Chapter 25 : Tak bisa meningalkannya

10 5 0
                                    

Jo pun membawa Wulan duduk di pangkuannya tanpa melepaskan ciuman mereka. Beberapa saat setelah merasa tenang, Jo mun menyudahinya.

"Maafkan aku, mungkin aku belum pantas untuk menjadi suamimu😔," ucap Jo.

"Jo, bukan itu maksudku😭."

"🙂Dia membuat tandanya sangat banyak," ucap Jo yang menyingkap jaket Wulan dan melihat tanda yang Arsya buat.

"Maafkan aku," lirih Wulan sembari berusaha menutup jaketnya kembali.

"Hmmm🙂."

Jo kemudian menghalau tangan Wulan dan melepaskan jaketnya seutuhnya dan menaruhnya di lantai. Melihat tanda-tanda yang banyak itu, Jo lalu mendekatkan Wulan padanya dan Jo pun mengecup dada tengah Wulan dan meninggalkan tanda kepemilikan pertamanya di sana.

"Ehmm, Jo~😖" lenguh nya seraya menggenggam pundak Jo.

"Aku memang tak selayak Arsya dalam memuaskan mu. Tapi setidaknya, aku bisa meninggalkan tanda kepemilikan ku di sini," jawab Jo sambil meneruskan mengecup Wulan.

"Akhh, i-itu tidak ben-ar~" jawab Wulan yang membiarkan Jo melakukan apa yang ia mau.

"Hmm, bagaimana kalau kita beristirahat saja sekarang," ajak Jo sambil mengambil jaket Wulan yang ada di lantai.

Wulan hanya terdiam sembari menatap Jo dengan tatapan sedih.

"🙂Kenapa Wulan?" tanya Jo sembari membelai wajah Wulan.

"Benar apa yang ku katakan bukan?
Kamu tak suka menyentuh tubuhku," ucapnya sembari berlalu dari pangkuan Jo.

Jo menghela napas lagi dan ia kemudian langsung menggendong Wulan lalu membawanya ke kamar utama. Sesampainya di kamar, ia mendudukkan Wulan di kasur sebelum berlalu lagi untuk mengunci pintu.

"Wulan, keadaan mu sekarang pasti sedang tak membaik. Apa kamu tak mau beristirahat?" tanya Jo yang duduk di bawahnya sambil menggenggam tangan Wulan.

Wulan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku baik-baik saja, Jo."

"Kamu, yakin?"

"Iya, aku yakin."

"Huff, mungkin ini sudah saatnya," ucap Jo pelan.

Jo lalu bangun dari duduknya, lalu ia memegang kedua pundak Wulan dan menatapnya beberapa saat. Jo pun lalu membaringkan Wulan, menindihnya lalu mulai menyetubuhinya layaknya suami istri.

"Wulan? Apa sekarang kamu masih menganggap ku jijik dengan mu?" tanya Jo sambil membelai kepala Wulan dengan lembut dan merangkulnya.

"Ti-tidak," jawabnya pelan sembari bersandar pada dada Jo.

"Aku harap, Arsya tak akan mengganggumu lagi."

"Ehmm, aku mau melupakannya," ucap Wulan sembari menatap Jo.

"Dan memulai hidup yang baru dengan mu, Jo☺️."

"😖Terima kasih Lan. Kamu telah membuka hati mu untuk ku, dan melupakan Arsya. Aku sangat senang mendengarnya," ucap Jo ingin menangis.

"Jangan menangis, kamu membuatku sedih, Jo😢."

"Tapi aku menangis karena aku merasa bahagia," jawab Jo sambil membawa tangan Wulan ke pipinya.

"Tetap saja sama😣," rengek nya pelan.

"Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu, jadi kamu juga harus coba membuka hatimu untukku, Jo."

"Sejak awal aku sudah membuka hatiku untuk mu Lan. Takdir sudah mempersatukan kita. Jadi kita bangun rumah tangga kita dengan cinta ya, Wulan☺."

"Baiklah😖. Terima kasih, Jo. I love you☺️."

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Where stories live. Discover now