Chapter 6 : Dicampakkan

17 6 0
                                    

Setelah beberapa saat berkendara, Wulan pun sampai dan langsung menghampiri Arsya yang sudah menunggunya.

"Maaf aku terlambat," ucap Wulan sambil duduk dihadapan Arsya.

"Apa kamu sudah lama menunggu?"

"Hmmm, beberapa menit yang lalu," jawabnya acuh.

"Kamu kenapa?" tanya Wulan yang heran dengan sikap Arsya.

"Apa kamu bertengkar dengan Ireen?🤨"

"Hahh, jangan sebut namanya. Aku benar-benar muak😒."

"Ada apa, hmm?" tanyanya dengan lembut sembari menggenggam tangan Arsya.

"Aku gak tahan dengan dirinya. Dia tak seperti mu," jawab Arsya kembali menggenggam tangan Wulan.

"Ya memangnya dia kembaran ku?😅
Tentu saja kami berbeda, Sya."

"Aku takkan menghabiskan waktu ku di rumah dengan dirinya yang seperti itu. Aku akan sering menginap di apart kita aja."

"Benarkah?
Tapi, apa keluargamu takkan curiga?
Bisa saja kan dia mengadu nanti?"

"Aku akan buat dia tutup mulut😏.
Dan, kalaupun orang tua ku menanyakannya, aku akan bilang kalau aku lembur di kantor dan berakhir ketiduran."

"Hmm, baiklah.
Ahh iya, apa kamu mau tau sesuatu hal yang menarik?😏"

"Apa?" tanya Arsya sambil memakan sarapannya.

"Sepertinya Ireen dan Jo memiliki hubungan deh. Semalam aku liat wallpaper HP Jo adalah foto Ireen. Jo juga mengigau dan memanggil Ireen dalam tidurnya."

"Benarkah? Hmmm?
Sepertinya menarik. Itu bisa menjadi alasan aku dan dia untuk bercerai," ucap Arsya tersenyum sinis.

"Tapi belum pasti juga sih apa hubungan mereka. Aku sudah meminta Azka untuk menyelidikinya. Kita tunggu saja kabar darinya."

"Baiklah.
Kalau gitu, apa kamu setelah ini ada pekerjaan yang harus di selesaikan?"

"Sebenarnya tidak ada sih, aku sudah menyelesaikannya kemarin malam. Aku hanya tak mau di rumah berdua dengannya😒."

"Bagaimana kalau kita ke apart aja?☺ Sudah lama aku tak bersenang-senang dengan mu," ajak Arsya sambil berbisik.

"Ehmm, baiklah🤭."

Setelah dari cafe, Arsya dan Wulan pergi ke apartemen pribadi mereka berdua.

"Kalau gini terus, aku akan sering beralasan untuk lembur," ucap Arsya yang langsung berbaring di kasur saat mereka sudah sampai.

"Hahhaha, ya kan wajar saja kalau kamu lembur. Kamu harus mengerjakan semua pekerjaan kantor. Jadi tak masalah kan kalau kamu lembur," ucap Wulan sembari berbaring di samping Arsya.

"Semuanya akan aku serahkan pada sekretaris ku. Yang penting, kita bisa bersama," jawab Arsya yang kemudian menindih Wulan.

"Kamu tau, aku sangat, sangat merindukan mu," ucap Arsya sambil membelai wajah Wulan lembut.

"Benarkah? Kita kan baru saja bertemu 3 hari yang lalu," ucapnya sembari memiringkan kepala menatap Arsya.

"Tetap saja aku merindukan mu. Sebelumnya kita tak pernah melewatkan 1 hari pun untuk bersama," jawab Arsya yang kemudian mulai menciumi Wulan.

Wulan hanya diam sembari membalas ciuman Arsya.

Arsya dan Wulan pun menghabiskan waktu bersama hingga malam pun tiba.

Malam harinya, Arsya terbangun dari tidurnya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 23:30. Ia pun membangunkan Wulan yang masih tertidur dengan memeluk dirinya.

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Where stories live. Discover now