Number three

100K 5.2K 76
                                    

Absen dulu dari kota mana nih?

Ramein terus yaa

Happy reading!

***
Alora dengan malas bangun dari ranjang nya, ia menguap panjang. Tidurnya semakin nyenyak semenjak tidur di kasur ini. Jam menunjukkan pukul lima pagi, Alora harus siap siap untuk berangkat ke sekolah itu yang membuatnya malas, apalagi untuk menghadapi manusia yang ada di sana.

Selang beberapa menit Alora keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah di balut seragam sekolah lengkap. Ia melangkah menuju meja rias, Alora memakai skincare dan lip balm . Alora juga mulai mencatok rambut nya agar lebih bergelombang. Terakhir untuk menyempurnakan penampilannya ia menyemprotkan parfum Dior ke tubuhnya.

Alora menatap lekat penampilannya di pantulan cermin. Sangat sempurna, batin nya.

"Alora Alora,Lo cantik, tapi bodoh soal cinta"

Alora meraih tas dan melangkah keluar kamar. Setelah menuruni anak tangga Alora dapat mendengar suara di ruang makan, sudah pasti itu Figo dan papanya, Gerald. Alora hanya melewati mereka tujuannya adalah menemui bi Nina.

Gerald dan Figo terdiam, tidak seperti biasa Alora mengabaikan mereka. Biasanya gadis itu menyapa keduanya dengan riang dan selalu berbicara seperti ingin di perhatikan meskipun tidak di jawab oleh Figo maupun Gerald. Namun pagi ini Alora hanya melangkah melewati meja makan tanpa menoleh sedikit pun bahkan menyapa saja tidak.

"BI NINA!!" teriak Alora saat tiba di dapur kotor disana banyak pelayan yang sedang melakukan tugasnya, Bi Nina adalah seorang yang paling lama kerja disini, karena itu ia sangat tahu bagaimana sifat sifat di keluarga  Varelie.

"Saya non" sahut BI Nina buru buru menghampiri nona muda tersebut.

"BI siapin bekal buat aku dong, aku mau sandwich buat beberapa potong aja bi" 

Bi Nina sudah beberapa kali terkejut dengan sifat nona muda nya itu, biasanya Alora tidak mau menghampiri para pembantu apa lagi menginjak lantai dapur kotor.

"Bi"

Bi Nina terperanjat,"ah iya non bibi buat kan". Bi Nina langsung berkutat untuk membuat sandwich.

Alora duduk di salah satu kursi yang ada di sana sembari menunggu ia menghapus semua foto foto Rey yang ada di handphone nya.

"Maaf non, non Alora tunggu di meja makan saja, di sini kotor non" ucap salah satu pembantu yang bernama Tina.

"Gapapa santai aja kali bi" jawab Alora santai.

Semua pekerja di buat terkejut lagi dan lagi.

"Ini non bekalnya" Bi Nina mengulurkan bekalnya kepada Alora.

"Makasih ya Bi, Alora berangkat dulu assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab bi Nina terbata.

Saat melewati ruang makan langkah Alora terhenti mendengar celetukan Figo.

"Semakin gak punya sopan santun, ada orang tua bukannya pamit"

Alora menoleh,"orang tua? Bukannya dia tidak sudi saya anggap orang tua?".

Deg

Gerald terdiam, seperti ada jarum yang menusuk hatinya. Figo menggebrak meja makan, dan menunjuk Alora dengan marah.

"Lo!"

Alora menatap Figo datar,"santai, yang gue omongin kan fakta kenapa Lo harus marah. Tuan Gerald yang terhormat saja diam, berarti dia mengakui ucapan gue benar bukan"

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang