Chapter 26 : Kabar gembira

10 6 0
                                    

Seminggu setelah malam itu, Ireen tetap mengurung dirinya di kamar. Saat Arsya pergi ke kantor, baru ia akan keluar dari kamarnya. Arsya sama sekali tak bisa membujuk Ireen. Karena keputusan Ireen sudah bulat, kalau dia akan minta cerai dari Arsya.

Suatu hari di hari minggu, Arsya tengah duduk di ruang tengah sambil mengerjakan pekerjaan kantornya di laptop. Tak berapa lama kemudian, orang tua Arsya dan juga Ireen datang. Arsya menyambut mereka dengan ramah. Namun tatapan orang tuanya sangat sinis. Mereka pun berlalu ke kamar Ireen yang ada di ujung lorong. Setelah mengetuk pintu, Ireen yang mengetahui orang tuanya datang pun langsung membukakan pintu dan memeluk mamanya.

Mama Arsya lalu mengajak Ireen ke ruang tengah. Mereka mendapat kabar dari orang tua Ireen, kalau Ireen ingin bertemu dengan mereka dan membicarakan hal yang serius terkait rumah tangganya. Saat mereka sudah berkumpul, mereka menanyakan hal serius apa yang ingin Ireen katakan.

"Kamu mau membicarakan apa, sayang?" tanya mama Ireen khawatir.

"Iya, apa kalian punya masalah?" sambung mama Arsya bertanya.

"😔Ireen, mau cerai aja ma," jawabnya to the point.

"Apa?!!" tanya mereka semua terkejut.

"Tapi kenapa nak?" tanya papa Arsya heran.

"Apa kalian bertengkar?" tanya mama Ireen.

"Sebaiknya kita bicarakan dulu baik-baik ya," bujuk papa Ireen.

"Iya, bukankah kalian sudah akur?" tanya mama Arsya heran.

"Kenapa kamu mau bercerai, sayang?
Tolong dipikirkan dulu ya," sambungnya memelas.

"Ireen, sudah memikirkannya ma. Keputusan Ireen sudah bulat, Ireen mau cerai😔. Percuma saja Ireen mempertahankan rumah tangga ini kalau hanya Ireen saja yang berjuang. Arsya, dia, tak menganggap serius hubungan rumah tangga ini. Dia, masih, Wulan...,😭🤧" jelas Ireen.

"Arsya, apa kamu masih menemui Wulan?!!" tanya sang papa marah.

"Ckk, sial," umpatnya frustasi dengan semua yang terjadi belakangan ini.

Sementara itu, mama dan papa Ireen memeluk Ireen sembari mencoba menenangkannya.

"Apa kalian harus selalu egois seperti ini?" tanya Arsya sinis.

"Aku tak mau berpisah dengan Wulan.
And that's finale," ucap Arsya sembari menatap tajam kedua orangtuanya.

"Kamu jadi anak jangan suka membantah orang tua ya-...."

Papa Arsya hampir mendaratkan tamparan pada Arsya sebelum tiba-tiba Ireen merasa mual dan berlalu ke kamar mandi.

"Eeh nak, kamu kenapa?" tanya mama Arsya sembari berlalu mengikuti Ireen.

Yang lain pun merasa khawatir dengan Ireen yang tiba-tiba pergi itu pun menyusulnya.

"Ren, kamu baik-baik saja?" tanya sang mama sembari mengelus tengkuk leher Ireen.

😖Ireen hanya menggelengkan kepala saja.

"Akhir-akhir ini, Ireen selalu merasa mual, dan juga pus-...."

Belum sempat Ireen menjelaskan, ia pun langsung jatuh pingsan dengan keringat yang bercucuran.

Semua orang panik ketika Ireen pingsan, hingga tanpa pikir panjang, Arsya langsung menggendong Ireen dan membawanya ke mobil untuk pergi ke rumah sakit. Semua yang khawatir pun menyusul mereka ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Ireen diperiksa oleh dokter juga suster, sementara para anggota keluarga hanya menunggu berharap cemas akan keadaan Ireen.

Hingga tak berapa lama, dokter menghampiri mereka untuk memberitahukan kondisi Ireen yang ternyata sedang hamil sekitar 3 minggu. Sang dokter pun turut memberi selamat pada Arsya juga anggota keluarga lainnya.

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Där berättelser lever. Upptäck nu