32

15.5K 1.3K 92
                                    

"Apa harus dengan pergi ke sana?" Ryka melipat beberapa setel pakaian Saga memasukannya ke dalam koper. Baru masuk kantor selama dua minggu tapi Saga harus melakukan perjalanan dinas, itu sungguh membuat Ryka setengah tak rela membiarkan Saga pergi.

"Aku ingin semuanya maksimal dan sempurna," sahut Saga ia masih fokus dengan ponselnya.

"Tak ada alasan lain?" Lagi Ryka bertanya membuat atensi Saga beralih padanya.

"Kanada, negara yang sangat Sean dambakan. Ia sangat ingin ke sana, kupikir mungkin aku bisa menemukannya di sana," tutur Saga sirat akan kerinduan.

Ryka meremat pakaian Saga, mungkin saja Sean memang masih di kanada.apa semua akan baik-baik saja, andai kata keduanya bertemu? Terlebih ia tak ada di samping Saga?

"Apa Mama lebih baik ikut?" tanya Ryka tiba-tiba.

"Lebih baik kau bersama nenek, aku bisa sendiri. Bukankah akan ada dokter Ray dan sekertaris Ziron bersamaku di sana?" Jelas  Saga. Ryka mengangguk, ia percayakan semuanya pada Saga dan kedua orangnya. Ziron dan Ray dapat di andalkan, Ryka tahu itu.

"Baik-baik di sana, aku sangat menyayangimu." Kecupan ringan dibubuhkan dipipi sang anak. Saga hanya tersenyum tipis, beginikah rasanya memiliki sayap? Saga merasa cahaya menerpa jalannya, entah sejak kapan ia dekat dengan sang ibu tapi Saga bersyukur atas itu. Ryka, ia tak bisa lagi jika Ryka ikut pergi.

________

Di sinilah Saga berada di The Great White North, Negara besar utara yang putih, Kanada. Saga sudah menapakkan kakinya di Ottawa, kota impian Sean sejak dulu. Entahlah sejak penerbangannya ke sini, hanya Sean yang ada dalam otaknya, terlalu melekat negara ini dengan Sean.

"Tuan saya sudah reservasi hotel untuk kita tempati," ucap Ziron. Saga hanya mengangguk, ia membiarkan koper dan barangnya yang lain dibawa Ziron.

Saga tak pernah tahu jika ia akan menapaki Kanada, negara ini bukan list negara yang ingin ia kunjungi tapi saat ini bukan hanya tentang pekerjaan saja, ia berharap bisa bertemu Sean di sini.

Ketiga orang itu melangkah masuk ke hotel guna istirahat sejenak. Ziron reservasi tiga kamar, tentu saja akan terasa lancang jika satu kamar dengan Tuannya. Tuannya tak akan bangkrut hanya dengan reservasi tiga kamar.

Saga merebahkan tubuhnya, bekerja tak begitu berat dibanding dipasung hampir dua tahun lebih, ditahun ketiga ia bahkan harus belajar kembali berjalan karena kakinya lemas dan sulit menahan bobotnya, Saga rasa lima tahun ini adalah masa terburuk dalam hidupnya, ia tak mau kembali ke kubangan kegelapan itu lagi. Ditahun ini akan ia cari cahaya lain dalam hidupnya, membawanya kembali agar bisa menerangi sisinya yang masih gelap.

"Sean apa kau merindukanku?" gumam Saga sebelum mata itu terpejam, berharap segera bertemu semestanya walau hanya dalam sebatas mimpi.

Ottawa kota impian Sean, dulu ia sering sekali membahas kota ini, ya dulu saat ia masih bersama Saga tapi sekarang nyatanya submisif ini tinggal bersama pria lain di Ottawa, mengisi lembaran kisah hidup Ottawa bersama dominan yang tak pernah sekalipun ia tahu akan bersamanya, dulu ia sangat bergantung pada Saga, segalanya ia gantungkan pada dominan itu. Maka karena itu hari dimana ia pergi, rasanya ia terhimpit kehancuran, sampai tercekik kenyataan. Ia pikir hidupnya tak bisa baik-baik saja tanpa Saga, tapi sekarang ia mampu berdiri tanpa ada Saga disampingnya.

Ottawa saat malam hari begitu indah, ditambah pekikan kegirangan Gavi saat menerima permen dari James. Mereka baru saja makan malam bersama di luar, James bukanlah pria cuek atau sangat romantis, pria itu melakukan segala hal sesuai porsi tak pernah berlebihan dalam hal apapun.

"Kenapa memberinya permen, ia akan sekolah besok, giginya akan sakit," cetus Sean.

"Selagi itu tak berlebihan, gigi Gavi akan baik-baik saja. Lagipula hanya satu," sahut James membuat Sean merengut. "Ayolah sayang, kita memang harus memperhatikan apa yang Gavi makan tapi permen tak akan berbahaya jika hanya satu," sambung James, ia mengelus tangan Sean.

"Aku janji tak akan makan permen selama seminggu," timpal bocah itu, siapa yang tak akan luluh dengan tatapan polos itu, alhasil Sean hanya mengangguk.

"Besok aku tak bisa mengantar Gavi, ada pekerjaan dan kedatangan orang penting ke perusahaan," tutur James.

"Tentu, aku bisa mengantarnya. Kau tak perlu merasa bersalah," ucap Sean.

Mereka tampak keluarga harmonis yang benar-benar sempurna, cinta yang diberi keturunan dan hidup yang damai. Siapapun akan iri melihat ini, bagaimana manisnya sang dominan memperlakukan submisif dan anaknya.

Mereka kembali ke rumah sekitar jam sembilan malam, Sean khawatir Gavi akan susah bangun pagi besok, ia sudah masuk sekolah dari minggu kemarin sesuai tahun ajaran.

______

Entah sejak kapan bekerja menjadi hal menyenangkan bagi Saga, ia rasa bekerja menjadi list salah satu bagian inti kehidupannya.

"Senang bekerja sama dengan Anda."

Saga menerima jabatan tangan Connor presiden C'company, syukurlah segalanya berjalan lancar.

"Sekertaris James, akan mengurus segalanya Anda tenang saja Tuan. Nikmatilah waktu Anda selama di Ottawa ini, sekertaris James bisa menemani Anda untuk melihat-lihat Ottawa, maaf saya tak bisa menemani Anda secara langsung, tapi percayalah sekertaris saya adalah orang yang dapat di andalkan," tutur Connor.

"Tentu, suatu kehormatan bagi saya bisa menikmati waktu di Ottawa." Saga menyahut dibarengi kekehannya.

"Suatu kehormatan bisa menemani Anda Tuan Saga, saya akan berusaha membuat Anda senang selama di Ottawa," timpal James. Ia memberikan senyuman terbaiknya.

"Terima kasih sekertaris James, senang saat Anda menyanggupinya," sahut Saga.

Tanpa keduanya tahu, pertemuan bisnis ini menjadi benang untuk takdir yang akan semakin rumit, menjadikan jalan dimana setiap harapan itu terwujud. Luka baru dan luka lama mungkin akan kembali tercipta, apa yang sudah digariskan takdir tak bisa ter-elakkan. Semua akan menjadi sesuai apa yang digariskan.

Harapku pada semesta kita bertemu lagi
Tapi kau meminta semesta untuk aku menjauh

_Saga Gradyal_

_______

Mau 600 vote


Broken [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora