9.Berhenti Bersikap Formal

46 16 0
                                    

Sejak kejadian untuk yang kedua kalinya ketika Keenandra menyelamatkan Veronica di Water Cafe. Maka semenjak saat itulah hubungan mereka berdua semakin dekat. 

Keenandra yang merupakan seorang pengusaha dan memiliki banyak perusahaan di berbagai kota itu, setiap hari akan datang ke Water Cafe hanya untuk bertemu dengan Veronica.

Setiap Veronica akan berangkat dan pulang bekerja maka dia yang akan mengantarkannya. Awalnya, Veronica tidak mau dan masih bersikeras untuk merahasiakan alamatnya.

Akan tetapi, karena Keenandra yang selalu berusaha untuk semakin dekat dengannya, dan juga karena Keenandra selalu menolongnya maka Veronica mempertimbangkan itu semua. Keenandra setiap hari akan ke kontrakan Veronica hanya untuk mengantar jemputnya. 

Seperti halnya pada pagi hari itu, ketika Veronica dan Sartika sedang berjalan untuk berangkat bekerja, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di sampingnya.

“Vero, ‘tuh, Pangeran Tampan sudah menjemput. Ufff … lebih tepatnya sopir pribadi … ahaha ….” Sartika menggoda Veronica seraya tertawa dan berbisik-bisik.

Veronica yang belum menyadari kedatangan mobil tersebut segera melihat ke arah sampingnya, dan ternyata benar saja bahwa itu adalah mobil milik Keenandra. 

Keenandra sudah membukakan pintu mobil bagian depan untuk Veronica. Veronica tersenyum menatap Keenandra.

“Hai, Nona Veronica, ayo, masuk, mari aku antar kau ke kafe,” ujar Keenandra, “Sartika, ayo, kau juga masuk. Kau duduk di belakang seperti biasanya, ya,” sambungnya.

“Terima kasih, Tuan Keenan, tetapi sepertinya saya lebih baik berjalan kaki saja, biarkan Vero saja yang naik mobil bersama Tuan,” sahut Sartika.

Sementara Veronica membelalakkan matanya, dia yang kala itu sudah duduk di samping Keenandra, menatap nyalang pada Sartika.

“Sartika, apa-apaan kau ini? Ayo, masuk! Bagaimana bisa aku naik mobil sedangkan kau berjalan kaki,” protesnya, 

“Tidak! Tidak! Jika kau berjalan kaki, lebih baik aku juga berjalan kaki.” Veronica sudah memegang pintu mobil untuk membukanya.

Akan tetapi, Sartika menghalanginya. “Tidak mengapa, Vero, lagi pula ‘kan tidak terlalu jauh. Jadi, tidak mengapa. Aku tidak enak, masa iya setiap hari aku harus ikut dengan kalian.”

Sartika menghela napas. “Aku seperti benalu saja mengganggu kalian berdua.”

“Ya, Tuhan, Sarti, kau berbicara apa, sih?! Benalu apa? Lagi pula aku dan Tuan Keen tidak ada hubungan apa-apa. Jadi, tidak ada yang merasa terganggu. Bukan begitu, Tuan Keen?” Veronica berkata seraya menatap Sartika, kemudian beralih menatap Keenandra.

Keenandra tersenyum simpul. “Hmm … tetapi jika misalkan kita memiliki hubungan lebih, tidak mengapa bukan?” Keenandra justru menggoda Veronica. Wajah Veronica sudah merah merona. 

Sartika yang melihat itu tertawa terbahak-bahak. “Haha … ya, sudah, kalau begitu aku berjalan duluan, ya? Kalian berdua silakan melanjutkan perjalanan, bye.” Setelah mengatakan itu, Sartika pun berlalu pergi.

“Sarti, hei, tunggu!” Veronica berteriak memanggil sang sahabat.

Akan tetapi, Sartika tidak mempedulikan panggilan Veronica tersebut. Dia berlari-lari kecil dan semakin menjauh, sedangkan Veronica memilin-milin jemari tangannya, dia merasa salah tingkah dan merasa tidak tenang.

Sementara Keenandra sudah menyalakan mobil. Kemudian, dia melajukan mobilnya tersebut. Namun, yang membuat Veronica merasa heran karena mobil yang dibawa oleh Keenandra tidak menuju ke arah kafe melainkan ke tempat lain.

“Tuan Keen, Anda akan membawa saya ke mana? Mengapa tidak ke arah kafe tempat saya bekerja?” Veronica bertanya dengan wajah yang cemas.

“Hei, Nona Veronica, mengapa wajahmu terlihat cemas seperti itu? Apa kau takut aku akan melakukan hal yang tidak-tidak padamu?” Keenandra bertanya seraya menatap Veronica. 

“Nona Veronica, aku hanya ingin mencari tempat untuk sarapan. Karena sebenarnya aku belum sarapan dan aku sangat lapar. Tidak mengapa ‘kan jika kita sarapan terlebih dulu di restoran?” Keenandra kembali berbicara.

“Tuan, ta-tapi … saya takut terlambat, Tuan. Nanti saya bisa dipecat.”

“Ya, Tuhan, Nona Vero, mengapa kau selalu merasa khawatir yang berlebihan dan selalu takut jika kau akan dipecat? Tidak semudah itu memecat karyawan, oke!”

“Akan tetapi, jika saya melanggar peraturan di tempat saya bekerja, saya pasti akan dipecat, Tuan.”

“Biarkan itu menjadi tanggung jawabku, kau jangan khawatir! Dan satu lagi, bahwa aku tidak ingin jika kau berbicara formal padaku!” Keenandra berkata dengan tegas.

Veronica merasa kebingungan mendengarnya. Dia sesekali menatap ke arah samping untuk melihat Keenandra, tetapi ketika Keenandra membalas tatapannya dia justru menunduk.

Veronica yang tidak terbiasa berdekatan dengan lawan jenis itu benar-benar merasakan kekhawatiran yang berlebihan. Dia merutuk Sartika di dalam hati karena sahabatnya itu justru sengaja membiarkannya hanya berdua saja dengan Keenandra.

Dengan keberanian penuh, Veronica kembali menatap Keenandra. “Apa maksud Anda, Tuan?” 

“Oke, aku akan jelaskan. Begini, maksudku adalah … kita ‘kan sudah lama saling mengenal. Jadi, aku tidak ingin jika hubungan kita terlihat layaknya seperti bos dan karyawan.” Keenandra menjelaskan seraya menatap Veronica. 

“Aku ingin jika kita tengah berbincang, bahasa yang kita gunakan tidak formal,” sambungnya. 

“Sa-saya … ti-tidak … me-mengerti … maksud Anda, Tuan.” Veronica berkata dengan terbata-bata.

“Maksudku adalah … tolong berhentilah kau memanggilku dengan sebutan—Tuan, dan berhentilah kau berkata dengan menggunakan kata saya atau Anda.” 

Veronica mengernyitkan keningnya, dia merasa aneh mendengar permintaan Keenandra tersebut. Karena menurutnya sangat tidak sopan rasanya jika berkata tidak formal.

Akan tetapi, mengapa Keenandra justru melarangnya menggunakan bahasa formal? Bukankah pada umumnya orang-orang justru menginginkan dihormati dengan cara menggunakan bahasa formal.

“Maaf, Tuan Keen, tapi mengapa?” tanya Veronica.

“Karena bagiku itu sangat formal, dan aku merasa bahwa kita justru seperti orang asing dan baru berkenalan,” sahut Keenandra.

“Akan tetapi, itu sangat tidak sopan sekali, Tuan, jika saya memanggil Anda hanya dengan nama saja, dan jika saya berbicara dengan Anda menggunakan bahasa yang tidak formal.” Veronica berusaha menjelaskan. Dia menundukkan wajahnya.

Sementara Keenandra menatap dalam gadis cantik yang berada di sampingnya tersebut. Dia semakin merasa kagum pada Veronica yang merupakan seorang pelayan kafe dan berpendidikan standar, bahkan berasal dari kampung. Namun, dia merupakan gadis yang sangat santun dan sangat beretika.

Sungguh berbeda sekali dengan Cassandra. Walaupun dia berpendidikan tinggi dan hidup di kota, juga merupakan orang berada, tetapi dia sangat tidak mengerti tentang etika, bahkan cenderung angkuh dan suka merendahkan orang lain.

“Tapi … Tuan —”

“Veronica, aku sudah mengatakan padamu berhenti memanggilku—Tuan! Dan aku pun akan berhenti memanggilmu dengan sebutan—Nona!” Keenandra berkata dengan tegas. 

“Selama ini, aku tetap memanggilmu dengan sebutan—Nona, itu karena aku menghargaimu karena kau selalu memanggilku dengan sebutan—Tuan.”

“Namun, untuk kali ini dan untuk seterusnya, aku tidak ingin lagi jika kau memanggilku—Tuan, Anda, dan saya. Aku juga tidak akan memanggilmu dengan sebutan—Nona, lagi! Aku akan memanggilmu Veronica saja seperti yang lainnya, agar kita terlihat lebih akrab!”

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now