3. SEDIKIT PEMBELAAN DIRI

111K 6.6K 1.2K
                                    

🥂2.50k vote and 1k comments for next🥂

3. SEDIKIT PEMBELAAN DIRI

Manusia mana yang suka jika hidupnya dikekang?

***

Hening sejenak. Setiap mata terlihat begitu waspada, anggota Amigos memasang sikap siaga satu kalau-kalau saja Marsel membuka sepatu lalu menyumpalkannya ke dalam mulut Alana. Otak mereka sibuk menerka-nerka langkah apa yang akan diambil Marsel selanjutnya.

Napas Marsel memberat. Tangannya mengepal sampai buku-buku tangannya terlihat memutih. Sorot matanya begitu menusuk menatap Alana yang kini masih bersembunyi di balik punggung lebar Daren. Pria itu melangkah cepat menuju Alana, namun Daren malah menghalanginya.

"Minggir." Suara beratnya membuat kuduk Alana meremang.

Daren mendengus. "Enggak. Kalau gue minggir baby girl pasti bakal lo kasarin lag—"

Bugh!

Alana memekik saat dirinya kini tak memiliki pelindung lagi karena Daren terjatuh ke samping sambil memegangi pipinya.

"SIALAN LO SEL! ENGGAK ASYIK LO, MUKULNYA BENERAN!" teriak Daren menggebu-gebu. Pria itu dibantu duduk oleh Bastian.

"Murahan," cela Marsel.

"Ganjen, gatel, nggak tau malu, miskin, jelek, semuanya aja lo borong."

Jantung Alana berdetak cepat. Darahnya seperti mendidih. Dia marah, muak, juga letih karena harus terus-terusan menerima rentetan hinaan yang diberikan Marsel. Dia ingin menangis kemudian meneriaki Marsel, memaki cowok itu seperti yang sering Marsel lakukan padanya. Tapi yang bisa ia lakukan hanyalah mengepalkan kedua tangannya, menyalurkan amarah lewat kuku panjangnya yang menancap di telapak tangannya sendiri.

Marsel berlalu, tak lupa menyenggol kuat bahu Alana sampai gadis itu mundur beberapa langkah.

"BRENGSEK LO SEL! BISANYA CUMAN NYAKITIN CEWEK!"

Marsel berhenti melangkah. Sebelum pria itu berbalik Kenzo bergerak cepat menariknya. Kenzo tak memedulikan teriakan juga umpatan dari bibir Marsel yang pria itu tujukan untuk Jayden.

Jayden menghela napasnya panjang. Ia melangkah mendekati Alana lalu memegang kedua pundak gadis itu. "Na, lo oke?"

Alana tersenyum, bohong kalau dia baik-baik saja sekarang. "Enggak papa kak."

Jayden balik tersenyum. Ini yang pria itu suka dari Alana. Gadis itu selalu tersenyum dalam keadaan apapun. "Ke kantin bareng gue mau eng—"

"ALANAAA!"

Teriakan nyaring dari belakang membuat dua orang itu kompak menoleh. Jayden melepas pundak Alana saat siswi berambut kepang dua, berkaca mata besar tengah berjalan tergesa-gesa menuju mereka.

Paula Isnantia Pangestika, satu-satunya siswi yang mau berteman dengan Alana, kutu buku yang kerap kali mendapat perlakuan bullying karena penampilannya yang terkesan cupu.

"Halo kak Jay." Paula melambaikan tangannya pada Jayden sambil tersenyum pepsodent.

"Hai." Jayden tersenyum ramah. Cowok itu menatap Alana. "Gue ke kantin duluan ya kalau gitu."

Alana mengangguk.

"Makan yang banyak kak Jay."

Jayden tertawa mendengar candaan Paula. "Harusnya gue yang bilang begitu. Lo berdua makan yang banyak biar tinggi badan kalian nambah satu senti." Kemudian berlalu dengan bibir berkedut menahan tawa saat dua siswi itu memberenggut kesal.

MARSELANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang