12. Kesepatan Kedua

4.3K 298 26
                                    

Selesai. Makan malam kedua insan itu berjalan dengan lancar, banyak obrolan yang tercipta membuat keduanya merasa semakin dekat, rasa takut yang menyelimuti Nara perlahan membaur, ia nikmati waktu singkatnya dengan Arjuna.

Perjalan keduanya tidak mudah, enam tahun menunggu untuk Arjuna melatih dalam hal bersabar, rasa bersalah dan rindu yang menjadi satu kadang kala begitu menyesakkan, sedangkan enam tahun Nara penuh perjuangan dalam hal menghabiskan waktu, lelah yang tumbuh selalu menjadi hal utama agar ia dapat melupakan rasa sakitnya.

Berbaring di kasur setelah membersihkan diri, Nara lihat ponselnya menampilkan satu nama yang ia rasa ada khawatir yang akan disampaikan si pemilik nama.

"Kata Leo, lo sama Juna dinner?" tanya Faya di ujung panggilan.

Nara menjelaskan hari-hari bersama Arjuna, bukan tentang kebersamaannya hari ini saja tapi tentang yang lainnya berharap Faya tidak memarahi kelakuannya.

"Gue nggak berhak marah, Ra, Juna juga udah ngejelasin perasaannya buat lo, gue juga paham dan sedikit percaya sama dia."

Nara bernapas lega dengan pernyataan Faya, ia tidak sungkan menceritakan semuanya, ia teringat akan ucapan yang pernah Faya lontarkan tentang rasa bahagia jika bisa menceritakan orang yang kita suka kepada sahabat yang kita punya, Nara senang ada Faya yang mendukung hubungannya dengan Arjuna.

"Juna banyak senyum, ya, Ra?"

Pertanyaan sederhana dari Faya membuat Nara bertanya memangnya selama enam tahun ini apa yang pria tersebut itu pikirkan hingga temannya saja merasa heran dengan perubahannya.

"Senyum terus, gue bahkan sampai takut dimples-nya tembus ke dalam." Tawa Nara.

Saat ini giliran Faya menceritakan sedikit yang ia tahu tentang Arjuna selama enam tahun ke belakang.

Pria yang ditinggal oleh orang yang mencintainya, dengan rasa bersalah yang teramat membuatnya berubah, jarang berinteraksi padahal sebelumnya ia menerima label friendly karena mudah dekat dengan siapapun, bahkan banyak wanita yang nyaman jika berbicara dengannya.

Sahabat yang hampir menyerah menasehati sampai adanya petikaian yang membuat kedekatan mereka goyah, namun semua tetap setia menunggu Arjuna untuk kembali ke lingkaran mereka.

Hingga pada akhirnya Dean menemukan kalimat yang mampu membuat Arjuna bereaksi.

"Lo tau nggak yang buat Juna bertahan sampai bisa jadi jaksa yg sukses kayak sekarang?" Faya menjeda kalimatnya hingga mendengar Nara bertanya kembali.

"Nara di sana sedang nyembuhin hati, bodoh kalau lo di sini malah nyiksa diri. Sembuhin hati lo, temuin dia nanti dan jadi keren di hadapan dia. Kalau lo begini, Nara lebih gampang move on!" ucap Faya yang menirukan cara bicara Dean.

Bukan hanya Nara yang hancur tetapi Arjuna juga begitu hancur, awal pergi meninggalkan jakarta Nara bahkan merasa bersalah karena telah menyakiti hati Tio, namun rasa bersalah itu kian luntur karena ia mendapati Tio yang sudah menemukan bahagianya begitupun dengan Jasmine.

Semakin lama topik pembicaraan mereka berubah hingga sampai pada janji untuk pulang ke Bandung bersama.

Panggilan suara itu terputus dan Nara membuka sebuah pesan dari Dean.

Kak Dean.
Gimana?

Nara
Tidak akan menjawab
pertanyaan apapun

Kak Dean
Haha lancar pastinya, kan?
Oya chat Arjuna kenapa nggak Lo bales? Nggak bisa tidur noh anaknya

Nara lihat layar notifikasi memang ada pesan dari Arjuna namun belum sempat ia balas karena perbincangannya dengan Faya.

fine lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang