02

121 11 0
                                    

selamat membaca

◇◇◇

Tok…tok
Suara ketukan pintu kelas, menghentikan kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung, semua murid serta guru yang mengajar mempusatkan pandangan mereka pada sosok yang berada di ambang pintu.

“silahkan masuk nak”
"okai class, today we have a new student here, could you please introduce your self first?”

“perkenalkan nama saya Anvaya Raespati Diaz-Pradeepa, you may call me Anvaya,  saya pindahan dari Amerika, terima kasih”

murid yang tengah perkenalan singkat di depan kelas ini terlampau dingin dengan tatapan mata tajam dan tak ada ekspresi sedikitpun dalam pahatan sempurna wajahnya.

namun hal itu tak mengurangi bak setetes kekaguman para murid pada pemandangan laki laki tampan yang mengaku bernama Anvaya ini.

Suguhan sosok Anvaya dengan proposi wajah nyaris sempurna dan leluk tubuh bak model celana dalam terkenal, berbadan tinggi, dada serta lengan yang terlihat besar dan keras meski dibaluti dengan jaket jersey merahnya.
Hidungnya mancung, alisnya tebal  menaungi mata doe yang menelisik segala hal yang dilihatnya dengan amat tajam. bulu mata lentik, lekuk rahangnya yang menjadi titik salfok terbaik pada sosok rupawan itu. rahang itu sangat pas membingkai wajahnya, membuat semua pasang mata susah payah untuk memalingkan wajahnya pada ciptaan tuhan paling menakjubkan.

“okai thank you Anvaya, you may sit there”
ujaran sang guru seketika menghentikan khayalan dan imajinasi luar biasa setiap otak dalam kelas terhadap sosok Anvaya dan mengembalikan pada tempat semulanya.

Guru itu menunjuk ke arah kursi yang akan ditempati Anvaya, kursi paling depan.
Si empu hanya mengangguk sebagai jawaban dan berjalan maju.

bukan, bukan meja yang itu tujuannya.

ia memilih meja pojok belakang, yang telah diisi sebelahnya.

“Can I sit here?”

“if you want to”,
“okai then, lets, continue our discussion”

Semua murid kembali memerhatikan guru di depan menerangkan hingga bel berbunyi menunjukkan waktu istirahat, para murid mulai bertaburan keluar ruang kelas untuk ke kantin atau sekedar mencari udara segar.

Terkecuali Anvaya dan sosok di sampingnya ini, mereka belum sempat berbicara atau sebatas menukar nama.

Sosok ini terlihat sangat fokus dengan bukunya, sedang Anvaya yang terlalu cuek untuk membuka obrolan.

Hingga suara dubrakan pintu memecahkan keheningan kelas. Anvaya menoleh dan melihat sekelompok murid berandalan memasuki ruangan.

mereka menuju ke arahnya.
bukan ia tujuannya melainkan sosok di sebelahnya.

“woi kutu buku”
laki laki tersebut menyunggingkan senyumannya, merendahkan.

"kerjain tugas gue, gue gamau tahu sebelum jam pulang, tugas ini sudah harus selesai”
“ini harusnya jadi tugas lo kemarin, kemana lo kemarin? mau kabur lo??”

tambahnya marah sambil menarik kerah baju sosok yang dipanggil kutu buku ini. Sosok itu terlihat takut dan hanya diam.

sedangkan Anvaya memilih melipir, tidak peduli.
ia tau ini, ia sudah kelewat hafal dengan hal-hal menganggu seperti ini.

namun untuk kali ini, ia muak dan memilih untuk berdiri dan keluar dari ruang kelas.

ia sudah berapa di penghujung pintu ketika tubuhnya kesenggol dengan laki - laki yang berjalan ke arah keributan tersebut.
ia terlihat marah, bahkan sangat marah.
Anvaya sempat meliriknya sekilas.

Anvaya terdiam, ia tak berbalik tapi tak juga berjalan.

“WOI MAU NGAPAIN LO SAMA DIA?”
“BERANINYA KOK SAMA ADEK KELAS?” “LAWAN GUE SINI ANJING”

ucap laki-laki itu sambil memegang pundak si murid berandalan dan menghampasnya kasar.

“Lepasin dia, lawan gue sini, Valour culun”

“eh si pahlawan datang nih hahaha”

“mendingan lo bersih-bersih lob*ng lo aja, biar enak dipake sama pejabat-pejabat sekolah”

ejek si murid berandalan yang dipanggil Valour menatap tajam pada lawan bicaranya.

“HAHAHAHA, masuk CLY jalur ngelont* jangan jadi so pahlawan”. tambah salah satu temannya.

“diem lo bangsat, lo ga tau apa-apa ya sialan”
amarah laki laki itu semakin memuncak, mukanya sudah memerah dan kepalanya tangannya memutih, berusaha keras menahan emosi

“HAHAHA”
“ouh gue tau, siapa tau dia mau ngajarin si kutu buku cara menjilat dengan cara yang baik dan bener genk”

“HAHAHA kok lont* semua sih”

“tutup mulut sampah lo anjing”
itu menjadi kalimat terakhir yang dilontarkannya sebelum melayangkan satu pukulan keras pada pipi kanan murid berandal atau Valour.

BUGH!!

pukulan keras itu langsung membuat  Valour terjatuh, tersungkur di lantai.

Sang Pelaku sepertinya belom puas, ia bahkan naik ke atas tubuh Valour lalu menjatuhkan pukulan demi pukulan terhadap sosok yang sudah tekapar lemah dibawahnya.

“lo gatau apa-apa anjing”
“lo yang dari lahir udah jadi anak mami, masuk lewat jalur uang haram, ga bakal paham rasanya cari duit”
“lo yang tinggal minta orang tua, anak manja gausah banyak bacot”.

Pukulan demi  pukulan terus dilayangkan seaakan ia sudah kehilangan akalnya, bahkan anggota genk Valour juga terlalu sayang nyawa untuk mendekat. Hingga sebuah tangan memeluknya dan mencoba menghentikannya 

“stop katain gue lont---” kalimat itu terpotong dan tangannya sudah berada di udara.

"udah mas"

éminén • kookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang