04

79 7 2
                                    

Selamat membaca

◇◇◇

Setelah kurang lebih 1 jam, akhirnya pertemuan itu selesai.
Anvaya adalah murid terakhir yang keluar dari ruangan kepala sekolah.

Ia berjalan keluar dari gedung dengan muka datar, tanpa ekspresi. Ia tak berencana untuk masuk kelas dan melanjutkan pelajaran. Ia merasa perlu menghirup udara segar sejenak sebelum kembali ke dunia nyata.

Bukan, bukan karena penjelasan tante Vatika yang mengikutsertakan Anvaya dalam olimpiade, tapi pesan mamanyalah yang memporakpondakan hati dan pikiran Anvaya.

Ia berjalan dengan langkah malas, mencari tempat yang memungkinkan dirinya untuk berbenah diri tanpa ada orang, tanpa ada suara, tanpa ada yang bertanya.

Tujuan akhirnya adalah rooftop. Ia menaiki satu demi satu anak tangga hingga pada lantai 10, lantai teratas dari sekolah ini.

Ia membuka pintu bertuliskan only emergency dan menyusuri area rooftop yang cukup luas. beruntung sekarang sedang mendung, sehingga tidak terlalu panas untuk berdiam diri lama disana.

Ia berdiri di ujung pembatas rooftop, menutup matanya dan menghirup rakus udara segar dari atas sana. berusaha mengesampingkan suara-suara aneh yang berenang di dalam kepalanya.

Mamamu pengen kamu bisa kayak kakakmu Vay

Kakakmu ikut olimpiade ini dari kelas 10 dan ia selalu berhasil

Kakakmu pasti bangga kalo adek kesayangannya bisa mengikuti jejaknya

"Kamu harus bisa kayak kak lizzie, kamu satu-satunya harapan mama sekarang, kamu harus bisa ya sayang, jangan bikin mama dan kak lizzie kecewa"

"ai, nanti kalo kak zizi udah gaada, mimpi-mimpi kak zizi harus kamu lanjutin yah, kasian mama udah sekolahin mahal mahal, tapi akunya pergi, gaada yang lanjutin"

"ai, kalo kak zizi mati aja gimana?"

"ai tolong kakak aii, sakittt... kaka sudah ga sanggup!!!"

Anvaya sudah berdiri sempoyongan di ujung rooftop.
ia enggan membuka matanya, rasa sesak menguar dan mencabik cabik hatinya. ia merasa sedang tenggelam di lautan pasir yang tak ada ujungnya, ia menolak menyelamatkan diri apalagi meminta tolong.

\cetek\cetek\cetek

"buset, kenapa pake macet segala sih ni korek anjing"
"woi minta korek dong"

dua kalimat itu memasuki indra pendengaran Anvaya dan seketika menyadarkannya.

"Hah Hah Haahh"

terdenger suara hembusan nafas berat Anvaya seperti telah selamat dari tenggelamnya, ia membuka mata menoleh ke kanan, melihat sosok laki laki yang sedang berdiri sejajar sejarak 3 meter darinya sambil mengapit tembakau menyala di jari lentiknya.

" gajadi bro, udah bisa..kenapa lo? abis dicipok siape lo sampe sesak begitu?"

tanya laki laki itu sekenanya sambil menatap Anvaya yang mata merah dan bibir terbuka.

Anvaya tak menjawab, ia memandang laki laki itu sebentar lalu kembali mengarahkan pandangannya ke depan. laki laki itu pun tak peduli, ia juga kembali menghadap ke depan sambil menghirup nikotin di antara bibirnya.

éminén • kookvWhere stories live. Discover now