⚠️Lestarikan vote di setiap bab yang kalian baca. Dilarang keras menjadi siders pada lapak ini⚠️
Jadilah pembaca bijak yang tahu cara menghargai karya orang lain setelah menikmatinya.
Happy reading
35. KEMBALINYA KISAH ABADI ITU
Penyesalan terbesar dalam hidup, adalah ketika gue terlambat datang menghampiri dia.
—Marselino Raygan Bumantara
***
Sebetulnya, Marsel tidak terlalu peduli dengan browniesnya yang Alana habiskan setengah. Bahkan Marsel berencana akan menyetoknya di rumah saat mengetahui bahwa ternyata Alana menyukainya. Marsel juga sebenarnya tidak ingin dan tidak tega menyuruh Alana merapikan kekacauan di dalam rumah pohon ini, tapi mau bagaimana lagi, dia ingin berbicara empat mata dengan Alana tanpa harus khawatir ada yang menganggu.
Jujur saja, syarat konyol itu hanya Marsel jadikan alasan bagus untuk menyita waktu Alana tanpa mesti berusah payah menyusun rencana dulu dan harga dirinya tetap berada di atas, melambung tinggi hingga Alana terus berada di bawahnya. Marsel rasa mereka berdua butuh ruangan tertutup, yang di mana hanya ada dirinya dan Alana di dalamnya. Sebab ada hal penting yang ingin Marsel sampaikan padanya.
"Alana."
Tangan Alana berhenti memasukkan botol-botol minuman keras ke dalam kardus. Dia tatapi bertanya Marsel yang sedang duduk di sofa sana. Cowok itu sudah lebih dulu memandangnya. "Kamu manggil aku barusan?" Maklum, di luar sana hujan masih turun dengan lebat, Alana takut dia salah dengar.
"Iya. Cukup beres-beresnya. Sini duduk dekat gue." Marsel memanggil Alana menggunakan dua jarinya. "Ada yang perlu gue omongin sama lo."
Walau ragu Alana menurut. Dia yang tadinya duduk bersimpuh di sudut ruangan kini berdiri. Melangkah pelan menghampiri Marsel, kakinya agak ngilu karena terlalu lama berlutut. Alana dudukkan dirinya di pinggir sofa, menyisakan jarak luas antara dirinya dan Marsel.
"Ada apa?" Alana tidak berani menatap sebab menyadari satu fakta tentang Marsel hari ini. Marsel lebih berbahaya daripada dugaannya. Dia menunduk, menarik-narik ujung bajunya supaya bisa menutupi pahanya lebih banyak.
"Duduk lo kejauhan." Marsel berdecak kesal. "Sini deketan, suara gue gak kedengaran nanti."
"Dengar kok. Kamu mau bilang apa?"
Marsel mendengus kasar, dia geser duduknya mendekati Alana, Marsel tahan lutut gadis itu ketika dia akan berdiri. "Lihat gue sebentar."
Jemari Alana saling meremas hingga memutih. Dia belum berani berinteraksi dengan Marsel dalam jarak sedekat ini, apalagi setelah perbuatan kurang ajarnya tadi. Alana merasa dilecehkan, rasanya sama persis seperti malam itu. Bedanya kali ini Marsel melakukannya tidak dengan cara menyerang dirinya lewat fisik.
Napas Marsel berhembus berat. Dia genggam erat satu tangan Alana dan respon terkejut gadis itu semakin membuat rasa bersalahnya kian membesar.
"Bisa tolong lihat gue?" Kali ini Marsel meminta menggunakan cara yang lebih lembut.
Alana dibuat semakin takut dengan perubahan sikap Marsel yang terlalu cepat. Apa Marsel mengidap kelainan kondisi mental? Semacam memiliki kepribadian ganda? Bagaimana bisa dia bersikap seolah-olah lupa dengan semua perbuatannya? Di satu waktu dia bisa menjadi manusia paling lembut yang pernah Alana jumpai, tapi di waktu yang lain? Marsel berubah seperti iblis yang tak punya belas kasih dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...