24

17.1K 1.5K 76
                                    

Plak

Ryka menatap tejam sang putra, tangannya bergetar menampar sosok yang begitu mengerikan. Marah dan sesal bersatu, ia menyesal datang terlambat. Hatinya mencelos saat melihat bagaimana keadaan Sean yang kacau ditambah luka-luka di tubuh sang menantu saat ia datang tadi.

"Bukankah kau mencintainya?!"

Sudah lama Ryka tak membentak si tunggal, tapi kali ini Saga sudah keterlaluan.

"Lalu kenapa kau menyakitinya?! Bagaimana jika dia pergi!" Ryka memukul-mukul dada Saga, ia benar-benar gagal menjadi seorang ibu. Sedangkan Saga hanya diam tanpa eskpresi tak ada raut bersalah maupun takut.

Saat ini keduanya tengah di gudang tempat biasa Saga melampiaskan segalanya. Ryka membawa Saga menjauh dari Sean, tak mau sampai menantunya itu tahu, jika Sean tahu mungkin saja Sean akan meninggalkan Saga lebih cepat.

"Saga ... ada apa denganmu huh? Mengapa kau seperti ini ... " Ryka menyandarkan kepalanya pada dada Saga, ia tak tahan dengan keadaan sekarang.

"Dia yang bersalah," ungkap Saga setelah sedari tadi diam, Ryka mendongak kedua matanya memerah kentara akan kekecewaan yang meluap dari matanya. "Apa aku salah?" sambung sang anak.

Ryka mundur beberapa langkah, ia menggeleng pelan tak percaya,  anaknya tak pernah sembuh.

"Saga ... kau mencintai Sean kan?" Ryka berharap Saga bukan ter-obsesi.

"Tidak," sahut Saga datar berhasil meruntuhkan harapan sang ibu. "Aku menikahinya karena dia merebut milikku," lanjutnya.

Plak

Sekali lagi tamparan dilayangkan Ryka, ia benar-benar kecewa pada Saga. Bagaimana bisa Saga merenggut kebebasan seseorang, mengunci Sean dihidupnya tapi ia siksa dengan begitu kejam.

"KAU GILA!" napas Ryka memburu, Saganya sudah terlalu jauh. Saga mengusap pipinya, rasa panas menjalar. Saga hanya diam saat Ryka terus memukulnya brutal, membiarkan  tamparan demi tamparan mendarat dipipinya. Merenung, apa ada sesuatu yang ia rasakan? Dimana rasa yang harus ia rasakan, sampai sekarang Saga tak merasakannya. Ia hanya merasa perih dipipi sisanya tak ada.

"Sean merebut Gea," ucap Saga.

"Sadarlah Saga, apa obat dari dokter membuatmu lupa segalanya?" Ryka mengguncang tubuh sang anak, ia masih tak percaya Saga menikahi Sean hanya untuk melampiaskan segalanya dan menjadikan si empu objel balas dendam.

"Kau yakin mencintai Gea?" tanya Ryka, menelisik netra kelam itu.

"Apa kau yakin mencintai Gea?" tanyanya lagi.

Saga mengepalkan tangannya, merasa tertohok akan pertanyaan sang ibu. Apa ia mencintai Gea?

"Jika kau mencintai Gea, kenapa menikahi Sean? Kenapa membuatnya hamil, apa Gea tak akan marah jika dia tahu?" ucap Ryka lagi, semakin membuat raut Saga runyam.

Semengerikan-mengerikannya Saga, tetap saja pria itu anaknya. Ryka tahu semua tentang Saga, ia yang menemani anak ini berkembang sampai pada akhirnya Ryka sadar, tak seharusnya Saga dibiarkan begitu saja. Saga tak pernah sembuh, bahkan anaknya ini tak sadar jika dirinya sakit.

Saga tak pernah tahu bagaimana dirinya, anak itu bisa saja menyalah artikan sebuah perasaan. Bisa saja Saga tak pernah mencintai Gea melainkan Sean? Bukankah itu tak mustahil, Saga itu terkadang lupa apa yang ia perbuat di saat dirinya tak terkendali.

"Bisa saja Seanlah cintamu nak, bisa saja dia yang kau cintai dan kau melenyapkan Gea karena dia mengejar milikmu," bisik Ryka, memberi sugesti pada Saga adalah hal yang sudah sering ia lakukan. "Apa putraku ini benar-benar tak bisa berpikir, coba ingat kenapa Saga menikahi Sean?" sambung Ryka, ia usap peluh dikening Saga.

Jika ditanya apa ia tega melakukan semua ini pada putranya maka ia akan menjawab dengan lantang jika ia tak menginginkan ini, sakit rasanya saat anaknya bisa menjadi monster bahkan menjadi manusia terpedaya dalam satu waktu.

"Sean cintamu, coba tanyakan pada hatimu. Apa kau mencintainya? Ingat, bagaimana kau memperjuangkan pernikahan kalian, Saga ... kata dokter kau bisa saja membahayakan orang lain, bisa saja kau salah meng-artikan sesuatu," ucap Ryka, di usapnya tangan sang anak.

"Ma ... "

Suara Saga melirih, ia merasa kepalanya dipukul keras sampai berdenyut nyeri, apa ia mencintai Sean? Benarkah?

Ryka tersenyum tipis melihat anaknya berpikir keras, ia tak tahu harus bagaimana selain meracuni otak Saga, ia tak tahu dendam seperti apa yang Saga rasakan, tapi Ryka tak mau sampai Saga menyakiti Sean, terlebih menantunya tengah hamil.

"Sean aku tak bisa membantumu dengan cara lain, tak seharusnya kau bertemu Saga. Jangankan dirimu, terkadang aku sendiri takut pada anakku."

Ryka menghapus air matanya, dipeluknya anak yang sudah dewasa ini. Selamanya Saga akan menjadi bayinya, Ryka berharap ini tak terulang lagi.

"Kau mencintai Sean," bisik Ryka, berusaha menekan diri Saga agar menerima sugestinya. "Kau mencintainya." Lagi Ryka berbisik.

Saga itu cangkang kosong yang akan menjadi apa saja tergantung telinga dan otaknya terima, ia bisa menjadi manusia kuat dan lemah dalam satu waktu, tergantung siapa yang berhasil memperdayanya dan Ryka adalah salah satunya, ia sudah mempelajari segalanya hanya untuk mengendalikan sang anak. Saga bukan gila tapi ia pria sakit.

Saga bisa mengendalikan dan dikendalikan.

Broken [END]Where stories live. Discover now