Number eight

83.9K 5K 59
                                    

Happy reading semuanya

****
Di sini lah Alora berada di ruangan yang paling di hindari murid murid sekolahan, ruangan yang di anggap seperti neraka dan guru BK sebagai penyiksa nya.  Alora menatap datar dua manusia di hadapannya, dimana seorang wanita berusia 40 tahun  bermake-up menor dan berwajah angkuh menatap nya nyalang, di sebelahnya terdapat seorang gadis yang sedang menangis sehingga tampak menyedihkan siapa lagi kalau bukan Lily.

"Oke saya mulai sekarang" ucap Bu Tia selaku guru BK yang terkenal galak dan kejamnya.

Bu Tia menatap Alora yang bersedekap dada,"apa benar kamu menampar dia Alora?" Tanya Bu Tia sesabar mungkin menghadapi Alora yang selalu masuk ke BK dengan kasus membully.

Alora mengangguk santai, "benar".

Mila selaku ibu dari Lily semakin marah, "kamu gak punya hati menampar anak saya karena membela temannya!" Bentak Mila.

"Silakan kalo anak anda ingin membela asal tidak bermain tangan terlebih dulu sama saya" sahut Alora santai.

"Jangan asal nuduh Lo! Mami anak mu ini gak mungkin kayak gitu" ucap Lily manja.

Mila mengelus rambut panjang Lily,"mami percaya kok".

"Kalo sudah salah ngaku! Apa orang tua kamu tidak mendidik mu untuk minta maaf!"

"Sabar Bu Mila jangan pakai emosi"

"Bu Tia, seharusnya siswi seperti dia itu di keluarkan dia hanya sampah di sekolah ini"

"Bu Mila, saya mohon jangan membuat keributan di ruangan saya"

"Saya juga gak akan buat keributan kalau tidak ada yang melukai anak saya Bu Tia, anda sebagai guru BK seharusnya tau mana yang salah mana yg benar" tekan Bu Mila.

Bu Tia menghela napas nya, sembari memijat keningnya yang sedikit berdenyut.

"Alora, kenapa kamu menampar Lily? Kamu tau kan, nama kamu di catatan buku saya sudah merah" tanya Bu Tia berusaha sabar.

Bu Mila terkekeh, "ternyata emang anak nakal,  pasti orang tua kamu malu punya kamu yang seperti ini atau kamu gak punya orang tua?" Ejek Bu Mila dengan wajah songong nya.

Alora menendang meja yang menjadi penghalang antara dirinya dan  Bu Mila dengan kuat,  sehingga meja tersebut bergeser menabrak kaki kedua manusia di hadapannya ini.

"ALORA!" Bentak Bu Tia.

"Kamu ya!!" Teriak Bu Mila.

"Saya tidak akan kurang ajar jika anda tidak membawa orang tua saya, saya nakal tapi saya mengakui. Tidak seperti anak anda, playing victim berkedok manusia tersakiti. Jujur saya muak di sini, kalo Bu Tia ingin tau kebenarannya silakan panggil Ayna dan Grey sebagai saksi mata dari saya" tegas Alora lalu kembali memasang wajah santai.

Bu Tia mengangguk mulai memanggil Grey dan Ayna. Selang beberapa menit mereka berdua sudah masuk dengan sebuah laptop milik Ayna.

"Silakan duduk kalian berdua" ucap Bu Tia.

Grey mengambil posisi duduk di sebelah kanan Alora sedangkan Ayna sebelah kiri Alora.

"Apa benar Lily terlebih dahulu yang menampar Alora atau sebaliknya? Ibu mohon kalian jujur, soalnya kepala ibu sudah pusing"  tanya Bu Tia frustasi.

Ayna meletakkan laptop di hadapan Bu Tia, sedangkan Grey lah yang akan menjelaskan kalau Ayna ya tentu tidak berani kalau sama guru. Lily yang melihat itu wajah nya sudah pucat pasi.

"Itu video rekaman cctv kantin Bu, kami hanya makan terus Lily tiba tiba datang dengan tidak sopannya menampar Alora yang lagi makan" jelas Grey.

Mila yang melihat itu langsung menatap tajam sang putri yang menurutnya membuat malu saja.

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang