Bab 37

45 7 13
                                    

Pertemuan antara para peri, naga, dan perwakilan Ellesvore telah berlangsung semenjak tadi pagi dan menghasilkan keputusan akhir. Freya, Espen, dan Shadrick akan dikirim untuk menemui pemimpin Ellesvore.

Kehadiran para naga yang terus ikut dalam mengawasi segala keputusan amat memudahkan Cecilia dan teman-temannya. Para nagalah yang berpendapat bahwa Freya dan Espen perlu ikut serta, mengingat mereka juga yang menemui Raja Avinas pada kerja sama sebelumnya. Yang lebih baik lagi, upacara pengembalian nama Connor akan dilangsungkan besok. Kemudian lusanya, mereka akan kembali ke Ellesvore.

Cecilia tahu kebahagiaannya meluap-luap sampai dia hampir memenuhi seisi Ramala Veliqar dengan kuntum bunga. Dia bahkan tidak yakin bisa duduk-duduk saja atau beristirahat, sementara sekujur tubuhnya terlalu dipenuhi semangat yang berapi-api. Kalau saja waktu bisa dipercepat dengan jentikan jari, Cecilia sudah pasti melakukannya.

"Kalau para naga memang punya pengaruh sebaik itu, kenapa tidak dari awal saja mereka suruh Eleonora melanjutkan kerja sama ini?" Cecilia bertanya kepada sang kakak dalam perjalanan mereka menuju desa sebelah. Espen masih harus dikabari mengenai berita gembira ini.

"Para naga tetap membutuhkan persetujuanmu. Toh, kau yang tinggal di Ellesvore dan bisa menentukan apakah kita memerlukan bantuan peri atau tidak," jelas Connor. "Sekarang kita hanya perlu berharap perundingan di Ellesvore nanti akan berjalan lancar atau semua ini tidak akan ada gunanya. Aku lebih khawatir dengan reaksi para penyihir, terutama Richard."

Mendengar nama itu langsung menurunkan kadar kegembiraan Cecilia, mengingatkannya pada biang masalah yang masih menunggu di Ellesvore. "Kurasa ada yang terjadi saat kita pergi," Cecilia berkata, dengan enggan mengungkapkan kerisauannya. "Sycamore selalu kedengaran tergesa-gesa saat menyampaikan pesan Marcus."

"Sudahkah kalian bicara lagi?"

"Belum, tapi nanti akan kuberi tahu dia setelah kita menemui Espen."

Connor menoleh sedikit ke arahnya. "Tidak usah terlalu senang."

"Apanya?" Cecilia menahan-nahan senyum. "Memangnya aku tidak boleh senang dengan semua kabar membahagiakan ini?"

"Kau tahu apa maksudku, Cecil."

Cecilia menyikut pelan bahu kakaknya. "Kalau kau terus memasang wajah seperti itu, Espen akan tahu lebih cepat."

Pemuda itu menaikkan salah satu alisnya, pura-pura berpikir. "Itu lebih bagus, sebenarnya. Dengan demikian kau akan lebih cepat mendapat jawabanmu."

Dengan mulut terperangah, Cecilia bersedekap. "Mengganggu adikmu dengan cara seperti ini bukanlah perbuatan terpuji, Connor Lockwood."

"Aku hanya mencoba membantumu," Connor membela diri. "Aku kakak yang suportif."

Cecilia memutar bola mata. Connor hanya terkekeh, merangkul adiknya mendekat. "Kendati aku tidak sepenuhnya mendukung, senang rasanya berkesempatan melihat adikku jatuh cinta."

"Connor," Cecilia mendesis malu. Kepalanya langsung menoleh ke sekitar, berharap tidak ada yang mendengar.

"Kenapa? Bukannya kau mencintainya dengan segenap hidupmu?" Connor mendramatisasi gaya bicaranya. Punggung tangannya diletakkan di dahi dengan gaya gemulai yang berlebihan.

Cecilia mendorong kakaknya menjauh, tak kuasa menahan gelak tawa. "Hentikan! Kita sudah hampir sampai, jangan sampai mereka melihatmu bertingkah konyol."

Para peri menunjukkan raut yang lebih cerah ketika melihat Connor dan Cecilia datang. Beberapa bahkan mendekat, meminta detail dari kejadian semalam. Suasana Hari Darah masih terasa kental di desa ini, terlihat dari ornamen pita merah yang belum dilepas, walau kain yang digunakan di sini terlihat jauh lebih kusam dibandingkan desa utama.

The Cursed Blessing [#2]Место, где живут истории. Откройте их для себя