20.Microchip dan Smart Nails

17 12 0
                                    

Keenandra terus berusaha menenangkan sang kekasih yang masih terlihat trauma.

"Keen, aku benar-benar sangat takut. Jika saja kau terlambat datang menyelamatkanku … entahlah, hidupku pasti akan benar-benar sangat hancur, Keen, dan mungkin aku tidak akan sanggup lagi melihat dunia ini." Veronica masih trauma berat atas musibah yang menimpanya.

"Kau tidak boleh berbicara seperti itu, Honey. Ayo, kita pulang." Keenandra terus berusaha menenangkan sang kekasih.

Keenandra merangkul tubuh Veronica dan dibawanya menuju ke mobil. Setelah itu, dia membawa Veronica menuju ke rumahnya untuk bertemu keluarganya. Karena dia ingin membuat Veronica tenang dan aman.

Veronica merasa heran karena Keenandra mengendarai mobil, tetapi bukan melewati jalan menuju ke kontrakannya. "Keen, kau mau membawaku ke mana? Ini bukan ke arah kontrakanku."

"Aku akan membawamu ke rumah," jawab Keenandra dengan santai.

"Aku tidak mau, Keen. Mengapa kau membawaku ke rumahmu? Itu pasti ada keluarga besarmu. Keen, aku belum siap untuk bertemu dengan keluarga besarmu, aku mohon mengerti aku."

"Lantas, kita harus ke mana? Aku sengaja membawamu ke rumah keluarga besarku agar kau lebih aman."

Keenandra dan Veronica terus berdebat karena mereka berdua berbeda pendapat. Keenandra bersikeras membawa Veronica ke rumahnya, sedangkan Veronica tidak bersedia.

Keenandra mengendarai mobil sambil sesekali matanya menatap Veronica yang terlihat gelisah. Dia masih menunggu jawaban dari sang kekasih karena Veronica masih diam membisu.

"Honey, mengapa kau diam?" 

Suara Keenandra mengejutkan Veronica. Gadis tersebut seketika tersadar dari lamunannya. "Ah, iya, Keen, ke kontrakanku saja."

"Tidak, aku tidak setuju! Karena aku masih mengkhawatirkan keselamatanmu. Bagaimana jika kita ke villa saja? Villa milik keluargaku." Keenandra menatap sekilas pada Veronica. 

"Kau tenang saja karena di sana ada penjaga dan pelayannya. Jadi, kita tidak hanya berdua saja." Keenandra tahu kegelisahan dan kekhawatiran yang tengah dialami oleh Veronica.

Veronica terlihat bernapas lega. "Baiklah jika begitu, terserah padamu saja."

Akhirnya, Keenandra membawa Veronica menuju ke villa milik keluarganya yang ada di puncak. Selama dalam perjalanan, Keenandra dan Veronica saling berbincang-bincang.

Veronica yang sejak tadi memendam pertanyaan, seketika menatap Keenandra. "Keen, aku sejak tadi ingin bertanya padamu, pertanyaan yang sudah bercokol dalam benakku."

Keenandra menatap sang kekasih yang terlihat sangat serius itu. "Hmm, kau ingin bertanya apa, Honey?"

Veronica menghela napas. "Bagaimana bisa kau mengetahui keberadaanku?" tanya Veronica.

Karena sedari tadi dia benar-benar merasa sangat penasaran, bagaimana caranya Keenandra bisa menemukan keberadaannya? Sebab, dia diculik dan dibawa ke hutan belantara yang sangat jauh dari pemukiman penduduk.

Keenandra terkekeh. "Ehehe ... apakah kau lupa siapa aku?"

"Tentu saja tidak. Kau adalah laki-laki hebat yang selalu menyelamatkanku tepat waktu. Kau adalah malaikat penolongku."

"Hahaha ... bukan itu maksudku."

"Lantas apa maksudmu, Tuan Keenan?" Veronica benar-benar dibuat bingung.

"Aku bisa melakukan apa saja, apalagi menyangkut orang yang aku cintai." Keenandra menjelaskan seraya mengecup jemari tangan Veronica yang terdapat cincin berlian pemberiannya.

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Où les histoires vivent. Découvrez maintenant