Chapter 24 : Hanya sebagai pemuas

11 6 0
                                    

Di lain tempat, tepatnya di apartemen milik Arsya juga Wulan, ada Wulan yang tengah tertidur setelah lelah menangis semalaman penuh memikirkan Arsya yang kemungkinan akan meninggalkannya.

Arsya berlalu ke kantornya. Ia kembali mengerjakan pekerjaan di kantor hingga hari mulai menjelang sore. Namun ia tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya itu. Ia selalu terbayang akan kejadian semalam.

Sepulang dari kantor, Arsya tak memutuskan untuk pulang dari rumah. Ia pergi ke suatu tempat yang di mana itu adalah apartemen kepunyaannya dan juga Wulan. Arsya yang tau kepulangan Wulan itu pun mencoba menemuinya lagi. Arsya ingin meredakan emosinya yang sedari pagi tak kunjung ia redakan.

Sesampainya di apartemen, Arsya langsung masuk saja ke dalam kamar. Dugaannya ternyata benar, Wulan ada di apartemen mereka. Saat ini Wulan masih tertidur. Arsya lalu perlahan mendekati dan naik ke kasur, kemudian Arsya langsung memeluknya dari belakang dan mencium pundak Wulan. Hal itu membuat Wulan tersadar dan langsung bangun.

"Ehmm, Sya?" panggil Wulan setengah sadar.

"Kamu ... kenapa ada disini?" tanyanya sembari duduk menghadap Arsya.

"☺Aku kan merindukan mu. Sudah beberapa bulan lamanya kita tak bertemu," jawab Arsya seraya menarik kedua tangan Wulan dan membuatnya jatuh dalam dekapannya.

"Apa benar seperti itu?" tanya Wulan lirih.

"Iya sayang.
Emhh, kamu kenapa? Matamu sangat sembab? Kamu ... habis menangis?"

Wulan tak menjawab Arsya dan hanya mengalihkan pandangannya sembari menahan tangisnya.

"Sayang~, kamu kenapa? Cerita dong sama aku," ucap Arsya sambil menangkup wajah Wulan.

"Apa kamu sudah melupakanku?
Kamu memilih Ireen ya? Apa aku tak cukup untukmu? Aku sudah memberikan semua yang kumiliki padamu, Sya," ucap Wulan dengan tangis yang tak bisa ia tahan lagi.

"A-apa maksud mu sayang? Aku tak melupakan mu. Buktinya aku ada di sini sekarang," jawab Arsya sambil mengelus punggung Wulan.

"Tapi kamu bahagia dengan Ireen kan?
Kamu bahkan menciumnya di club kemarin malam😭."

"A-aku?
Hmmm, kamu melihatnya ya?
Tapi itu kondisi ku lagi mabuk sayang."

"Apa itu bisa menjadi alasan?!"

"Apa kamu tak mempercayai ku sayang? Apa kamu mau aku membuktikan kalau aku masih menginginkan dirimu?" tanya Arsya sambil perlahan melepaskan jaket Wulan.

"Kamu mau ngapain?" tanya Wulan sembari menahan jaketnya.

"Membuktikan pada mu."

"Arsya, Jo akan marah padaku😖."

"Apa kamu mulai menyukainya? Atau bahkan mencintainya?!" sentak Arsya.

"Bukan seperti itu ... tapi, aku, it-itu...."

Wulan bingung harus menjelaskannya bagaimana. Ia takut Arsya akan meninggalkannya setelah semua yang telah terjadi diantara mereka berdua.

"Lalu apa? Kamu setakut itu ya kalau Jo mengetahuinya?" tanya Arsya yang berhasil melepaskan jaket Wulan.

"Tapi ak...."

Arsya tak menghiraukan Wulan dan menggigit pundak bawah Wulan sambil menahan kepalanya.

"Akhh! Sakit, Sya😖," lirihnya mencengkram kerah baju Arsya.

Arsya kemudian membaringkan Wulan dan melepas kemejanya lalu menduduki Wulan seraya menggigiti bahkan mengecup bagian tubuh Wulan yang lain.

"Sya~, kamu mau melakukannya?😖"

"😏Oh ya, tentu saja," jawab Arsya yang kemudian berusaha melepaskan kaos yang Wulan kenakan.

"Kalau aku menolak mu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Wulan sembari menatap Arsya.

"Aku tetap akan melakukannya," jawabnya.

Wulan yang mendengar jawaban Arsya pun sedikit sedih karena ia tak mengerti perasaan yang Wulan miliki saat ini.
Namun Wulan tak berbuat banyak untuk menghentikan Arsya.

"Apa kamu hanya akan diam saja?" tanya Arsya yang sudah menindih tubuh Wulan.

"Ti-tidak...."

Wulan pun memeluk leher Arsya dan membawanya mendekat sebelum menciumnya dengan lembut.

Arsya yang mendapat perlawanan dari Wulan pun tak tinggal diam. Ia lalu menanggalkan pakaiannya dan juga Wulan, lalu menarik selimut untuk menutupi mereka berdua.
Mereka melakukannya beberapa saat kemudian hingga jam menunjukkan sudah pukul 10 malam.

"Kamu tak berubah sayang, kamu masih nyaman seperti sebelumnya. Terima kasih ya," ucap Arsya sambil membelai kepala Wulan.

"Sama-sama, Sya," jawab Wulan sembari tersenyum tipis.

"Emhh, oh ya, ini sudah larut. Kalau gitu aku akan bersiap-siap pulang," ucap Arsya sambil mengenakan kembali pakaiannya.

"Kamu akan langsung pulang?"

"Iya sayang, Ireen pasti sudah menunggu ku di rumah," jawab Arsya yang tanpa sadar menyebut nama Ireen.

"Kalau gitu aku pulang dulu ya," ucapnya sambil mengelus kepala Wulan dan mengecupnya sebelum ia berlalu dari kamar.

"Apa yang harus aku lakukan," lirihnya menatap tubuhnya sendiri yang terpenuhi oleh tanda kemerah-merahan juga bekas gigitan Arsya.

Wulan pun lalu mengambil HP nya yang ada di atas meja, dan ia baru menyadari akan banyaknya pesan masuk dan juga panggilan yang tak terjawab dari Jo.

"Bagaimana ini?" tanyanya panik sembari menghubungi Jo.

'Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan'

"Akhh, aku harus pulang sekarang."

Tanpa pikir panjang, Wulan langsung saja mengenakan kembali pakaiannya dan bergegas pulang ke rumah. Ia tak lagi memikirkan kondisi tubuhnya yang sedang nyeri saat ini.

Sesampainya di rumah, Wulan mencoba mencari keberadaan Jo secara diam-diam, berharap ia sudah tertidur.

"Semoga Jo sudah tidur😖," batin Wulan mengendap-endap.

"Wulan?" panggil Jo yang tengah menuruni tangga.

"Kamu kemana saja?" tanyanya sambil langsung menghampiri Wulan dan memeluknya.

"Kenapa kamu tak bisa di hubungi? Kenapa kamu tak pulang kemarin? Aku sangat mengkhawatirkan mu Lan😖," ucap Jo sambil ingin menangis.

Wulan hanya diam dalam pelukan Jo tanpa menjawab pertanyaannya.

"Wulan, kamu kenap...," ucapan Jo terhenti saat melihat di area leher Wulan banyak tanda kemerahan.

"Apa kalian bertemu lagi? Dan melakukannya?" tanya Jo sedih.

"Maafkan aku. Aku😖....
Bagaimana aku harus mengatakannya?!!" batin Wulan frustasi.

😔Jo merasa frustasi pun berlalu duduk di sofa dengan tertunduk.

"Jo, aku mohon," pintu Wulan berlalu mengikuti Jo ke sofa.

"Aku tak bisa menolaknya, aku minta maaf😭. Aku tau aku salah, tapi...."

"Kamu masih mencintainya?" tanya Jo dengan suaranya yang memelan.

"Kenapa kamu tak bisa menolaknya?"

"Aku tak tau," lirihnya menundukkan kepala.

"Bagaimana mungkin kamu tak tau Lan?
Jika laki-laki lain menyentuhmu, apa kamu akan selalu diam saja?" tanya Jo dengan air matanya yang mulai membasahi pipinya.

"Ti-tidak, aku takkan membiarkan mereka menyentuhku. Hanya saja aku ... aku sudah memberikan segalanya pada Arsya, Jo," jawabnya pelan.

"Kamu bahkan selalu menolak ku. Apa aku semenjijikan itu hingga kamu tak mau menyentuhku?😖 Hanya Arsya yang mau menerimaku. Jadi...."

"Wulan," panggil Jo yang mendongakkan wajah Wulan dan memberinya ciuman yang sangat lembut dari pada Arsya.

Wulan yang mendapatkan perlakuan lembut dari Jo pun membalasnya dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Jo.

TBC
#20 Desember 2023

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Where stories live. Discover now