15.Bartender

23 13 0
                                    

Malam itu, Veronica terlihat sudah rapi untuk berangkat kembali ke Water Cafe. Karena dia akan menjadi bartender sementara untuk menggantikan bartender di kafe tersebut.

Sartika yang kala itu tengah duduk di teras seraya berbalas pesan dengan seseorang, seketika menghampiri Veronica. "Vero, kau jadi malam ini lembur untuk menjadi bartender?" 

"Iya, Sar. Aku sebenarnya sangat malas, tetapi aku merasa tidak enak dengan Pak Reyhan. Ya, sudah, aku berangkat dulu, ya." Veronica berpamitan dan melangkahkan kakinya.

"Ver, tunggu! Mmm ... aku ikut, tunggu sebentar, aku akan berganti pakaian dulu." Sartika mencegah Veronica, dan berlari masuk ke dalam kontrakannya.

Veronica merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu, terapi dia pun akhirnya duduk menunggunya. Tidak berapa lama kemudian, Sartika keluar dengan berpakaian santai, bukan mengenakan seragam kerja seperti Veronica.

"Yuk, Ver, kita berangkat." Sartika menggamit lengan Veronica dengan wajah yang berbinar.

Karena letak Water Cafe tidak begitu jauh dari tempat tinggal mereka maka kedua gadis itu menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Sembari berjalan, Sartika sibuk dengan ponselnya, sesekali dia terlihat menyunggingkan senyum.

Veronica memerhatikan tingkah sang sahabat yang dirasa sangat aneh dan berbeda. "Sar, kau sedari tadi senyum-senyum menatap ponselmu, memangnya kau sedang berbalas pesan dengan siapa?"

Sartika terperanjat. "Ya, Tuhan, Veronica, kau mengagetkanku!"

"Hhh ... makanya jangan melamun. Jawab dulu pertanyaanku."

"Mmm ... aku sedang berbalas pesan dengan —"

Sartika belum selesai menjawab, tetapi mereka telah sampai di Water Cafe sehingga dia tidak meneruskan ucapannya. Keduanya pun bergegas masuk ke dalam.

"Hai, Veronica, hai, Sartika, kalian baru sampai?" Suara Manager Reyhan terdengar menyapa mereka.

"Iya, Pak Rey, kami baru sampai," jawab Veronica.

"I-iya, P-pak ... Rey ... ka-kami ... baru saja ti-tiba ...." Sartika menjawab dengan terbata-bata.

Veronica mengernyitkan kening melihat Sartika yang terlihat gugup itu. "Sarti, kau kenapa gugup begitu?"

"Vero, ayo, kau segera ke tempat bartender. Karena pengunjung sudah ramai dan sudah menanti kedatanganmu." Reyhan menimpali, dia memotong ucapan Veronica.

"Ah, iya, Pak Rey, saya segera ke sana. Sarti, bagaimana denganmu?" Veronica menatap Sartika.

"Biarkan Sartika bersamaku." Reyhan kembali menimpali.

"Baiklah, jika begitu saya permisi." Veronica pun berlalu pergi meninggalkan Reyhan dan Sartika. 

Sementara Sartika terlihat menundukkan kepalanya. Reyhan mengangkat dagu Sartika seraya tersenyum. Mata mereka pun saling bertatapan.

"Terima kasih, Sayang. Karena kau sudah mau datang untuk menemaniku lembur," ujar Reyhan.

"I-iya, Pak Rey, sama-sama." Sartika berbicara dengan kikuk.

"Hey, jika sedang di luar jam kerja, kau jangan memanggilku—Pak, itu terlalu formal untuk panggilan pada kekasih. Panggil aku—Sayang, Honey, Baby."

Wajah Sartika merona merah, dia benar-benar merasa sangat malu dan salah tingkah. Namun, hatinya berbunga-bunga.

"I love you, Honey." Reyhan membisikkan kata-kata romantis tersebut di telinga Sartika.

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now