2.75K VOTE + 1K KOMEN NEXT
49. SABARNYA MULAI TERKIKIS
Manik mata elang yang dihiasi alis tebal lengkap dengan bulu mata lentik itu mengerjap cepat ketika senyum tulus kekasihnya terlintas dalam benaknya, menghantarkan gelombang perih di ulu hati yang mampu menegangkan seluruh saraf di tubuh laki-laki itu. Sekelebat bayang tawa indah Alana berputar di kepalanya seperti kaset rusak, tak butuh waktu lama hingga dada Marsel terasa sesak bak dihimpit benda keras puluhan kilo.
Hampir.
Hampir bibirnya menyentuh bibir perempuan berambut pirang yang kini tengah ia pangku kalau saja Marsel tak lekas memundurkan wajahnya yang memucat seolah habis melihat hantu. Segera Marsel tarik keluar tangan kanannya yang baru saja menyelinap masuk ke dalam pakaian wanita asing tersebut. Jemari Marsel bergetar hebat saat ia mencoba menjauhkan kedua tangan wanita itu dari tengkuknya.
“Kenapa berhenti?” tanya wanita itu tidak terima, pasalnya ujung hidungnya dengan ujung hidung Marsel sudah berjumpa tadi. Mereka hanya perlu sama-sama memiringkan wajah untuk menjemput surga dunia.
Raut wajah wanita itu berubah kusut bagaikan baju belum besetrika ketika Marsel menaikkan kembali tali dressnya yang sudah turun ke bahu. “Lo kenap—”
“Minggir,” potong Marsel sembari sibuk mengancingkan kemeja denimnya yang sempat dia tanggalkan—membiarkan kaos putih polos tanpa lengan jadi penutup tubuh kekarnya.
“Gak mau,” tolak wanita itu tegas. Dia cengkeram kedua pundak Marsel kemudian mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan bibir tersenyum mengejek. “Adik lo butuh pelepasan tuh,” bisiknya setelah bisa merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana.
Rahang Marsel mengetat. “Minggir,” ulang Marsel sekali lagi. Masih berusaha menahan diri supaya tidak kelepasan menampar pipi mulus si pirang.
Wanita itu menggeleng. Gerak pinggulnya semakin menjadi dan liar. Bibirnya mulai mengeluarkan desahan kecil yang terdengar memuakkan di telinga Marsel. Marsel tak banyak bicara lagi, pinggang wanita itu Marsel sentuh. Dalam sekali angkat, perempuan yang tidak ia ketahui namanya itu terduduk di sebelahnya. Bergegas Marsel berdiri usai menyambar kunci mobilnya di atas meja.
“Lo mau ke mana?” Wanita tadi ikut berdiri, tanpa aba-aba ia peluk Marsel dari belakang. Pipinya dia tempelkan ke punggung lebar Marsel. “Kartu lo udah di gue, pinnya juga udah lo kasih tahu. Biarin gue ngelakuin tugas gue dengan cara muasin lo.”
Geraman Marsel terdengar. “Singkirin tangan lo,” tutur Marsel penuh penekanan tapi wanita sinting itu malah menggeleng ribut. Secara paksa Marsel lepaskan tautan sepasang tangan kecil yang melingkar erat di pinggangnya.
“Iss jangan pergi gitu aja dong!”
Sejenak Marsel pejamkan matanya kala ujung kemejanya berhasil wanita itu gapai. Napas Marsel memburu bersamaan dengan terbukanya matanya kembali. Marsel berbalik badan. Tatapannya menghunus tajam hingga wanita itu menciut lalu melepaskan ujung pakaiannya takut-takut.
“Sok ganteng lo!”
Marsel abaikan makian perempuan itu di belakang sana. Pikiran Marsel bercabang. Tatapannya tidak fokus. Berkali-kali Marsel senggol manusia yang menghalangi jalannya, berujung dimaki oleh sebagian orang. Marsel gigit kuat bibir bawahnya, menyadari kebodohannya. Kedua tangannya terkepal sampai buku-buku jarinya terlihat memutih.
Malam ini dirinya menjadi bajingan sesungguhnya. Hampir mencium wanita lain, bejatnya lagi sempat berpikiran untuk tidur dengannya setelah menurunkan pacarnya di tengah jalan malam-malam buta membuat Marsel jijik dengan dirinya sendiri. Tangan kiri Marsel yang mengepal terangkat untuk memukul-mukul kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSELANA
Teen FictionTinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan bajingan yang Marsel miliki. Laki-laki problematik yang berusia satu tahun di atasnya itu adalah soso...