Chapter 15 : Pelampiasan

15 7 0
                                    

Beberapa hari pun berlalu, Ireen tetap menunjukkan perubahannya bahkan walaupun di rumah. Arsya yang tak tahan melihatnya entah kenapa tiba-tiba menghubungi Wulan dan mengajaknya bertemu di apartemen.

Wulan awalnya sempat menolak karena ingin bersama dengan Jo, namun pada akhirnya pun ia menyetujui ajakan Arsya dan bergegas pergi tanpa memberitahukannya pada Jo.

Sesampainya di apartment, Wulan menemukan Arsya yang sedang berbaring di kasur pun berjalan mendekatinya.

"Sya, apa kamu tidur?" tanya Wulan lembut.

"Eh, Wulan? Kamu datang juga akhirnya. Kenapa kamu tadi menolak untuk bertemu dengan ku?"

"Ahh, aku hanya sedang tak enak badan saja," jawabnya beralasan.

"Benarkah? Kamu, sakit?" tanya Arsya lagi sembari bangun dari rebahan nya dan memeluk Wulan dari belakang.

"Enggak kok, tamu bulanan ku datang, jadi ya gitu😅."

"Yah, secepat itu?" tanya Arsya manja sambil menciumi pundak Wulan.

"Iy-iya, bulan ini datang terlalu cepat.
Mungkin karena aku stress jadi jadwalnya kacau," jawab Wulan sembari menangkup wajah Arsya untuk menghentikannya.

"Ya baiklah, tapi mungkin sekedar itu bisa aja kan ya," ucapnya seraya mendekati wajah Wulan.

"Ehmm, apa aku punya pilihan?" tanya Wulan pelan.

"Pilihan? Pilihan apa?"

"Buk-bukan apa-apa. Kumohon jangan meninggalkan tanda ya."

"😏Kenapa? Apa suamimu itu mengetahuinya?"

"Ehmm, iya😓," lirih Wulan sembari menundukkan wajahnya.

"Terus? Apakah dia ada minta cerai? Kalau ada, berarti aku harus ekstra membuat mu lebih dari hanya memberikan tanda," ucap Arsya sambil mulai mencium leher Wulan.

"Akhh....
Tid-ak, Jo ha-nya marah😖."

"Kalau gitu kali ini dia harus lebih marah lagi supaya menceraikan mu," sahut Arsya sembari menggigit dada Wulan.

"Aakh! Sya, sakit~" ucap Wulan sembari menggenggam kuat bahu Arsya.

"Akan ku pastikan dia marah saat melihatnya," jawab Arsya kembali menggigit dada Wulan yang lain.

"Tunggu, Sya," pinta Wulan mencoba menghentikan Arsya dan ingin melarikan diri.

Arsya tak menghiraukannya dan melanjuti kegiatannya itu beberapa saat sebelum ia kembali pulang.

"Hahh, aku puas sekarang. Makasih ya, sayang," ucap Arsya mengelus kepala Wulan dan pergi begitu saja.

Wulan yang melihat apa yang telah Arsya lakukan merasa sakit hati. Ia merasa hanya menjadi alat pelampiasan Arsya saat itu. Setelah melihat tubuhnya yang kembali penuh dengan tanda kemerah-merahan juga bekas gigitan, Wulan merasa takut akan reaksi Jo jika mengetahuinya.

"Semoga Jo enggak tau😖," lirihnya sebelum merapikan diri dan bergegas pulang.

Di kediaman, Jo nampak mondar-mandir menunggu Wulan. Ia sudah mengirim pesan dan menelponnya, namun tak ada balasan. Selang beberapa saat, terdengar mobil Wulan memasuki pekarangan rumah. Jo pun bergegas membukakan pintu.

Wulan pun keluar dari mobilnya dengan tatapan sayu. Ia tak menyadari akan kehadiran Jo di depan pintu.

"Wulan," panggil Jo.

"Y-ya?" tanya Wulan kaget.

"Kamu dari mana? Pakaian mu juga kenapa agak berantakan?" tanya Jo.

Wulan yang tak tau harus menjawab pertanyaan Jo pun langsung masuk ke dalam rumah sambil terisak dan berlalu ke kamarnya. Jo pun kemudian menyusulnya.

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Where stories live. Discover now