3.Kecerobohan Veronica Caroline

97 17 0
                                    

Cassandra memekik histeris. Matanya terbelalak lebar ketika melihat kolam renang tersebut sudah kotor dan berminyak akibat kecerobohan yang dilakukan oleh Veronica. 

"Dasar pelayan bodoh! Tidak tahu diri!" Cassandra mencaci maki dengan berteriak. 

"Reyhan ...!" Cassandra berteriak memanggil sang manager cafe. 

Reyhan berlari menuju ke tengah kolam. Matanya terbelalak lebar melihat pemandangan di kolam renang tersebut. Para pengunjung lainnya pun bergegas berdiri. Karena mereka tidak ingin tubuh mereka terkena kotoran dan minyak dari makanan tersebut.

Cassandra berjalan menuju ke arah Veronica, lalu dia menjambak rambutnya dengan sangat kuat, kemudian menenggelamkan kepala Veronica ke dalam kolam yang sudah berisi dengan kotoran makanan tersebut. 

Veronica memejamkan matanya. Kedua tangannya pun menggelepak meminta dihentikan, tetapi Cassandra terus saja menenggelamkan kepalanya.

Sementara Reyhan sang manager cafe, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia tahu bahwa Cassandra adalah anak dari pemilik kafe tersebut. Sehingga dia tidak memiliki kuasa.

Sartika yang melihat kejadian tersebut berlari menghampiri sang sahabat yang tengah disiksa oleh anak pemilik kafe itu. 

"Nona Sandra, saya mohon hentikan, kasihan teman saya," ucap Sartika dengan penuh permohonan.

Amarah Cassandra pun semakin memuncak. Dia menatap nyalang pada Sartika. 

"Kurang ajar! Beraninya kau memerintahku! Dasar pelayan kampung tidak tahu diri!" Akhirnya, Cassandra menjambak rambut Sartika, dan dia pun berniat menenggelamkan kepalanya ke dalam kolam tersebut.

Kedua pelayan kafe yang merupakan sahabat itu menjadi tontonan para pengunjung lainnya. Mereka menertawakan Veronica dan Sartika.

Akan tetapi, ketika suasana riuh itu tengah berlangsung, tiba-tiba ada sesosok laki-laki menarik tubuh Veronica yang saat itu masih ditenggelamkan oleh Cassandra, serta menarik tubuh Sartika yang hendak ditenggelamkan juga oleh Cassandra.

Awalnya Cassandra sangat emosi ketika mengetahui ada yang berani ikut campur dalam urusannya. Namun, seketika amarahnya lenyap saat dia mengetahui siapa yang datang. 

"Keen," gumamnya.

Laki-laki yang menolong Veronica dan Sartika itu ternyata bernama Keenandra Eksha. Laki-laki tampan dengan perawakan tubuh tinggi besar, dan dihiasi dengan belahan dagu yang semakin menambah ketampanannya.

Dia menatap wajah Veronica yang sudah memerah, kemudian dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya yang sudah basah, lalu dia membersihkan wajah Veronica.

"Nona, sebaiknya kau membersihkan wajahmu di kamar mandi. Aku yakin wajahmu itu pasti pedas. Karena air kolam ini sudah bercampur dengan makanan yang mengandung bumbu-bumbu masakan." Keenandra berkata sembari membersihkan wajah Veronica.

"Terima kasih, Tuan, saya permisi." Veronica bergegas meninggalkan kolam renang tersebut, begitu pula dengan Sartika, dia pun mengikuti sang sahabat menuju ke kamar mandi. 

Keenandra tertegun ketika mendengar suara Veronica. Namun, sesaat kemudian dia tersadar, lalu dia menatap tajam pada Cassandra, sedangkan Cassandra merasa salah tingkah dan ketakutan melihat tatapan tajam Keenandra. Dengan susah payah dia meneguk ludahnya.

Cassandra memegang tangan Keenandra. "Honey, kau jangan salah paham, semua ini tidak seperti yang ada dalam pikiranmu. Aku ... aku —"

"Stop, Sandra! Ini yang aku tidak suka darimu. Karena kau selalu bersikap arogan terhadap orang lain, apalagi terhadap orang yang memiliki status yang lebih rendah darimu." Keenandra berkata dengan nada sinis.

"Baby, Honey, tolong jangan marah padaku. Mengapa kau lebih membela pelayan itu daripada aku? Dan mengapa kau malah menyudutkan aku?!" protes Cassandra, dia merasa tidak terima.

"Aku bukan menyudutkanmu ataupun membela pelayan itu, tetapi kau seperti perempuan yang tidak memiliki etika dan tidak memiliki attitude, sedangkan kau berpendidikan tinggi!" Suara Keenandra terdengar meninggi.

"Sandra, ingat! Bahwa adab harus lebih tinggi daripada ilmu. Seharusnya kau tahu itu! Untuk apa ilmu dan pendidikan tinggi, sementara kau tidak beradab seperti ini!" imbuh Keenandra dengan tegas.

Cassandra menundukkan wajahnya. Dia merasa sangat malu karena dibentak dan dimarahi oleh sang kekasih di hadapan teman-temannya dan para pengunjung lainnya. 

'Sial! Ini semua gara-gara pelayan sialan itu!' batinnya.

Keenandra menatap lekat wajah Cassandra. "Kau terlalu manja menjadi seorang perempuan, dan aku tidak menyukai itu. Kita putus! Hubungan kita berakhir sampai di sini saja!" Setelah mengatakan itu, Keenandra pun berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Wajah Cassandra sudah memerah. Dia mengepalkan tangannya. "Semua ini terjadi karena pelayan sialan itu! Awas saja kau, pelayan brengsek! Aku akan menghancurkan hidupmu!" Cassandra berteriak sambil memukul meja.

Keenandra yang sudah berjalan dan menaiki tangga, seketika menghentikan langkah kakinya. Dia pun berbalik menatap ke arah Cassandra. 

"Ternyata, setelah aku memutuskan hubungan kita yang bahkan belum lima menit, tetapi sifatmu tetap tidak berubah. Kau tetap menjadi gadis yang arogan dan yang selalu menghalalkan segala cara." Keenandra memejamkan matanya. Napasnya terlihat naik turun. 

"Hhh! Ternyata keputusanku tidak salah. Karena aku telah mengakhiri hubungan kita." Keenandra berkata dengan sinis, lalu setelah itu dia pun berjalan meninggalkan kolam renang tersebut.

Sementara Cassandra, dia tengah menangis dengan terisak-isak. "Brengsek! Gara-gara pelayan sialan itu hubunganku dengan Keenan menjadi hancur begini. Mengapa semua ini bisa terjadi? Aahh … brengsek!" Cassandra terus berteriak dan memukul-mukul meja dengan emosi.

Teman-teman Cassandra berusaha meredam emosinya. "Sandra, kau jangan mengikuti emosimu. Mungkin yang dikatakan oleh Keenan benar bahwa kau itu terlalu sombong dan angkuh sehingga membuatnya merasa tidak menyukaimu," ucap Lola—teman Cassandra.

"Aku sedang bersedih seperti ini, tetapi kau malah ikut-ikutan menceramahiku. Sahabat macam apa kau ini, Lola!" teriak Cassandra.

"Sudah, jangan bertengkar! Lebih baik kita pulang saja. Sudah tidak ada gunanya lagi kita melanjutkan acara ini!" Rio menimpali.

Sementara itu, Keenandra terlihat berjalan menuju ke arah kamar mandi yang terletak di belakang. Dia berdiri di sana, menunggu Veronica keluar dari kamar mandi tersebut. Dia bersedekap dada dan matanya sesekali melirik ke pintu kamar mandi.

Tidak berapa lama kemudian, Veronica keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian dengan mengenakan pakaian biasa. Namun, wajahnya terlihat memerah akibat terkena air kolam yang sudah bercampur dengan bumbu dapur. Sedangkan Sartika masih berada di dalam kamar mandi yang satunya.

Tangan Veronica terus mengibas-ngibas di depan wajahnya. Karena wajahnya terasa sangat panas dan perih. Terkadang matanya terpejam sembari berjalan. Hingga tanpa sengaja dia menabrak sesuatu yang keras yang membentur keningnya.

Veronica seketika tersadar, dia langsung membuka matanya yang memerah itu. Matanya bersirobok dengan mata elang milik Keenandra. Untuk beberapa saat kedua insan itu saling bertatapan. Namun, Veronica lebih dulu memutus kontak mata mereka.

"Tuan, maaf. Karena saya telah menabrak Anda," ujar Veronica, "Terima kasih juga karena tadi Anda sudah membantu saya," imbuhnya.

"Tidak masalah. Nona. Wajahmu terlihat memerah, lebih baik kau ke rumah sakit supaya wajahmu itu segera diobati," sahut Keenandra. Dia menatap iba pada Veronica.

"Tidak mengapa, Tuan. Nanti juga wajah saya pasti akan sembuh. Permisi, saya akan melanjutkan pekerjaan saya yang sempat tertunda." Veronica membungkukkan badannya, lalu dia pun berjalan melewati tubuh Keenandra.

"Nona, tunggu!"

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora