Number Twenty-four

58.4K 3.2K 82
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

btw kenalin aku dari Medan, kalo kalian?

****
01:00

Sudah larut malam Alora masih setia duduk di meja belajar kamar dengan lampu remang-remang sedangkan ia bergelut dengan alat tulis di bantu oleh lampu belajar. Alora membuat sketsa bangunan berbentuk lingkaran dan di dalam lingkaran tersebut penuh dengan garis-garis.

Pada pukul 03:00 pagi Alora baru saja menyelesaikan gambar itu, padahal ia harus kembali ke sekolah nanti tapi malah begadang untuk mengerjakan sesuatu yang masih di rahasiakan tujuannya.

Gadis itu tersenyum, bukan senyum biasa melainkan senyum yang seram menatap gambar yang ia buat. Dengan pensil di tangannya ia mulai bergerak seolah membuat pola di atas gambar itu seolah menyusun sesuatu.

"Di saat Thalita ketemu, di situ gue mulai permainan ini"

Alora menggulung kertas tersebut dan menyimpannya di laci, hari ia akan membahas ini dengan anak anak Orpheus. Lebih baik ia tidur sekarang.

****

Keesokan paginya, Alora turun ke bawah dengan tubuh sudah lengkap dengan seragam sekolah dan tas yang berada di bahu kanannya. Alora turun dengan wajah datar menghampiri meja makan yang hanya ada dirinya dan Figo.

"Kenapa Lo gak enyah dari hidup keluarga ini?" Tanya Figo.

Alora menggigit roti selai, ia mengunyah dan menelannya lalu menatap Figo dengan mengangkat satu alisnya.

"Kalo gue di takdirin di sini mau apa Lo?" Tanya Alora balik.

Skakmat! Benar kalau sudah takdir Figo bisa apa selain menyalahkan takdir. Figo benci takdir ini.

"Lo bunuh mama, dan sekarang Lo malah gak ngerasa bersalah huh?!'

"Lo bunuh anak Lo, sekarang gak ngerasa bersalah huh?" Sinis Alora membuat Figo diam membisu.

Alora meminum segelas susu hingga tandas, ia mengelap sisa susunya di bibir dengan tisu lalu ia menggulung tisu tersebut dan membuatnya ke depan Figo. Membuat Figo menatap tajam Alora.

"Upss gak sengaja, oh ya sebelum ngomongin orang lebih baik ngaca ya. Soalnya gak sadar diri kalo lagi ngomongin diri sendiri " ucap Alora dengan nada centilnya lalu melenggang pergi begitu saja.

Figo mengepalkan tangannya dengan erat. Ia melempar gelas yang ada di meja hingga pecah.  Frustasi, karena teror itu masih juga menghantui dirinya.

****

Alora keluar dari gerbang di sambut oleh Varro yang sudah duduk di atas motor nya.

"Pagi cantik" sapa Varro memberikan helm untuk Alora pakai.

Alora tersenyum, "pagi juga jelek".

Varro memudarkan senyumnya, "sialan Lo! Untung Lo cewek gue coba kalo nggak udah gue tonjok".

Alora tertawa dan menaiki motor Varro. Alora memukul helm Varro dengan sedikit kuat.

"Let's go sayang!"

Varro meringis, "gak usah mukul juga sayang, Lo pikir gak sakit" cetus Varro mulai menge-gas motornya membuat Alora hampir terjungkal dan memeluk Varro.

"Sialan Lo Var! Modus Lo kampungan!"

Selang beberapa menit mereka tiba di parkiran sekolah yang sudah ada anggota Liondark dan anggota inti Orpheus yang lumayan berjauhan.

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang