10

16.9K 1.4K 82
                                    

Tubuh itu tersentak-sentak, meja makan berderit saking kasarnya setiap hentakan. Sean hanya bisa pasrah mengangkang di hadapan sang suami, dijamah tanpa ada kelembutan. Saganya bak singa kelaparan dengan kasar melesatkan kejantanan, bukan sekali dua kali Saga memampar bongkahan pantat sintal itu.

"Saga ... kumohonhh ... berhenti."

Suara parau itu terdengar lemah, bukan kasian yang muncul dalam hati Saga, tapi semangat membara menggenjot anal sang submisif. Tak peduli peluh dan jeritan kesakitan Sean, saat ini Saga hanya ingin menghancurkan anal pria submisif itu.

"Bukankah ini yang kau lakukan pada Gea ku?" Saga mencekik leher sang istri, membuat Sean berontak mencakar lengan sang dominan. Rasanya air matanya sudah kering, ia tak bisa lagi menangis setelah satu jam menangis dibawah kungkungan Saga.

Saga benar-benar memperlakukannya bak jalang, saat ayahnya pulang Saga tanpa ampun menariknya. Melucuti pakaiannya, dan sampai sekarang Saga masih enggan untuk melepaskannya. Sean merasa teramat sakit, sedari tadi Gea dan Gea yang keluar dari mulut itu. Tak pernah Sean sangka, Gea akan menjadi sumber luka dipernikahannya.

Namun, bukankah ia harus siap dan mampu menerima ini? Bisa saja ia memang bajingan seperti kata Saga, bisa saja Gea bunuh diri karena dirinya.

Kesadarannya nyaris hilang, saat merasa batang panas itu masih saja menyodoknya. Tak ada ciuman manis atau semacamnya, hanya tamparan keras yang pipinya terima.

"Saga ... jika benar aku dalang kepergian Gea, aku pantas disebut bajingan. Tapi bagaimana denganmu, yang menipu dan memperdayaku? Kau alasan aku semangat menjalani hidup, aku tak memiliki siapapun lagi, ibuku sudah tiada. Sedangkan ayah? Dia bahkan tak pernah menganggap aku anaknya, dan sekarang kau memperlakukan aku seperti ayah yang pernah menorehkan luka seperti kau yang tengah menjamahku tanpa ampun,"

"Tak ada kenikmatan sama sekali, rasanya sakit. Tubuhku, hatiku ... semuanya sakit. Aku takut, aku ketakutan Saga ... aku berharap kau tak pernah mengatakan jika kau hanya pura-pura mencintaiku. Aku mungkin bajingan, tapi kau penipu ... bunuh saja aku, jangan lalukan ini lagi, ini sakit ... "

Mata itu terpejam, sang empu kehilangan kesadarannya setelah digempur habis-habisan.

"Bangun jalang." Saga menepuk-nepuk pipi sang submisif, tapi mata itu enggan terbuka. Ia pingsan.

Saga mendengus, mencabut batang dagingnya. Ia menggunakan celananya kembali,  membiarkan tubuh itu terkulai lemas di meja makan, tak peduli sang empu yang kehilangan kesadaran Saga memilih pergi meninggalkan Sean terkapar lemah.

Saga diam di kamar, di apitnya sebatang tembakau. Ia Menyalakan pematik, membakar ujung tembakau, menyesap nikotin itu penuh nikmat.

"Apa yang aku lakukan?" Asap menguar dari mulutnya. Saga termenung duduk di sisi ranjang, ia masih bertelanjang dada.

Entah kenapa ia menjadi marah saat Alex datang, ia tahu semuanya. Sean pernah menceritakan betapa menjijikannya Alex, melecehkan anaknya sendiri. Saga tahu akan hal itu, saat Alex datang tadi menyulut amarahnya, ia merasa Sean masih berhubungan dengan pria tua itu. Atau bahkan Sean berani menjajakan tubuhnya selama ia di kantor, itu bisa saja bukan? Memikirkan hal itu Saga tak terima, karena itulah ia menggempur habis sang submisif.

Saga menghabiskan empat batang rokok, ia merasa pening.

"Sial, untuk apa aku merasa bersalah. Dia pantas, ia juga melakukan hal sama pada Gea," gumam Saga, mengenyahkan rasa bersalah. Lalu tanpa peduli, ia membaringkan tubuhnya, membiarkan putung rokok berserakan dilantai. Melupakan Sean yang masih terkapar menyedihkan di meja makan.

_________

Matahari menyilaukan mata, terasa menyengat. Kedua mata itu perlahan terbuka dibarengi ringisan. Persendiannya terasa sakit bahkan nyaris seluruh tubuhnya terasa kaku karena tertidur di meja begitu lama.

"Shhh ... "

Sean mendudukan dirinya, ia tak lupa kejadian tadi malam. Itu mengerikan, bagaimana Saga menjamahnya dengan kasar. Hatinya mencelos saat menyadari ada uang di sampingnya.

'Terima kasih untuk semalam, kau tak buruk. Ini uang untukmu jalang, berikan pada ayahmu'

Sean meremas note di atas uang itu, jalang? Sean menutup wajahnya, ia benar-benar merasa kecewa pada dirinya sendiri. Saga bahkan tak menganggapnya sebagai pasangan, tapi hanya seorang jalang.

Diliriknya jam dinding di sudut ruangan, ini sudah pukul delapan pagi. Saga pasti sudah pergi bekerja, ia terlambat bangun dan itu karena Saga.

Kakinya bergetar saat menapaki lantai, analnya terasa sakit dan ngilu. Ia terjebak dalam permainan Saga. Sean harusnya sadar jika hanya dirinya yang tenggelam dengan yang namanya cinta, Saga tak pernah mencintainya, dia hanya ingin membalas dendam.

"Bu ... walau dulu kau sering menjual tubuhmu, aku tak pernah membencimu. Tapi kenapa kau tak menjadi ibu jahat dan menggugurkan aku? Aku sakit di sini,"

Sean membatin, Saga sudah seperti ayahnya. Saga tahu jika ia pernah trauma pelecehan, tapi malam tadi Saga melakukan hal yang begitu mengerikan dan kasar, mengingatkan dirinya jika ia sudah seperti pemuas nafsu bagi Alex dan Saga.

"Saga ... kau berhasil membuatku kehilangan harapan,"

Broken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang