16

62 8 1
                                    

selamat membaca

◇◇◇

hurt, suicide//

Harusnya Anvaya tak peduli bukan?

Harusnya Anvaya kembali dengan sesi tidurnya yang sempat terganggu kan?

Entah entitas macam apa yang merasuki, tapi ia menarik Ashkara kali ini.

ia mengejarnya kali ini.

menahan sosok itu menjauh seakan Ashkara adalah satu-satunya sumber oksigen untuk bertahan hidup.

Entah itu karena peduli atau....

..atau karena ia tahu rasanya gagal menyelamatkan seseorang yang paling dikasihi.

Ia tahu rasanya menjadi pengamat yang bodoh nan pasif.

Ia tahu rasanya melihat sosok yang selalu ia ajak tertawa terdampar tak bernyawa di hadapannya..tapi tubuhnya terlalu kaku untuk melakukan sesuatu.

Ia memahami ketidakberdayaan itu.

Ia memahami rasa sesak itu.

Ia memahami penyesalan itu.

Ia memahami amarah itu.

Ia paling memahami kondisi dan perasaan mengerikan itu.

Mungkin itulah satu satunya alasan dirinya sekarang, duduk beralaskan rumput di depan taman asrama dengan Ashkara dalam rengkuhan.

Ia memeluk erat tubuh kaku yang menempel pada dirinya sambil menatap ke arah puluhan polisi dan petugas kesehatan berlalu lalang melakukan tanggungjawabnya.

Tubuh Ashkara dingin, wajahnya pucat pasi, tatapannya kosong, tidak ada suara yang terdengar, tidak ada gerakan sama sekali selain lajunya degupan jantung yang Anvaya rasakan dalam pelukan.

"vin? Kavindra?"

Ashkara tiba-tiba melepas rengkuhan Anvaya, berlari pada kerumunan petugas keamanan yang mengangkat tubuh kaku sahabatnya.

Ia memaksa masuk, mendorong, menarik dan menyelip di antara para petugas.

"KAVINDRA LO GA BOLEH GINI!!!"

"GUE ADA DISINI VIN"

"AWAS, GUE MAU LIAT SAHABAT GUE"

Ashkara semakin tak terkendali dalam kerumunan. ia meneriaki petugas yang menutupi pandangannya, memukul mereka yang menyeretnya keluar.

"MINGGIR! BIARIN GUE LIAT SAHABAT GUE TOLONG"

"KAVINDRA!! AWAS TOLONG!!!"

Lagi-lagi Anvaya mengejarnya. eksistensi Ashkara seakan melelehkan bongkahan es batu yang selama ini Anvaya bekukan kuat kuat dalam hati.

lantas Ia menarik lengan si empu keluar dari kerumunan dan memeluknya kembali.

Anvaya mendekap tubuh ringkih itu tanpa suara, menerima segala upaya pemberontakan dari Ashkara untuk melepas diri.

Ashkara bergerak tak nyaman dalam rengkuhan. ia memukul, mendorong, memaki, meneriakinya. tapi si empu masih tak bergeming, diam di posisinya, bahkan membalas dengan mengelus rambut basah Ashkara untuk menyalurkan ketenangan, seolah mengatakan bahwa ia tak sendiri.

"lepasin Anvaya..gue mau liat sahabat gue"

"awas!!"

Anvaya semakin mendekap kuat tubuh Ashkara yang bergetar hebat, masih dengan elusan hangat di pucuk kepalanya.

éminén • kookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang