Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki.
Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...
Aku yang tertikam pisaugara-gara ulahmu, tapi aku juga yang harus meminta maaf karena darahku mengenai kakimu.
***
Banyak yang bilang kalau kebiasaan buruk sulit dirubah. Mungkin kalimat tersebut nyata adanya. Marsel merasa sangat nyaman di tempat bising, apalagi bersama alkohol. Padahal semenjak siuman ini kali pertama, dan Marsel langsung bisa menyesuaikan diri. Tubuhnya yang terasa rileks seperti menjelaskan bahwa dulu, gaya hidupnya memang seperti ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marsel sandarkan punggungnya ke sofa. Tidak ada ekspresi sama sekali di wajah rupawannya walau gadis berambut pendek kini tengah duduk di pangkuannya. Marsel tidak menolak ketika rahangnya mulai dielus sensual oleh jemari lentik Binar, namun saat gadis itu akan mencium bibirnya, kilat Marsel palingkan wajahnya ke samping sembari mengumpat pelan dalam hati.
Kalau saja Binar tidak mabuk, sudah dari tadi Marsel seret gadis ini keluar. Marsel muak, Binar terlalu agresif dan Marsel sangat tidak suka sifat perempuan yang seperti ini.
Karakteristik wanita yang membuatnya sedikit tertarik gadis pemalu. Perempuan yang bila digoda muncul semburat merah di pipinya hingga ke telinganya, kemudian dia akan langsung menunduk guna menyembunyikan rona di wajahnya. Tidak banyak bicara, namun di saat-saat tertentu, bila hal itu diperlukan, barulah bibirnya berubah bawel.
Seperti ... buru-buru Marsel menggeleng ketika ada satu nama yang terlintas di benaknya. Segelas whisky sepertinya mampu menghilangkan bayang-bayang gadis itu. Namun di tengah-tengah tegukannya, Marsel kembali teringat saat Alana dicegat oleh beberapa laki-laki.
Nasib baik mereka langsung kabur saat dipelototi olehnya dari atas. Sebab bila tidak, Marsel tidak tahu hal apa yang akan dia perbuat kalau sampai salah satu dari mereka berani menyentuh Alana lebih jauh.
Marsel singkirkan Binar dari pangkuannya ketika tiga kancing atas baju kemejanya Binar buka dengan lancangnya. Pria itu berdiri hingga semua mata sahabatnya tertuju pada dirinya.
"Mau ke mana lo?" Kenzo bertanya sebelum kemudian meniupkan asap rokoknya.
"Ngerokok di luar." Masih dengan jasnya yang tersampir ke bahu, Marsel melangkah lebar menuju balkon. Ia selipkan satu rokok di antara bibirnya kemudian membakar ujungnya.
Mata elangnya menyapu ke semua area yang dipenuhi oleh lautan manusia. Alis tebalnya menukik tajam ketika tidak menemukan apa yang dia cari. Marsel apit rokoknya menggunakan jari tengah serta telunjuk lalu memundurkan benda itu.
"Udah pulang?" Marsel bermonolog sembari membuka kecil mulutnya dan asap putih langsung keluar dari sana.
Masih belum percaya kalau Alana sudah pulang, pandangannya terus Marsel edarkan, tapi hingga tiga menit lamanya, tidak kunjung Marsel temukan perempuan berpakaian putih.