36

14.1K 1K 84
                                    

James tak tahu ia akan bertemu dengan pria bajingan dimasa lalu Sean sesantai ini, tadinya ia ingin menghajar habis Saga tapi ia ingat siapa Saga bagi perusahaan tempatnya bekerja. Dunia memang lelucon, yang berkuasa tetap yang banyak uang dan pemilik tahta tertinggi dalam bisnis.

James menatap Saga dingin, cukup sudah ia bersikap baik selama pria ini berada di Ottawa, menyesal telah mempertemukan Saga dengan Sean, andai ia tahu lebih awal pria bajingan masa lalu Sean.

"Sean milikku," ucap Saga setelah sedari tadi diam, membuat James mendengus geli. Miliknya? Sejak kapan Seannya menjadi milik Saga.

"Aku tak tahu apa alasan kau mencampakkan Sean di masa lalu, tapi yang aku tahu saat ini. Sean sudah bersamaku, bahkan aku akan mempertemukan keluargaku dengannya secepat mungkin," tutur James.

"Kau mau minta apapun akan kuberi, tapi kembalikan dia padaku." Saga masih bersi keras dengan keinginannya. Menyerah dengan mudah, bukanlah seorang Saga.

"Apa kau pikir Sean tidak berharga bagiku? Mau kau ganti dia dengan gunung emas sekalipun, aku tak akan memberikannya padamu, kau hanya masa lalunya." James berucap tajam, tak ada lagi sopan santun yang ia junjung saat berbincang dengan seorang tamu perusahaan. Bagaimana tidak, James dikejutkan dengan kedatangan Saga ke perusahaan dan mengajaknya berbincang, lebih terkejutnya Saga menceritakan hubungan masa lalunya dengan Sean.

"Maaf jika aku egois, tapi aku juga mencintainya. Mungkin kau lebih dulu mengenalnya tapi sungguh aku sangat mencintainya, dia cinta pertamaku. Aku melakukan apapun untuknya, bisakah kita jalani semuanya dengan semestinya. Bukankah Sean sendiri tak mau lagi bersamamu?" sambung James.

"Dia tak mau lagi bersamaku karena ada kau," sahut Saga.

"Baiklah, aku tahu aku memang orang baru. Bagaimana jika kita tanyakan saja, siapa yang ingin Sean pilih, kau atau aku? Aku akan menyerah jika dia masih mencintaimu, membiarkan sosok yang dicintai bersama cintanya juga adalah akhir dari perjuangan, beri aku waktu dua hari untuk bicara dengan Sean. Kau bisa percayakan itu padaku, aku tak akan egois jika itu kebahagiaan Sean," cetus James. Ia tak mau memaksakan kehendak, jika memang Sean ingin bersama Saga, biarlah tugasnya mungkin usai.

Saga hanya diam mendengar ucapan James, apa ia memang egois? Sampai tak mau Sean bersama dengan James? Tapi dalam cinta semua orang akan egois, ia tak bisa merelakan Sean bersama dengan yang lain.

James pamit setelah perbincangan keduanya selesai, ia berusaha sabar menghadapi Saga. Mau bagaimanapun ia sadar diri, siapa Saga dan siapa dirinya. Jika benar Sean memilih Saga, ia akan mundur. Ditilik dari manapun Saga lebih baik darinya, masa depan dominan itu terjamin, ia hanya seorang sekertaris sedangkan Saga seorang pemimpin perusahaan, perbedaan yang kontras. Tadinya James merasa tak terima akan kehadiran Saga yang kembali menerobos kehidupan Sean, tapi dipikir ulang dirinya belum cukup pantas bersama Sean. Sean harus bahagia entah dengannya atau bersama Saga.

Saat sampai rumah, kedatangannya mengejutkan Sean. Mungkin submisif itu heran karena tak biasanya ia pulang lebih awal.

"Kau sudah pulang? Tumben sekali heh." Sean menghampiri James dengan senyuman manis yang terpatri diwajahnya.

"Eum, ada sesuatu yang harus kita bicarakan," sela James berhasil membuat senyuman Sean lenyap, entah kenapa ia merasa tak enak dengan ucapan James, tak biasanya dominannya ini berucap begitu.

"James .... " Sean duduk disamping sang dominan.

"Apa Gavi tidur?" tanya James yang di angguki Sean. Terdengar helaan napas halus dari James, ia memastikan Gavi tak mendengar perbincangan keduanya, ia tahu Gavi masih kecil tapi setidaknya berbincang hal penting seperti ini jangan melibatkan bocah.

"Sean, aku tahu ini akan menyakitimu. Aku juga tak ingin membahasnya, tapi mau bagaimana lagi ini harus dibahas." James mulai perbincangannya, ditatapnya Sean penuh cinta.

"Aku tahu siapa Tuan Saga," cetusnya.

Hati Sean mencelos mendengarnya, seharusnya ia menceritakan lebih dulu soal ini pada James, pria itu pasti kecewa padanya.

"Dia hanya masa laluku James," ucap Sean lirih. Tak mau sampai James meninggalkannya.

"Aku tahu, tapi jika kau masih mencintainya kau bisa kembali padanya. Aku akan mundur, bagiku kau bahagia saja aku sudah senang, dengan siapa kebahagiaan itu aku tak peduli yang terpenting kau bahagia," tutur James.

"Apa yang kau katakan?! Kau menyuruhku pergi darimu?!" Sean mencengkram kerah kemeja James, air mata luruh dari kedua matanya.

James menggeleng pelan. "Tidak, jika bisa aku ingin egois. Tapi kebahagiaanmu adalah hal penting," ucapnya.

Sean menggeleng, ia mengusap rahang James. Bagaimana bisa ia meninggalkan sosok yang lima tahun ini menemaninya selama ia terpuruk, membantunya, mencintainya dengan tulus, ia tak akan meninggalkan James.

"Aku mencintaimu James, dengannya aku sudah usai. Jangan menyerah untuk terus bersamaku, bahagiaku adalah kau," tutur Sean. Keduanya saling memeluk, masa lalu hanyalah masa lalu tak akan menjadi masa depan.

Mau bagaimanapun masa lalu, mau sesempurna apapun masa lalu, tetap saja Sean tak akan melepaskan sosok yang sudah mengobatinya.

"Teruslah bersamaku, jangan meninggalkanku karenanya James." Sean semakin mengeratkan pelukannya, tak ada yang bisa merebut James darinya begitupun dirinya yang tak bisa direbut dari pelukannya James, keduanya saling memiliki.

"Aku mencintaimu, sungguh," bisik James.

Ditempat lain Saga tengah menyesap secangkir teh, tenggelam dalam lamunan atas perbincangan tadi bersama James.

Bagaimana James bersikap yang akan mengembalikan Sean jika pria itu mau, terlihat jelas bagaimana James sangat mencintai Sean. Apa ia harus menyerah jika Sean memilih James? James pria baik, ia bersikap sopan, seharusnya Saga sadar atas sikapnya di masa lalu, memperlalukan Sean dengan begitu kejam. Benar kata Sean, jika ia tak tahu malu bertingkah seakan tak terjadi apapun di masa lalu.

"Tapi aku mencintaimu Sean, sangat."

______

Tipis tipis aja dulu

Broken [END]Where stories live. Discover now