Bab 26

39 7 6
                                    

Cecilia menghabiskan sebagian besar sisa harinya di kamar Aeryn, menemani temannya yang masih kelelahan itu sekaligus membagi ceritanya hari ini. Walau Cecilia harus melewatkan beberapa detail tentang percakapan tak senonoh Shadrick dengan kekasihnya, tapi masih menceritakannya secara umum.

"Sang pangeran itu pasti sangat sulit dihadapi sampai-sampai kau kabur," komentar Giana. "Lalu mengenai si Jenderal itu, siapa sangka dia baik? Terakhir kulihat wajahnya kelihatan ingin menghancurkan orang-orang."

"Tidak jauh berbeda dari Freya," celetuk Aeryn. "Kalian seharusnya lihat semalam saat dia menghadapi Shadrick. Benar-benar memancarkan aura membunuh."

Giana bergidik, tetapi alih-alih ketakutan dia justru kelihatan semangat. "Pasti keren sekali. Mata seperti Freya memang cocok untuk mengintimidasi seseorang."

"Aku tidak percaya dia masih mengampuni Shadrick setelah pemuda itu menamparnya," tambah Selen. "Omong-omong, apa yang kau lakukan semalam benar-benar di luar nalar, Cecil."

Aeryn melirik tajam ke arahnya. "Berhubung Selen sudah menyinggung hal tersebut, aku harus menuntut jawaban atas tindakan konyolmu itu, Cecilia Lockwood."

Sambil mengerang, Cecilia memeluk bantal lebih erat. "Kumohon jangan bahas itu lagi. Aku bahkan terkejut Shadrick memintaku menggantikan Espen."

"Lalu kau terima begitu saja?!" Aeryn bertanya jengkel, bersamaan ketika Giana berkata, "Menurutku itu keren."

"Keren?" Aeryn kini menoleh ke arah temannya. "Kau saja yang tidak berada di sana, Magistra Auburn. Jantungku nyaris berhenti berdetak."

"Tapi dia membela temannya," Giana justru mendukung.

Ketidaksetujuan masih membuat air muka Aeryn keruh, tetapi ketika dia menoleh kembali kepada Cecilia, sepertinya ada sedikit pemahaman dalam tatapannya. "Aku tetap tidak menyetujui tindakan nekatmu semalam. Namun, aku paham jika kau mau membela teman baikmu, Cecil. Biar bagaimanapun, Mr. Elosvari peduli padamu."

Yang Aeryn maksudnya pastilah kepedulian selayaknya seorang teman. Tapi Cecilia malu tanpa alasan. Benaknya berkeliaran tanpa tentu arah sampai-sampai dia harus mengalihkan percakapan. "Kondisimu sendiri bagaimana, Aeryn? Tidak biasanya kau kelihatan sepenat ini."

"Sebenarnya ada apa denganmu?" Giana turut bertanya heran. "Maksudku, kau kelihatan pucat sampai sekarang."

"Perjalanan kita panjang sekali, Giana," Selen mengingatkan dengan maklum. "Pasti Aeryn kelelahan."

"Atau dia stres memikirkan suaminya yang berada nun jauh di Ellesvore," canda Giana, langsung dibalas dengan sikutan memperingati dari Selen. "Tidak bisa tidur karena ranjangmu kosong, Aeryn?

Aeryn mendesah, sama sekali tidak membantah. "Aku memang rindu sekali dengan Bastian akhir-akhir ini. Rasanya mau menangis setiap kali terbangun di malam hari dan—" Wajahnya sedikit merona, dan Aeryn berdeham, "yah, pokoknya, mungkin aku juga khawatir dengan kondisi suamiku dan dengan keadaan kita di sini."

Disertai gelengan kecil, Cecilia mengusap bahu Aeryn. "Berbaringlah dan biar aku memijat kepalamu. Seharusnya kau tidak memenuhi pikiran dengan hal-hal memusingkan semacam itu dalam kondisi lelah."

Tanpa mencoba menolak, Aeryn membaringkan kepala di atas pangkuan Cecilia, membiarkannya memberi pijatan pada kulit kepala.

"Saking banyaknya yang terjadi aku sampai hampir lupa membahas soal permintaan Alder," topik baru muncul dari Giana. "Cecil, kau bilang para naga ingin kaum peri kembali bekerja sama dengan kita, benar? Bagaimana tanggapanmu soal itu?"

"Menurutku kita sudah melakukan segala sesuatu dengan baik," celetuk Selen. "Mr. Wickham bisa mengatasinya."

Giana berdeham, "Mungkin sedikit bantuan ada bagusnya. Pria itu sudah tua, Sel."

The Cursed Blessing [#2]Where stories live. Discover now