24.Berita Buruk

14 9 0
                                    

"Aku merasa sangat tidak pantas untukmu, Keen."

Veronica berkata seraya menundukkan wajah. Matanya nampak berkaca-kaca. Kini, dia merasa tidak layak bersanding dengan seorang CEO E Company yang memiliki perusahaan di berbagai tempat, bahkan di Luar Negeri.

Keenandra meraih jemari tangan sang kekasih. Ibu jarinya mengelus-elus cincin berlian yang melingkar di jari manis Veronica, kemudian dia mengecupnya.

"Kau tentu masih mengingat tentang cincin ini 'kan?" tanya Keenandra.

Veronica mengangguk. Dia teringat beberapa bulan yang lalu ketika dirinya sedang berulang tahun yang ke 23, Keenandra memberikan hadiah berupa cincin berlian tersebut.

Pada saat itu, Keenandra berjanji padanya bahwa dia akan selalu setia dan menerima dirinya apa adanya. Begitu pula dengan Veronica, dia pun berjanji akan setia dan menerima Keenandra.

"Keen, dulu aku belum mengetahui bahwa kau merupakan CEO. Aku mengira jika kau hanya pengusaha biasa. Keen, apakah kau owner perusahaan ini?" Veronica menatap sang kekasih.

Keenandra mengangguk. "Ya, aku owner E Company. Sebenarnya, perusahaan ini merupakan milik keluargaku. Namun, aku yang mengelolanya karena Papaku sudah menyerahkannya padaku."

Veronica meringis mendengarnya. Dia semakin tidak percaya diri. "Keen, jika begitu, lebih baik kita akhiri saja hubungan kita."

Mata Keenandra terbelalak sempurna mendengarnya. "Vero, jangan bercanda."

"Aku tidak bercanda, Keen, aku justru serius."

"Tapi mengapa? Apa alasanmu ingin mengakhiri hubungan kita ini? Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi? Ataukah kau sudah memiliki kekasih lain?"

Tiba-tiba bayangan Essa—sang kekasih semu terbersit dalam benaknya. Karena Keenandra membahas kekasih lain, sedangkan dia memang memiliki kekasih semu yang selalu menemani malam-malamnya.

"Keen, karena aku orang miskin, sedangkan kau orang kaya raya. Maka dari itu aku ingin kita mengakhiri hubungan ini." Veronica bangkit.

"Tidak, Veronica, aku tidak mau dan tidak akan pernah mau. Aku tulus mencintaimu. Will you marry me?"

"Beri aku waktu untuk berpikir, Keen."

      ***

Sejak saat itu, hubungan antara Keenandra dan Veronica semakin menjauh. Karena Veronica sang Gadis Cafe yang selalu menjaga jarak dan menghindar dari Keenandra.

Siang itu, saat Veronica sedang makan siang bersama Sartika ketika mereka sedang istirahat, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara handphone milik si Cewek Cafe yang berdering.

"Ver, ponselmu dari tadi berdering terus, coba kau lihat siapa tahu penting," ujar Sartika.

Veronica meraih benda pipih miliknya yang diletakkan di atas meja. Dia menghentikan kunyahannya ketika melihat nama ibunya terpampang di layar ponselnya. "Ibu," gumamnya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Wa'alaikumsalam, ‘Nak. Kau sedang bekerja?" 

"Iya, Bu, aku sedang bekerja, tetapi saat ini aku sedang istirahat, sedang makan siang. Ada apa, Bu?"

"Baiklah, jika kau sedang makan, nanti saja ibu meneleponmu lagi."

"Tidak apa, Bu, aku bisa sambil makan. Bu, katakan ada apa? Jangan membuatku cemas."

"Veronica, ayahmu sedang sakit parah, ‘Nak, beliau sakit kanker paru-paru stadium dini, tetapi biaya operasinya sangat besar." Suara Bu Odah—ibu Veronica terdengar terisak.

Veronica seketika menghentikan makan siangnya. Dia sangat syok mendengar berita tersebut. Tanpa terasa bola-bola kristal membanjiri pipinya. Sartika pun menghentikan acara makannya.

"Ver, ada apa?" Sartika memegang bahu sang sahabat.

Veronica tidak bisa berkata-kata, dia hanya menangis sesenggukan. Sartika sangat mengerti itu. Dia memeluk tubuh sang sahabat.

"Bu, berapa biaya operasi yang dibutuhkan?" Veronica bertanya setelah dia bisa menguasai diri.

"500 juta, ‘Nak, itu hanya untuk biaya operasi saja, belum biaya untuk yang lainnya."

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now