10

59 8 0
                                    

Selamat membaca

◇◇◇

Pada malam yang diselimuti oleh mendung ini, Anvaya akhirnya kembali mengendarai mobilnya pulang setelah mengikuti bimble rutin bersama Jiva dan Shevaya.

Ia menyusuri jalanan malam yang sudah tak begitu asing baginya dengan rasa malas yang menguar di hatinya, harusnya ia menginap saja hari ini di tempat Jiva.

muak sekali rasanya pulang ke rumah yang tak ada isinya selain dirinya, tak ada suara lain di dalamnya selain detak jantungnya. tidak ada yang menunggu kepulangannya ataupun menyambut kedatangannya.

sepertinya keputusan menyetujui ibunya untuk kembali ke sini adalah pilihan buruk. di Amerika meski ia tinggal sendiri juga, tapi setidaknya flat itu tidak menyimpan kenangan buruk yang terus menghantui Anvaya tiap ia menginjakkan kakinya disana.
setidaknya di flat itu masih nyaman meski tak hangat.
setidaknya di flat itu ada bibi dan paman yang tiap hari mengunjunginya untuk menanyakan kabarnya dan sekolahnya.

iya, setidaknya flat itu lebih layak di sebut rumah dari rumahnya itu sendiri

karena semenjak ia kembali, ia selalu sendiri, tak ada yang menemani ataupun memerdulikannya secara tulus.

meski begitu Anvaya tetap menyebut bangunan ini sebagai tempat pulang. namun malam ini, kepulangannya kali ini, ada yang berbeda.

Ia memasuki pintu rumah megah bak istana ini dengan hati yang janggal, biasanya jam segini..lampu ruangan bawah sudah dimatikan meski waktu belum menunjukkan tengah malam.

Dan benar ia bertemu dengan sosok yang ia harap tak bertemu lagi dengannya.

"sudah pulang kamu Vay"
sesosok wanita paruh baya tengah memotong daging steak yang telah disediakan di meja makan, menyapa Anvaya yang datang dari pintu depan.

Anvaya tidak peduli, ia berjalan melewati ruang makan tanpa melirik ke arah sosok yang tengah duduk di salah satu kursi di sana.

"sudah makan kamu? ayo temani mama makan dulu,"
ucapnya lagi, tanpa melirik ke arah Anvaya yang sudah berada di depan anak tangga pertama menuju lantai atas.

lagi - lagi tak ada balasan.

"Vay..mama ingin bicara dengan anak mama..mama sudah bela-belain menjengukmu kesini, tapi kenapa kamu malah seperti ini?"

"saya tidak pernah meminta anda untuk datang"

"baiklah, sepertinya kamu masih marah. mama hanya ingin bilang kalau kamu harus tetap mengikuti karantina untuk olimpiade nasional sekolah dengan baik.
pertahankan nilai dan peringkatmu"

"kamu terlahir dari keluarga yang cerdas, lizzie juga adalah anak yang sangat pintar, jadi mama pengen kamu juga bisa seperti kami, jangan pernah mengecewakan dan berakhir seperti kakakmu"

jelas wanita yang dipanggil mama itu, tapi belum ada juga jawaban dari Anvaya.

"Anvaya, kamu dengar?"

"iya ma, mama cuma nuntut nilai kan dari Anvaya?"

Anvaya menghampiri sosok yang masih ia anggap ibu ini

éminén • kookvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang