37

14.8K 1K 59
                                    

Semilir angin malam di Ottawa begitu menenangkan, dibawah sinar rembulan Saga duduk dikursi taman, menenangkan pikirannya yang akhir-akhir ini semakin runyam. Mungkin ini bisa jadi malam terakhir ia berada di Ottawa.

Ditengah nyamannya akan hening, Saga terhenyak saat kerah kemejanya ditarik tiba-tiba.

"Bajingan," ucap sosok yang dengan lancang membuatnya hampir mati karena terkejut. Saga ingin marah tapi orang yang dihadapannya saat ini adalah Sean. Seannya yang entah sejak kapan berada disekitarnya.

"Kau-" Sean menatap sengit tepat pada mata kelam Saga, dulu ia selalu tak berani menatap kedua mata itu, kini tidak lagi.  "Jangan pernah menemui James lagi, kita sudah selesai. Jangan jadi hama dalam hubunganku dengan James," sambungnya.

Saga hanya diam, membiarkan si empu mengatakan apapun yang dia mau.

"Saga ... kumohon jangan rusak hidupku lagi. Sampai kapan aku harus menatanya jika terus-terusan dihancurkan," cetus Sean.

"Apa di matamu aku sungguh buruk?" Saga bersuara lirih.

"Apa kau pikir ada kebaikan yang pernah kau berikan selama kita menjadi pasangan?" Sean balik bertanya, dan itu tepat mengenai ulu hati sang dominan.

"Jauhi James, jangan berani untuk menyakitinya. Jangan dekati keluargaku, pergilah ... jangan jadi penganggu."

Saga terkekeh kecil, pengganggu? Lima tahun ia berjuang sendirian, merindu ditamaram malam dibawah sinar bulan, berkata pada angin jika semuanya akan kembali asal ia bisa sembuh, poros dunianya memilih orang lain. Salahnya, ini salahnya yang terlalu menorehkan luka besar pada Sean. Tapi ia bukan pengganggu, ia hanya ingin memiliki cintanya, Seannya dan juga anaknya, Gavi.

"Apa Gavi tahu siapa aku?" cetus Saga sedikit membuat Sean terhenyak karena Saga membahas sang anak.

"Tidak, dia putraku dan James." Sean berucap enteng seakan melupakan fakta siapa ayah biologis Gavi.

"Tapi dia darah dagingku, kenapa tak memberi tahunya jika aku ayahnya," ucap Saga tak terima.

"Bermimpilah, aku tak akan memberi tahu siapa kau. Ia hanya perlu tahu jika  James-lah ayahnya," sahut Sean.

"Kau egois juga." Saga menepis tangan Sean yang sedari tadi mencengkram kerah kemejanya.

Apa ia akan kehilangan Sean juga Gavi? Apa ini adil baginya? Saga rasa karma memang tengah menekannya habis-habisan, manusia gila sepertinya tak pantas menjadi seorang ayah, ia bahkan pernah berpikir untuk melenyapkan Gavi hanya karena takut anak itu tumbuh menjadi sepertinya.

"Apa kita benar selesai? Apa ini akhir dari kisah dan perjuangan kita?" Saga menatap Sean sendu. Melepaskan bukanlah hal mudah baginya.

"Aku ingin egois tapi kau pasti marah padaku," sambungnya dibarengi kekehan miris.

Hening. Semilir angin semakin membuat suasana malam ini begitu dingin, dua orang yang dulu satu atap, pernah saling mencintai walau salah satunya tak sadar kini bak orang asing yang tak sengaja dipertemukan.

"Aku pergi."

Saga melangkah meninggalkan Sean yang masih tergugu akan perkataan Saga, langkah dominan itu terasa berat seakan beban dunia ada dibahunya. Saga ingin dirinya yang dulu, ia tak mau merasakan rasa pahit ini, ini menyesakkan, dulu ia bisa melakukan apapun yang ia mau, ia bahkan tak bisa membedakan perasaan. Biarlah, ternyata kehidupannya di masa lalu tak terlalu buruk dibanding malam ini. Malam yang akan membekas di ingatannya, dimana perpisahan itu terjadi.

Saga dan Sean telah usai, semuanya selesai tanpa kata. Semua kenangan akan dipaksa untuk berhenti, tapi tidak dengan perasan Saga yang entah sejak kapan akan hilang. Hubungan keduanya selesai tapi tidak dengan perasaannya, itu lebih menyiksa dibanding mendekam di rumah selama lima tahun.

"Kau benar, aku tak seharusnya menghancurkan submisif sepertimu. Kau terlalu rapuh untuk digenggam erat Sean, semoga kau bahagia tanpa aku."

_________

Perbincangan di malam itu masih membekas, walau ini sudah menjelang sore, bahkan Saga sudah siap untuk pulang, semua barangnya sudah dikemas. Sebelum pulang Ray dan Ziron membawanya lebih dulu ke rumah sakit sekedar mengontrol kondisinya. Menurut Saga ini berlebihan, untuk apa ada Ray jika ia masih tetap harus ke rumah sakit, tapi itu juga demi kebaikannya, alhasil ia menurut saja.

"Sudah kukatakan aku baik-baik saja," cetus Saga saat ia baru saja keluar dari ruang dokter.

"Kami hanya khawatir," sahut Ziron, Saga hanya mendengus menanggapinya.

"Permisi!"

"Permisi!"

Saga sontak memberi jalan untuk para perawat yang mendorong brankar, keningnya mengerut merasa familiar dengan sosok yang bersimbah darah itu.

"James."

Saga terhenyak, James terluka.

"Sekertaris James menjadi korban kecelakaan sepertinya," tutur Ziron menatap prihatin pintu UGD yang sudah tertutup.

Saga dengan sigap berlari menghampiri perawat lain yang keluar dari UGD, wajahnya sedikit panik.

"Permisi!" Saga menarik tangan perawat dengan tergesa. "Ada apa dengannya, apa lukanya parah?" tanyanya.

"Maaf, apa Anda mengenalnya?" tanya perawat itu.

"Ya, aku temannya."

"Pasien menjadi korban tabrak lari dan saat ini ia banyak kehilangan darah," jelas perawat.

Mendengar penjelasan dokter Saga mengangguk, Saga mencalonkan diri untuk jadi pendonor saat tahu golongan darah keduanya sama, Ziron dan Ray melarangnya tapi ia tetaplah si keras kepala Saga. Entah apa motif Saga sampai mau membantu James, entahlah dia tak mau sampai pria itu mati walau sebenarnya dengan matinya James itu bisa mempermudah jalannya.

Ray menekan pangkal hidungnya, menunggu Saga yang tengah bersiap. Bukan apa-apa, hanya saja Ray terlalu khawatir terlebih keadaan Saga tak begitu stabil.

Di dalam, Saga hanya menatap langit rumah sakit sedikit meringis saat jarum suntik menusuk kulitnya.

"Apa dengan membantu James, aku bisa menebus kesalahanku Sean?
Aku ingin melenyapkannya tapi aku tak mau kau marah. Duniaku habis untukmu, berbahagialah Sean aku  melepaskanmu."

Saga tersenyum tipis, dengan mendonorkan darah tak akan membuatnya mati. Ia harus menolong James, karena James dunia Sean saat ini. Saga tahu bagaimana rasanya kehilangan poros dunianya berputar dan jangan sampai Sean merasakannya.

______

Sorry baru up kemarin sedikit sibuk menjelang ulangan.

Btw follow tiktok gue dong

@flo3025__






Broken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang