22. Denting Sesak

91 8 7
                                    

Suara gemericik air menyentuh permukaan tanah memecah keheningan pagi, sebab jejak-jejak si anak hujan masihlah tertinggal di sudut-sudut atap selepas dimandikan oleh hujan semalaman sehingga kini air-airnya lambat berjatuhan seiringan dengan kicauan burung kenari yang kian lantang.

Di atas ranjang, Ae-ri dibuat merapatkan tubuhnya rasakan udara dingin yang masih mendominasi, tubuhnya meringkuk dibawah selimut berupaya mencari-cari kehangatan yang bisa didapatnya. Tidurnya akan terus berlanjut jika saja udara pagi yang terlalu sejuk ini tidak terintrupsi sinar mentari yang lewati celah celah partisi kaca melalui tirai-tirai.

Ae-ri merasakan sebelah pipinya telah tersorot halus oleh sinar pagi, yang agaknya berhasil membuat kelopak mata milik Ae-ri untuk mulai berkedip. Lantas dalam lambat dan sedikit berjeda, sesekali matanya layaknya benda yang tersengat; berkedut konstan seiringan dengan sinar yang tak berhenti menyorot halus. Cahaya itu seakan membelainya untuk segera terbangun, mengusir bayang-bayang malam yang masih memeluk kedua matanya. .

Maka pada akhirnya Ae-ri menyerah dengan menyerahkan tidurnya untuk terusik, kelopak itu mulai terbuka perlahan-lahan, sekejap  mempersilahkan cahaya yang masuk ke kornea matanya dalam sekon yang digunakannya untuk mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam bawah sadar. Penglihatannya masih kabur, ia lalu terpejam sebentar dan mengerjap beberapa kali dengan sayu lantas mendadak awas ketika menangkap sosok Seokjin yang terlelap dihadapannya.

Gadis itu terhenyak untuk beberapa saat dapati pemandangan itu. Iris cemerlangnya mengamati pemuda itu menutup kedua matanya dengan tenang.

Napas Seokjin yang halus terdengar seperti bisikan angin, mengisi ruangan ini dengan kehadirannya. Wajah Kim nampak polos dalam jarak sedekat ini, pori-porinya yang kecil terlihat sedikit berminyak sementara sebagian rambutnya yang mulai panjang menutupi jidat dengan berantakan. Roman yang senantiasa hangat itu nampak damai dalam pelukan selimut tanpa beban.

Ae-ri menarik satu sudut bibirnya getir. Seberapa keras perjuangan  Seokjin melewati kepedihan sedalam itu sendirian selama ini? Dalam relung hatinya, ada perasaan bersalah---mengapa semesta tidak membuat Ae-ri datang lebih cepat sehingga tidak membiarkan Seokjin sendirian dengan lukanya? Sungguh! Kehilangan seseorang yang selama ini dicintai bukanlah perkara yang dapat pudar begitu saja. Melebihi apapun Seokjin terlalu baik untuk merasakan trauma menyakitkan.

"Aku harap dunia tidak lagi jahat padamu."

Ae-ri berbisik pelan. Tangannya tanpa sadar diarahkan menuju anakan rambut itu, membawa beberapa helai yang kemudian ia rapihkan. Menyisir rambut-rambut itu hingga belakang telinga, lantas manakala jemarinya singgah di pipi Seokjin---dirinya terjengit saat lengannya tanpa perkiraan ditahan lembut, lalu sebelah tubuhnya ditarik lebih dekat.

Kim Seokjin melakukan kontak tak terduga, membuat tubuh keduanya lebih dekat. Ae-ri dapat merasai bahwa sisi tubuhnya dikuasai oleh tubuh Kim; terhimpit oleh kaki serta lengan kekar itu menguasai pinggang. Ae-ri dengan napas tertahan membenahi dadanya yang seketika berdebar keras, seakan-akan hendak melompat meninggalkan raganya, lalu mendapati kelopak Seokjin mulai berkedip dalam tidurnya, dan dalam dua kedipan akhirnya mata itu terbuka, bertemu miliknya dengan memancarkan kejutan.

Pandangan keduanya terpaku satu sama lain. Kebingungan dan keterkejutan. Membisu dengan waktu menjadi lebih lambat mengirimkan atmosfer emosi yang asing. Ae-ri merendahkan pandangannya kelimpungan berusaha melarikan diri dari situasi tak terduga ini, dalam jarak pandang dan tubuh melekat membuat seluruh wajahnya dihinggapi rasa panas sampai telinga, bahkan jantungnya kian meliar seperti menjerit jelas di pendengarannya.

Pandangan Seokjin terlihat terkunci oleh semburat menawan yang mencerminkan kegugupan. Mata Ae-ri polos berlarian kaku. Seokjin termangu gugup selagi jantungnya berdenyut kencang, membuat suatu ledakan perasaan yang mengirimkan kehangatan tak terbendung dalam serat tubuhnya.

Endings, Beginnings.Where stories live. Discover now