22.Dimple Queen

14 10 0
                                    

Air mata sudah tidak bisa dibendung lagi. Kini, tubuh Veronica sudah merosot ke bawah, dia terduduk dan berendam di kolam sembari terisak.

Kini, dia benar-benar dipecat dari Water Cafe karena yang memecatnya pada saat ini adalah pemilik kafe tersebut—Mahendra.

“Tuan Mahendra, mengapa Anda memecatnya?” 

Veronica yang kala itu tengah menangis seketika mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara orang yang sangat dia kenal. “Keen.”

Keenandra berjalan menghampiri Veronica. Dia meraih tubuh sang kekasih lalu memeluknya. Veronica semakin menangis dengan kencang, dia menumpahkan tangisannya di dada bidang sang kekasih.

“Ssttt … berhentilah menangis, semuanya akan baik-baik saja.” Keenandra menghapus jejak-jejak air mata di pipi sang kekasih.

“Keen, apa yang aku takutkan dan khawatirkan akhirnya terjadi juga, aku dipecat dari Water Cafe ini.” Bahu Veronica berguncang.

Keenandra berusaha menenangkan sang pujaan hati. “Honey, kau tenang dulu, jangan menangis dan panik, semuanya akan baik-baik saja. Kau tidak akan dipecat. Benar ‘kan, Tuan Mahendra?”

Mata Keenandra menatap tajam pada Mahendra—sang pemilik Water Cafe. Mahendra terlihat salah tingkah. Kini, dia terlihat lebih pendiam, dan tidak seperti sebelumnya yang marah-marah dan mencaci maki Veronica.

“Betul, Tuan Keenan.” Mahendra menundukkan wajah.

Veronica sangat terkejut melihat interaksi antara Keenandra dengan Mahendra. Berjuta pertanyaan pun bergelayut dalam benaknya. Mengapa bisa seorang Mahendra—owner Water Cafe begitu patuh pada Keenandra Ekhsa?

“Tuan Mahendra, saya rasa Anda sudah mengetahui jika Veronica ini adalah kekasih saya.” Keenandra kembali menatap Mahendra.

“Maaf, Tuan Keenan, tetapi sebelumnya saya belum mengetahui itu,” jawab Mahendra.

“Jangan berdusta, Tuan Mahendra. Karena ketika putri Anda melakukan penculikan pada kekasih saya ini hingga membuat putri Anda mendekam di penjara, saya rasa Anda sudah mengetahuinya!”

Mahendra semakin menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat malu karena Keenandra mengingatkannya tentang tingkah laku Cassandra—putrinya.

Sebenarnya dia sengaja memecat Veronica karena dia ingin membalas sakit hatinya. Sebab, Cassandra kini mendekam di penjara gara-gara Veronica. Itulah yang ada dalam pikirannya.

Setelah kejadian di kolam kafe waktu itu, akhirnya Veronica tidak jadi dipecat. Dia merasa sangat heran karena sang owner cafe tidak jadi memecatnya hanya karena seorang Keenandra.

‘Aku benar-benar merasa aneh dan penasaran, mengapa Tuan Mahendra begitu patuh pada Keenan. Apakah karena Keenan dulunya merupakan kekasih Nona Cassandra?’ 

Begitulah pemikiran yang ada dalam benak Veronica.

Malam itu, Veronica dan Sartika tengah duduk di teras kontrakan. Kedua sahabat itu sedang berbincang-bincang santai dan saling bercerita tentang keseharian mereka serta tentang hubungan mereka dengan kekasih masing-masing.

“Ver, Pak Rey mengajakku serius dalam menjalin hubungan,” ujar Sartika.

“Apakah maksudmu kalian akan menikah?” tanya Veronica.

“Iya, Ver. Karena orang tua Pak Rey selalu mendesak agar kami segera menikah.”

“Baguslah jika begitu. Itu artinya calon mertuamu menyetujui dan mendukung hubungan kalian.”

Veronica dan Sartika terus berbincang-bincang hingga larut malam. Tanpa mereka sadari bahwa ada yang memperhatikan mereka dari jarak jauh, siapa lagi kalau bukan Keenandra Ekhsa.

Keenandra yang kala itu sedang duduk di balkon kamarnya, tak henti menyunggingkan senyuman setiap dia menatap ponselnya. Karena dia sedang memperhatikan sang kekasih melalui CCTV yang dihubungkan ke ponselnya.

“Veronica, kekasihku. Kau semakin cantik jelita jika sedang tersenyum. Karena menampilkan dimple-mu yang sangat imut itu."

"Aahh … aku ingin memilikimu seutuhnya, Dimple Queen.”

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang