Number Thirty-one

44.4K 2.6K 17
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

wihh udahh 500k aja nihh, hebat makasihh yaa semua 🤍

****
Kini Alora dan Varro sedang berada di dalam mobil sport milik Varro menuju lokasi yang di kirim oleh Dero. Varro mengendarai mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata, saat mendengar kabar tadi Varro dan Alora langsung bergegas. Alora tidak takut dan tidak peduli, ia hanya memikirkan satu hal yaitu rencananya.

Alora memijit pangkal kepalanya yang terasa ingin pecah sangking pusingnya. Varro melirik Alora.

"Kenapa gak bilang kalo Thalita udah ketemu?" Tanya Varro.

"Ini bukan saatnya bahas itu Varro, gue juga baru tau tadi malam"

Varro terdiam, emosi Alora tidak stabil lebih baik ia diam daripada terkena imbasnya. Alora melirik ke arah luar jendela mobil.

"Kalo gitu, ubah permainan untuk Syera" gumam Alora yang masih bisa di dengar oleh Varro.

Menurut Varro, Alora itu susah di tebak, baik dari cara pola pikir dan juga tingkah laku kalau sedang emosi seperti ini. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam dan fokus dengan pikiran masing-masing. Alora sibuk menyusun permainan dan Varro sibuk memikirkan apa yang di pikirkan gadisnya itu. Ahh pusingnya melebihi saat menyelesaikan soal matematika.

***
Di gubuk tua tepatnya di dalam hutan dimana tempat Syera dan Lily mengikat Thalita di kursi tua di dalam gubuk tersebut.

"Kamu gak heran Ly? Alora tadi waktu liat kita dia gak melawan sama sekali" ucap Syera yang duduk tidak jauh dari hadapan Thalita.

Lily yang berada di sampingnya menoleh, "gue juga heran, tapi gue gak peduli yang penting tuh anak udah ke tangkap sama kita, dan Lo gak usah ambil pusing. Sekarang bebaskan Lo mau balas dendam dengan keadaan dia kayak gini, gak bisa apa-apa?".

"Iya sih, aku jadi bebas mau bunuh dia" jawab Syera.

Lily tersenyum,"gue cari makan dulu, bunuh orang harus pake energi. Lo tunggu di sini, gue gak lama" Syera mengangguk.

Thalita mengerjabkan matanya beberapa kali sebelum matanya terbuka dengan sempurna. Thalita melotot melihat sekeliling dengan panik, ingin berteriak tetapi mulutnya di tutup dengan lakban. Thalita bergerak berusaha melepaskan ikatannya di tangannya, namun usahanya nihil tali tersebut begitu kencang mengikatnya membuat kulit tangan Thalita lecet.

Syera bersedekap dada,"mau kamu bergerak sampai mati itu tali gak akan bisa lepas" sinis Syera.

Thalita mematung melihat gadis yang berbicara di hadapannya ini, "siapa dia?" Batin Thalita bertanya.

Syera tertawa melihat wajah ketakutan Thalita yang ia pikir adalah Alora,  "aku benci banget sama kamu Alora".

Deg

"Alora? Berarti dia culik gue karena dia pikir gue Alora?" Batin Thalita lagi, keringatnya bercucuran saat Syera menghampiri nya. Syera mengelus rambut Thalita.

Elusan tersebut turun tepat di mulut Thalita, Syera membuka lakban tersebut dengan kasar membuat Thalita meringis kesakitan. Ia menatap Syera tajam.

"Mau Lo apa?" Tanya Thalita.

Syera tertawa,"mau bunuh Lo" mengubah cara bicaranya

Jantung Thalita berdetak dua kali lebih cepat karena ketakutan, percaya lah selama di London ia tidak mempunyai musuh atau orang yang tidak menyukainya. Mungkin ada tetapi tidak sampai seperti ini,  itu sebabnya Thalita tidak pernah tahu siapa yang tidak menyukainya.

GEAMA CEARCALL [transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang