Chapter 32 : Keharmonisan dan cinta

20 6 6
                                    

Hari menjelang sore, Arsya yang telah menyelesaikan tugas-tugasnya pun bergegas pulang. Sesampainya di rumah, ia sudah disambut oleh Ireen yang menunggu kepulangannya. Mereka makan malam bersama dan bercerita untuk lebih mengenal satu sama lain. Hingga pada akhirnya Ireen tidur dalam pelukan Arsya.

Hidup mereka semakin hari semakin damai. Arsya yang semulanya sering bersikap kasar lambat laun berubah lebih lembut, ia menjadi sosok pribadi yang lebih baik dengan adanya Ireen di sampingnya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama baik itu dengan menonton film bersama, bermain game atau hanya sekedar bercerita tentang kehidupan mereka.

Hingga suatu hari, orang tua Arsya memergoki mereka berdua yang tengah bermesraan. Mereka yang melihat itu senang karena Arsya sudah bisa menerima Ireen dalam kehidupannya.

Setelahnya mereka berbicara bersama dan Arsya pun memutuskan untuk berbicara dengan kedua orang tuanya. Mereka yang mendengar cerita Arsya mengenai masa kecilnya yang hampa pun merasa bersalah dan meminta maaf akan hal tersebut. Arsya yang awalnya berat untuk melupakannya pun memutuskan untuk memaafkan kedua orang tuanya dan melanjutkan hidupnya bersama Ireen dengan tenang.

Mereka hidup dengan kebahagiaan yang semakin hari bertambah, saling mencintai dan menjadi sepasang kekasih yang akur.

Beberapa bulan kemudian, kini usia kandungan Ireen ganjil 9 bulan. Ireen sendiri sering mengalami kontraksi pada perutnya. Hingga suatu hari, Ireen benar-benar merasa sakit pada perutnya dan Arsya merasa khawatir. Ia pun dengan segera membawanya ke rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, Ireen di kabarkan akan segera lahiran. Arsya yang tau pun langsung menghubungi orang tuanya dan juga orang tua Ireen. Mereka yang mendengarnya pun merasa senang dan langsung bergegas pergi ke rumah sakit.

Setengah jam menunggu kemudian, dari dalam ruangan persalinan terdengar suara tangisan bayi. Arsya yang mendengarnya pun merasa lemas dan menangis haru.

"Ahh, akhirnya😢," ucap Arsya merasa lega sekaligus haru.

Setelah menyelesaikan semua keperluan yang ada, Arsya juga kedua orang tuanya dan orang tua Ireen pun menjenguk Ireen dan sang bayi dikamar rawat inap.

Arsya langsung saja memeluk Ireen dan mengucapkan terima kasih berulang kali padanya.

"Terima kasih ya, sayang😢.
Kamu sudah berjuang untuk bayi kita selama ini😖," ucapnya lirih sembari memeluk Ireen.

Ireen tak bisa mengatakan hal apa-apa selain menangis haru sambil menatap sang bayi yang ada di baby box nya.

"Ireen," panggil Arsya dengan lembut.

"I-iya Sya," jawab Ireen masih gemetaran.

"Apa kamu mau memanggil baby?
Panggil dengan namanya," ucapnya sembari menggenggam tangan Ireen.

"Ari, iya, Ari, Ariandra😖."

"Hahhaha, ayolah tersenyum, hmm.
Panggil lagi dong baby nya," pinta Arsya memelas.

"Ari....
Apa kamu tau apa kepanjangannya?" tanya Ireen sembari menatap Arsya dan kemudian ke bayinya yang saat ini tengah di gendong oleng kedua orang tua mereka.

"Ehmm, tidak, apa kepanjangannya?" tanyanya sembari merangkul Ireen.

"Arsya dan .... Ireen," jawab Ireen sambil mengelus pipi Arsya.

"Aku benar-benar beruntung bisa bertemu dan menghabiskan sisa hidupku denganmu, Ren," lirih Arsya merasa terharu.

"Terima kasih untuk segalanya, sayang," sambungnya sembari memeluk Ireen dengan erat.

Kedua orang tua mereka yang melihatnya pun ikut terharu. Mama Ireen kemudian menyerahkan bayi mereka kepada keduanya. Ireen pun menggendong bayinya dengan perlahan.

Garis Takdir || Lokal || [END]✔️Where stories live. Discover now