06

62 7 0
                                    

Selamat membaca

◇◇◇

"mau main basket bentar ga?”

“kurang bisa main gue”

“udah ayo elah”

Anvaya berlari ke arah lapangan basket dan melemparkan bola kepada Pandhu.  Pandhu dengan sigap menangkapnya dan mulai sesi saling merebut bola bersama teman sebangkunya ini.

Permainan berlangsung seru dengan iringian riuk tawa keduanya dan celotehan Pandhu yang sering gagal merebut ataupun memasukkan bola.

“udah Vay cape gue, kalah mulu”

Pandhu mendudukkan dirinya di tengah lapangan sambil mengusap keringat di dahinya.
Anvaya tersenyum tipis sambil mendribble bola sekali lagi dan memasukkan bola ke dalam ring.

“tapi lo udah bagus kok mainnya,”

“bagus apaan, gue 20 lo 65, jangan ngerendah deh lo sat”

“hahaha lo kurang latian aja tuh, ayo main lagi, gue jamin besok lo jadi atlet basket”

Anvaya membalas dengan nada mengejek, lalu duduk di samping Pandhu.

“halah bacot, diem deh lo. gue emang udah lama ga main basket lagi, terakhir kayaknya 2 tahun lalu bareng mas gue”

“lo deket banget ya sama kakak lo?”

Anvaya menoleh ke arah Pandhu yang duduk selonjoran di sampingnya.

“hmm dulu sih deket banget, sekarang engga tau lagi deh”

balasnya sambil menunduk. Anvaya tak lagi bertanya. 

“kalo lo Vay? punya saudara?”

“punya…tapi dia udah bebas sekarang”

“bebas?”

“iya. udah ga penting, yuk balek udah jam 11”

Anvaya memotong pertanyaan Pandhu dan lekas berdiri.

Akhirnya mereka berpisah di area parkiran sekolah, Anvaya dengan mobil hitamnya, sedangkan Pandhu dengan motor merahnya.

.

Pandhu menyusuri heningnya jalan malam dengan angin sejuk yang menerpa wajahnya.
sekitar 15 menit, akhirnya ia sampai di sebuah rumah sederhana tepat di sebelah perkebunan kopi yang diberi label Cornelius. Ia membuka pagar batu rumahnya, entah masih bisa disebut miliknya atau tidak tapi malam ini ia memilih mampir.

Ia menghembuskan nafasnya ketika melihat Kawasaki ZX-25R hitam terparkir di samping motornya.

Ia berjalan keluar garasi dan berjalan masuk lewat pintu belakang rumah.

.

.

PRANGG

Bunyi botol pecah menghentikan langkah Pandhu yang menuju kamarnya di lantai atas. Ia mengampiri sumber suara itu.

“dasar anak ga berguna!.. kenapa pulang? baru inget pulang? 5 hari keliaran di luar ga pulang pulang, ngapain kamu? jual diri?”

“saya dengar kamu di skors dari sekolah, siapa lagi sekarang yang kamu gebukin?”

“sudah syukur-syukur kamu dapat kesempatan jadi perwakilan sekolah..kenapa bolos kamu?”

“kenapa kamu tidak juga berubah? Dasar tidak tau diuntung”

bentak seorang pria paruh baya pada seorang remaja laki laki yang masih memakai seragam sekolahnya.

“coba liat adikmu, pinter, ga pernah membantah, selalu nurut apa yang saya bilang, kenapa kakaknya berandalan begini?"

éminén • kookvWhere stories live. Discover now