Number Thirty-three

48.7K 3K 124
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

Aku kembali masihh setia nunggu kan?

****

Hari ini Alora sedang mengajari Thalita berlatih menggunakan senjata yaitu pistol. Mereka berada di mansion keluarga Varro, karena Varro yang menyuruh Alora untuk latihan di mansion nya saja .Kalau kata Alora yang kecil-kecil saja dulu, lihatlah tangan Thalita yang tremor memegang benda itu.

"Tangan Lo jangan tremor bisa gak?!" Kesal Alora, sudah setengah jam Thalita tidak memulai latihan karena tangannya terus bergetar.

Thalita menurunkan tangannya yang sedari tadi mencoba membidik benda untuk di tembak dengan pistol itu. Thalita mendengus mendengar ucapan Alora.

"Lo pikir gue itu Lo apa yang psikopat pegang pistol kayak megang cilok,  enak, gampang dan aman!" Sungut Thalita.

"Ya aman kalo Lo nembaknya ke arah itu bukan ke arah kepala Lo!" Alora menuju benda yang akan menjadi sasaran latihan Thalita.

"Gue selama hidup gak pernah megang ginian, kecil kecil salah nembak metong gue" cetus Thalita.

Alora meraih pistol di sampingnya dan menodorkannya ke arah Thalita, "gue tembak beneran, mampus Lo" ketus Alora terlanjur kesal.

Thalita menggeleng kepalanya cepat, "iya iya nih gue yang bener latihannya".

Thalita menarik napasnya dan menghembuskan napasnya kembali,  ia mulai menaikkan tangannya lagu walaupun masih sedikit Tremor setidaknya ada kemajuan.

"Daddy, mommy sama kak Edgar ingin ketemu sama Lo" ucap Thalita mulai menembak walaupun meleset, wajah Thalita terkejut dengan suara tembakan itu.

"Kecil-kecil besar juga suaranya" gumam Thalita.

Alora duduk di kursi sebelah Thalita, ia hanya memantau gadis itu sembari menunggu Varro pulang membeli cemilan.

"Ada apa mau ketemu sama gue? Bukannya mereka takut kalo Lo udah ketemu sama keluarga kandung Lo" tanya Alora.

Thalita mengendikan bahunya, "Dateng aja Ra, kalo mereka melarang,kita urus sama sama.  Gue sama Lo di takdirkan untuk menyelesaikan masalah berdua sebagai saudara kembar yang saling membantu, karena itu kita di pertemukan lagi setelah belasan tahun". Thalita meletakkan pistolnya ke meja dan ikut duduk di kursi sebelah Alora.

"Bijak amat kata kata Lo, nanti kalo gue udah gak sibuk" jawab Alora.

"Sibuk apaan Lo?" Tanya Thalita.

"Sibuk mikir bunuh orang" ketus Alora.

Thalita menelan salivanya dengan kasar, "bisa gak , gak usah serem serem kali".

Alora melirik Thalita di sebelahnya, "gak bisa emang takdir gue begini".

Thalita berdeham, "gue gak nyangka bokap Lo emm kita kayak gitu ke Lo gara gara kematian Mama yang jelas jelas musibah dan itu pun ada pembunuhan berencana. Tingkah mereka buat Lo jadi psikopet kayak gini".

"Gue percaya, manusia bisa berubah saat dia lelah. Dan sekarang gue di fase itu di tambah dendam yang mencuat tinggi, gak ada rasa takut di gue, siksaan ,darah, suara mereka adalah hal yang gue tunggu di Geama Cearcall nanti".

Thalita melirik ke arah Alora, "kenapa Lo milih dalam sebuah permainan?".

"Karena gue mau mereka tersiksa, kalo langsung gue bunuh gak ada yang asik. Di permainan nanti Lo akan tau semuanya, apa fungsi labirin itu dan kenapa gue buat ini semua jawaban sedetail detailnya ada di hari itu, sepuluh hari lagi bangunan itu selesai, latihan sebelum gue bawa Lo ikutin permainan gue".

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang