Bab 35

40 8 6
                                    

Bastian sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk malam itu.

Dia hanya mendapat sedikit istirahat di tengah rangkaian kesibukannya hari ini, padahal rasa kantuk membuat kepalanya terasa lebih berat dari biasanya. Semenjak mendengar penemuan aneh Marcus, tidurnya pun menjadi tidak begitu nyenyak. Beberapa mimpi aneh terus menggentayanginya tatkala menutup mata, tapi saat terbangun, Bastian melupakan segala sesuatu.

Ketika malam ini tiba, mendadak kesadaran Bastian kembali; kewaspadaannya meningkat pesat. Dirinya berasumsi semua itu ditimbulkan oleh pacuan adrenalin yang menggebu-gebu. Dia dan Marcus akan menyusup, memata-matai musuh. Seumur-umur Bastian tidak ingat dirinya pernah melakukan hal semacam itu. Yang dia tahu, kesehariannya seharusnya dipenuhi dengan pertemuan bisnis dan tumpukan dokumen, kemudian pulang ke rumah untuk menikmati waktu bersama keluarganya. Kesederhanaan semacam itu telah menjadi kenangan masa lalu semenjak segala huru-hara dragenologi ini bermula.

Mereka diantar oleh para naga beberapa kilometer jauhnya dari lokasi yang dimaksud sehingga Bastian dan Marcus harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Malam itu tenang, disertai paduan suara jangkrik dan binatang malam lainnya yang tidak Bastian kenali suaranya satu per satu.

"Apa mereka sedang bicara sekarang?" tanya Bastian.

Kalaupun Marcus mengangguk, Bastian tidak bisa melihatnya. "Mereka selalu berbicara, sama seperti kita. Hanya saja aku tidak menggunakan kekuatanku untuk mendengarnya saat ini."

Demi menghindari kewaspadaan dari lawan, mereka berdua berjalan tanpa pencahayaan apa pun. Seolah mendukung ketegangan suasana malam itu, bahkan bulan menolak membagi sinarnya untuk sekadar sedikit menerangi jalanan hutan yang tak beraturan. Namun tentu saja Bastian tidak perlu khawatir karena rupanya Marcus memiliki penglihatan malam khas hewan—seharusnya Bastian tidak terkejut lagi saat mendengar itu, tapi demi dewi, kedengarannya agak aneh sekaligus menakjubkan.

"Bisakah aku menanyakan sesuatu?" Bastian menjaga suaranya tetap tersamarkan di tengah percakapan hewan malam yang berlangsung.

"Silakan."

"Kau pernah bilang pengalamanmu dengan penyihir tidak begitu baik," singgungnya, "apa ini ada hubungannya dengan si Denavon itu?"

Seumur-umur Bastian belum pernah mendengar soal nama itu, pertanda Aurellie Denavon bukanlah penyihir yang ternama. Atau gara-gara Tahun Api, namanya dan keluarganya telah tersapu bersih dari sejarah. Terakhir kali Bastian menyebutkan nama perempuan itu, Marcus seakan hendak menghancurkan dunia.

Bastian bisa merasakan ketegangan dari bahu Marcus yang dipeganginya sejak tadi. Selama beberapa saat, suara embusan napasnya terdengar lebih keras.

"Mungkin tidak sebaiknya kutanyakan," Bastian buru-buru menambah. "Maaf, aku tidak berpikir panjang. Itu malah menjadi topik pertama yang terpikir—"

"Dia pernah menjadi salah satu temanku."

Bastian bersyukur Marcus tidak bisa melihatnya melotot. Belum lagi, pernyataan barusan dilontarkan dengan nada pahit.

"Semula Aurellie mengaku tertarik dengan dragenologi dan barangkali dia memang sungguh berminat. Lambat laun, dia ingin tahu lebih dari sekadar ilmu biologis dari naga. Dia ingin tahu apa yang terkandung lebih jauh di dalamnya; apa yang membuat hewan-hewan ini begitu luar biasa." Marcus terhenti sejenak, napasnya kian terdengar berat sampai-sampai bila didengar sekilas, Bastian akan mengira dia sedang kelelahan.

"Marcus?" Bastian membantu pria itu mengembalikan keseimbangan tubuh yang goyah.

"Maaf," suara Marcus terdengar parau, hampir seperti sedang menangis, "dia... dia tidak terima saat aku menolak membantunya dan malah melaporkannya atas penelitian ilegal itu."

The Cursed Blessing [#2]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ