31

15K 1.1K 68
                                    

Ditatapnya wajah itu, senyuman tipis terbit setelah berusaha beberapa menit lalu, hampir setengah jam ia melihat pantulan dirinya dicermin. Hari ini ia akan kembali bekerja setelah lima tahun mendekam di rumah, lebih tepatnya kamar.

"Mari belajar kembali," ucapnya meyakinkan diri sendiri. Bohong jika selama lima tahun ini kepercayaan dirinya tak terkikis, semalaman ia memikirkan hal ini, apa semuanya akan baik? Saga tak ingin mengacau.

"Ayo sayang!" seru Ryka di ambang pintu, Saga segera mengikuti langkahnya. Di setiap langkah di tatapnya bahu tegap itu, bahu kuat yang nyatanya hanyalah bahu rapuh. Bahu itu sudah cukup banyak memikul beban, apapun yang diperbuat dan diputuskan ibunya, Saga rasa itu semua hal benar. Itu semua demi kebaikannya, terlalu hebat jika ibunya ini melakukan semuanya sendiri.

Sudah lama sekali ia tak menapaki kantor, apa orang-orangnya masih sama atau mungkin ada yang barubah? Saat tiba dikantor tak ayal banyak sapaan hangat yang menyambutnya, itu sedikit membuat Saga kembali dengan percaya dirinya.

"Semua akan baik-baik saja," gumam Ryka yang hanya dibalas senyuman tipis.

Ryka mengumpulkan para divisi, hembusan napas terdengar rendah.

"Selamat pagi semua, saya kembali bersama dengan putra saya Saga. Tentu sebagian kalian sudah tahu, lima tahun Saga meng-istirahatkan dirinya dan sekarang ia kembali lagi untuk menggantikan saya," tutur Ryka yang di sambut dengan tepukan tangan.

"Mohon kerja samanya." Saga berucap tegas.

"Selamat datang kembali Tuan Saga." Beberapa orang bersahutan bersemangat atas penyambutannya ini.

Setelah beberapa patah kata dari Ryka dan Saga, para divisi kembali lagi untuk bekerja. Ryka membawa Saga ke ruangan yang sudah ia rubah sedemikian rupa.

"Kau suka ruangan ini? Atau mau ku ubah lagi?" tanya Ryka.

"Tidak, ini sudah lebih dari nyaman. Terima kasih Ma," sahut Saga.

"Tentu," sahut Ryka.

Setidaknya dengan kembalinya Saga ke perusahaan, itu sedikit mengangkat bebannya. Walau sedikit khawatir jika Saga tak bisa mengontrol diri, Ryka meyakinkan diri ia percaya Saga akan baik-baik saja. Mengingat bagaimana Vanya masih saja mengganggu putranya, Ryka sekeras mungkin membuat wanita itu menjauh. Ryka muak dengan wanita itu, penganggu itu benar-benar harus di lenyapkan dalam hidup Saga jika tidak, Saga akan kembali dikelabui dan otaknya kembali dicuci. Ryka sudah tahu akan hal ini, menyesal rasanya pernah baik pada Vanya.

Sean, submisif itu bagaimana kabarnya? Bagaimana juga dengan cucunya, yang ia tahu Sean pergi ke kanada, nomor ponsel Sean sudah tak bisa lagi dihubungi setelah seminggu pria itu pergi. Ryka sangat menyayangkan akan keputusan Sean yang memutus kontak dengannya, padahal ia bersumpah akan melindungi submisif itu, terlebih Saga masih dengan rasa yang sama, bohong jika Ryka mengatakan tak tahu, saat ia akan membersihkan kamar Saga, ia selalu merasa miris dengan Saga yang menyembunyikan foto Sean dibalik bantal, serindu itukah sang anak pada cintanya? Setelah ini Ryka akan mempertemukan keduanya, ia berjanji akan hal itu.

"Ma ... "

Suara lirih itu membuyarkan lamunan Ryka, wanita itu tersenyum tipis.

"Sayang mama akan pulang, kau berkejalah yang benar. Ingat aku masih atasanmu, kau bekerja dibawahku. Oke," ucap Ryka.

"Tentu Nyonya direktur, saya akan bekerja dengan baik," sahut Saga. Ryka mengangguk setelah pamit ia segera pergi, mempercayakan segalanya pada sang putra.

Setelah kepergian Ryka, hening mulai merayap ke dalam rongga-rongga kerinduan Saga, setiap sepi ia kembali hanyut dalam pikirannya.

"Sean tunggu aku, aku akan bekerja lebih keras agar meminta imbalan dari ibuku untuk mempertemukan kita lagi, aku sungguh merindukanmu. Banyak hal yang ingin kutahu dan juga banyak yang ingin kuceritakan." Saga menatap ponselnya, foto pernikahan mereka masih menjadi favoritenya. Ia tahu Sean mengirim surat perceraian tapi sampai sekarang Saga enggan menanda tanganinya, ia berjuang selama ini ingin sembuh agar bisa bersama dengan cintanya, Saga yakin ini tak akan sia-sia.

Seyakin itu Saga akan pendiriannya sampai ia tak berpikir jika sang cinta tengah berbagi gelak tawa di belahan dunia lain, cintanya tengah tertawa puas menertawai dominan bodoh yang terjerambat selokan.

"Ya Tuhan ... James! Sungguh kau terlihat bodoh ... " Sean menahan tawanya agar tak pecah lagi, merasa kasian akan penampilan hancur James. Lagipula bagaimana bisa pria itu se-ambisi ini hanya karena Sean mengejeknya tak bisa naik sepeda, alhasil lihat bagaimana tubuh itu basah kuyup oleh air kotor dari selokan, bahkan James meninggalkan sepedanya yang masih setengah masuk ke dalam selokan, menyedihkan.

"Ayah kau bau ... " Gavi menutup hidungnya tak tahan akan bau yang berasal dari James.

"Berhenti mengejekku, ayo kita masuk. Sepede murahan, bedebah sial membuatku malu saja," gerutu James yang merasa gagal keren dihadapan Sean.

Padahal hari ini James sengaja mengambil cuti hanya untuk kedua kesayangannya ini, tapi kesialan benar-benar menempel padanya. Alhasil mereka kembali ke rumah.

Kembali pada si gila Saga, jika Sean tengah berbahagia, berbeda dengan Saga yang berkutat dengan berkas-berkasnya. Semangatnya membara mengerjakan semuanya.

Tok

Tok

Tok

"Maaf Tuan saya mengingatkan jadwal Anda setelah makan siang nanti." Ziron sekertarisnya masuk dengan penuh budi baik.

"Ya kau benar, aku memang melupakannya. Lalu apa jadwalku setelahnya?" sahut Saga, fokusnya masih dengan berkas ditangannya.

"Ada pertemuan penting dengan investor," jelas Ziron.

"Terima kasih, aku akan mengingatnya."

Mendengar itu Ziron membungkuk pamit ke tempatnya kembali. Membiarkan Saga mengecek soal investor siang nanti.

"Kanada?" Saga mengerut, untuk kedua kalinya perusahaan ini menggaet investor kanada, Ryka hebat selama ini sampai bisa menggaetnya kembali. Saga tak henti-henti berdecak kagum.

Kanada.

Dulu negara ini menjadi salah satu pilihan Sean untuk berlibur tapi sampai sekarang Saga tak pernah mengabulkannya bahkan submisif itu sudah tak lagi bersamanya, andai saja Sean di sini, akan Saga ajak pria itu berkeliling Kanada sekalian. Saga menggelengkan kepalanya, tak mau sampai hanyut atas pemikiriannya.

_____

Ch sebelumnya gue typo saking puyeng, yang dipenjara Alex bukan harlan, Ryka sama harlan cerai doang.

Btw izin ngeluh capek, sebenernya gue mau hiatus tapi inget janji di ch sebelumnya. Huftt ...



Broken [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя