan erat dan dibentuk menjadi mahkota di sekitar kepalanya.

Cecilia menyibukkan pikiran dengan mengingat kembali rangkaian upacara yang harus diikutinya serta gerakan tari yang akan dibawakan nanti. Connor dan Freya sudah mempersiapkannya dengan baik dalam waktu singkat. Lebih dari semua itu, Cecilia harus meneguhkan hatinya untuk pengumuman yang akan dia sampaikan.

Semoga para naga tidak lupa dan hadir tepat waktu.

"Vel Vresa," seorang pelayan yang baru masuk memanggilnya, "sudah waktunya."

Cecilia berdiri, mengamati penampilannya sekali lagi dan membetulkan posisi selendang agar menutupi area di sekitar lehernya, lalu berjalan keluar. Teman-temannya menunggu di luar, sama-sama terkesiap ketika melihat penampilan Cecilia yang berbeda dari biasanya. Dia pun terkagum-kagum melihat semua teman perempuannya dalam balutan gaun dan perhiasan khas Ramala Veliqar yang telah dipinjamkan Freya. Berbeda dari perempuan lainnya yang tidak masalah dengan lengan gaun pendek atau potongan dada yang rendah, para penyihir perempuan memilih menutupi tubuh dengan selendang, sama seperti Cecilia.

Mula-mula mereka pergi ke tepi hutan, menyambut para tamu dari desa sebelah yang telah diundang hadir. Cecilia bisa melihat Espen dan Servi di antaranya. Servi melambai penuh semangat dengan wajah kagum yang dilebih-lebihkan sambil menunjuk pakaian Cecilia. Melihat semua itu, Cecilia hanya tertawa kecil sambil memuji balik Servi dengan gerakan mulutnya. Dicobanya untuk memfokuskan perhatian kepada Servi daripada harus melihat Espen dalam balutan pakaian resminya. Pemuda itu berpenampilan jauh lebih rapi, membuat Cecilia sadar dirinya merona tanpa alasan jelas.

Pendeta Eldren mempersilakan Cecilia untuk memimpin kegiatan penyucian ini. Porsedurnya cukup mudah: Cecilia hanya memberkati air dengan doa yang telah diajarkan kepadanya, lalu mengambil bunga krisan merah yang direndam di dalam sana untuk dikibaskan kepada para peri. Setelahnya, dia juga perlu mengikat kain merah pada lengan kanan mereka sebagai pertanda bahwa mereka telah mendapatkan izin untuk masuk.

Ketika tiba di depan Espen, mendadak Cecilia tidak begitu ingat caranya mengikat yang benar. Tatapan Espen padanya terlalu intens, tetapi dia tidak tersenyum atau berbasa-basi. Alhasil dia kelihatan seperti hendak meremukkan Cecilia.

"Tidak bisakah kau tersenyum?" Cecilia mengeluh sambil memaksakan kepalanya untuk mengingat-ingat cara mengikat tali yang benar. Begitu berhasil, dia menaikkan pandangan. Wajah datar Espen kini dihiasi seulas senyum, walau tentunya tidak terlalu lebar.

Sekarang Cecilia lupa caranya bicara, bernapas, atau bergeser ke samping untuk peri berikutnya. Begitu bodoh dirinya sampai-sampai pendeta harus membimbingnya ke peri berikutnya. Cecilia masih bisa melihat Espen mengulum bibir, berjuang menahan tawa.

Proses penyucian selesai dan Servi langsung memeluk Cecilia. Wajahnya menandakan bahwa dia menahan-nahan pekikan girang. "Kau seperti keajaiban berjalan, kapan lagi kami boleh hadir kalau bukan karenamu?"

"Sebenarnya, Freya berperan besar dalam memastikan kehadiran kalian. Selain itu, warna merah terlihat cocok padamu, Servi."

Senyum Servi merekah kian lebar. "Kelihatan cocok padamu juga."

The Cursed Blessing [#2]Where stories live. Discover now