21.CCTV

13 10 0
                                    

Hari-hari pun berlalu. Semenjak Veronica diculik oleh Cassandra dan Darwin, kini gerak geriknya semakin diperhatikan oleh Keenandra. 

Bahkan, di bagian luar kontrakannya pun telah dipasang CCTV tersembunyi oleh Keenandra agar Keenandra mudah mengawasinya melalui handphone yang sudah terhubung dengan kontrakan sang kekasih.

Sementara Cassandra dan Darwin, kini mereka sudah mendekam di dalam penjara akibat perbuatan yang telah mereka lakukan terhadap Veronica. Keenandra tidak membiarkan mereka lolos dari jerat hukum.

Malam itu, seperti biasa Veronica kembali melakukan tugas sebagai prostitute seks on phone. Seperti malam-malam sebelumnya, dia melayani para pelanggan SOP di kamar kontrakannya yang sederhana.

“Carol, ouuhh … yes, Baby, you make me more horny … aaahhh ….” Suara desahan dan racauan terdengar dari seberang sana.

Veronica terus memandu laki-laki langganannya tersebut. “Om Jef, apakah jamur keramat beracunmu itu sudah memuntahkan racunnya?”

“Sshhh … wait, Baby, aahh … Carol, kau seksi sekali … aakkhhh ….”

Untuk beberapa saat, Veronica tidak mendengar suara Jef lagi, itu pertanda bahwa pelanggannya tersebut sudah mencapai puncak nirwana.

Ini merupakan pelanggan SOP ketiga yang dilayani oleh Veronica pada malam ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB. Setelah itu, dia pun merebahkan tubuhnya di ranjang.

“Ahh … ternyata membosankan juga jika hampir setiap malam aku harus melayani para casanova itu. Oh, iya, Essa ke mana, ya? Kenapa dia sudah tiga malam ini tidak pernah menghubungiku lagi?” Veronica bermonolog.

Perasaan rindu terhadap Essa—sang kekasih semu-nya itu kini tengah menderanya. Namun, sesaat kemudian dia justru teringat pada Keenandra—sang kekasih nyata.

‘Mengapa terkadang aku merasakan bahwa Essa dan Keenan itu memiliki banyak sekali kesamaan? Walaupun aku belum pernah bertemu dengan Essa secara langsung,' batin Veronica. Setelah itu dia pun terlelap.

Keesokan harinya, seperti biasa Veronica tengah sibuk mengantarkan pesanan para pengunjung ke tengah kolam. Kini, dia lebih sering mengerjakannya seorang diri karena Sartika sering berada di ruangan kerja Reyhan.

Veronica sedang menuruni tangga air, dan menuju ke tengah kolam dengan membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Dia menuju ke meja yang terdapat banyak laki-laki.

Semua mata laki-laki itu tertuju pada tubuhnya karena lekukan tubuhnya begitu membentuk. Sebab pakaiannya basah. 

“Cuit … cuit … pelayan seksi datang,” celetuk salah seorang dari laki-laki tersebut.

“Veronica, aku akan membayarmu 10 kali lipat dari gajimu di kafe ini, asalkan kau bersedia melayaniku semalam penuh,” seorang laki-laki pun menimpali.

Veronica tidak menghiraukan ucapan mereka. Perlahan dia meletakkan makanan di atas meja. Namun, tiba-tiba tangan seorang pria yang berada di sampingnya meremas bokongnya.

Tentu saja hal tersebut membuatnya sangat terkejut sekaligus murka. Harga dirinya seakan dicabik-cabik.

Plak!

Veronica menampar kuat pria itu. “Jaga batasanmu, Tuan. Jangan kurang ajar!”

Entah dari mana keberaniannya tersebut, yang pasti emosi kini sedang mendera jiwanya, sedangkan pria dewasa yang ditampar olehnya, menahan emosi, giginya gemeretak.

“Pelayan sialan kau! Aku akan membuatmu dipecat dari kafe ini!” Begitulah ancaman pria itu.

Di saat ketegangan sedang terjadi, tiba-tiba Reyhan datang bersama seorang pria paruh baya. Pria tersebut terlihat sangat marah pada Veronica.

“Veronica, lancang sekali kau membuat kegaduhan di kafe ini, apalagi itu terhadap pelanggan kafe ini. Kau, aku pecat!”

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now