28

17.3K 1.5K 182
                                    

Sean mengacungkan pisau ditangannya, tatapannya nyaris seperti elang yang siap memangsa. Ia sudah tak peduli hidup dan mati, bagaimana bisa ada manusia sekejam ini di dunia ini.

"Bajingan! Kau manusia tak waras!" Sean melemparkan semua barang yang bisa ia gapai.

"Lalu kau mau apa jalang?" Alex sedikit mendekat pada Sean. Si empu mundur beberapa langkah.

"Kau menculikku, kau menjijikan!" Lagi Sean berteriak, ia bersumpah tak akan pernah mengampuni pria tua bangka ini.

"Menculik? Hey, ini rumahmu. Orang-orang juga tahu akan hal itu, aku hanya menyeretmu pulang," sahut Alex dengan kekehan menyebalkan.

Sean mengepalkan tangannya, tangan kanan masih menggenggam sebilah pisau.

"Aku akan membuat hidupmu menyesal, aku bersumpah," ucap Sean.

Alex suka sekali daun muda seperti Sean, sangat nikmat untuk dilahap. Baru membayangkannya saja sudah membuatnya keras, anak ini manis dan sangat memikat, menyesal tak ia nikmati dari balita saja sekalian, sudah besar seperti ini sulit dikendalikan.

"Kau tahu? Daun muda selalu menggoda, seperti kekasihmu dulu." Alex melangkah lebih dekat, ucapan Alex berhasil membuat kerutan di kening si empu. Kekasihnya dulu? Sean meremat celananya, Gea kah?

"Apa yang kau katakan sialan?!" Sean melempar pas bunga berhasil melukai kening Alex.

"Gadis cantik yang pernah kau bawa ke sini, sama nikmatnya denganmu. Sayang." Alex mengelus pipi Sean, yang langsung ditepis kasar.

"Ka-kau ... yang menghamili Gea?" Sean tergagap, merasa tak percaya. Selama ini yang membuat hidupnya kacau adalah Alex? Akar dari semuanya hanya Alex?

"Kenapa kau terkejut? Bukankah daun muda memang nikmat, terlebih seorang gadis perawan ahh ... membayangkannya membuat penisku keras." Alex mengelus penisnya yang masih terbungkus celana.

Saga menyalahkannya atas kematian Gea, tapi dalang dari itu adalah Alex. Orang yang tak pernah sedikitpun Sean curigai, seharusnya sejak awal ia sadar jika pria dihadapannya ini pria bajingan. Salahnya kenapa membawa Gea ke rumah, Sean bodoh.

Brak

Sean mendorong Alex sampai terjungkal, sudah cukup. Alex sudah terlalu jauh, Sean mengacungkan pisau siap melenyapkan Alex.

"Nyawa dibalas nyawa, kau bukan hanya bajingan tapi kau pembunuh, kau perusak. Kau itu hama dunia yang pantas dilenyapkan," ucap Sean, di injaknya kaki Alex membuat si empu menjerit. Selama ini ia hidup penuh luka hanya karena di cap pembunuh, tapi ternyata dalangnya Alex, pria yang benar-benar cabul.

"Menjauh, sialan! Kau pria hamil menjijikan!" teriak Alex dibarengi ringisan setelahnya.

Sean terkekeh, ia tak akan membiarkan mangsanya merasa longgar. Akan ia buat Alex membayar segalanya, Sean banyak belajar dari Saga, jadi kuatlah untuk bisa melenyapkan pria macam Alex.

"Kau mau bersenang-senang denganku?" ucap Sean ia mengelus penis Alex. "Aku menyerah sekarang, rasanya aku hidup juga tak berguna. Kau bisa melakukan apapun padaku," sambung Sean dibarengi isakan, Sean terduduk lemah.

Alex mendudukan dirinya, merasa senang mangsanya pasrah. Ia menyukai yang pasrah seperti ini.

"Aku akan pergi," ucap Sean tapi ditahan Alex membuat si empu menyeringai, jebakannya berhasil.

"Kulum penisku, manis," ucap Alex yang di angguki Sean.

Sean membuka resleting celana Alex, ia langsung dihadapkan dengan penis besar Alex, dielusnya batang daging itu dengan lembut membuat Alex menggeram, Sean mengocoknya sekuat tenaga sampai membuat Alex terlena. Ia tersenyum miring melihat bagaimana pria cabul ini menikmatinya, akan ia buat hari ini, hari terakhir ia merasakan kenikmatan itu.

Broken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang