8.Ketegasan Keenandra

42 16 0
                                    

Veronica menatap nanar kepergian Cassandra, lalu dia segera mempersiapkan makanan yang dipesan oleh Cassandra tersebut.

Sartika yang sedari tadi memperhatikan sang sahabat, merasa kasihan padanya. Dia pun menghampiri Veronica. 

“Veronica, bagaimana jika sampai makanan itu terjatuh dari kepalamu? Kau pasti akan dipecat.” Sartika berkata dengan raut wajah cemas.

Veronica menghela napas dengan berat. “Entahlah, Sarti, aku benar-benar sangat bingung. Jika aku menolaknya, aku tetap akan dipecat. Dan jika aku melakukannya, tetapi sampai melakukan kesalahan maka aku pun akan tetap dipecatnya.” 

Veronica berkata dengan mata berkaca-kaca. “Mungkin ini sudah nasibku, aku tidak memiliki rezeki panjang di kafe ini,” imbuhnya.

Sungguh sangat berat rasanya jika dia sampai kehilangan pekerjaan ini. Sartika pun ikut merasakan kesedihan melihat sang sahabat yang kini dalam masalah, tetapi dia tidak bisa membantunya.

“Aku juga bingung bagaimana caranya membantumu. Karena kita tahu sendiri seperti apa sifatnya Nona Cassandra itu. Dia pasti akan semakin murka dan dia pun pasti akan kembali menghukumku,” ujar Sartika.

“Vero, aku bukannya tidak setia kawan padamu. Tolong maafkan aku,” sambungnya.

Sartika menundukkan kepala sembari memilin-milin jemarinya. Sebagai sahabat, rasanya dia tidak berguna sama sekali karena tidak bisa menolong kesulitan yang tengah dihadapi oleh Veronica.

Matanya sudah berkaca-kaca, perasaan dilema tengah menderanya. Sartika sedang berperang batin pada dirinya sendiri. Kegelisahan begitu terpancar dari wajahnya. Semua itu tak luput dari pandangan Veronica.

“Aku tidak mengapa, Sarti. Kau tidak usah merasa bersalah seperti itu. Lagi pula, jika kau membantuku, kau pun akan dihukum dan bisa-bisa kau juga akan kehilangan pekerjaan ini.” Veronica berkata seraya menepuk-nepuk pelan bahu Sartika.

Sartika mendongakkan wajahnya. “Akan tetapi, Vero, aku tidak bisa jika seperti ini. Tidak! Tidak! Lebih baik kita berdua dipecat bersama-sama. Biarkan saja jika aku pun akan dipecat, aku tidak mengapa!” Sartika berkata dengan tegas.

Veronica membulatkan matanya dengan lebar mendengar ucapan Sartika tersebut, yang rela kehilangan pekerjaan demi membantunya. Veronica tidak ingin jika itu terjadi karena dia pasti akan semakin merasa bersalah nantinya.

“Sartika, aku tidak mau merasa berdosa padamu. Karena aku telah menghancurkan masa depanmu dengan cara menghilangkan pekerjaanmu. Tidak! Aku tidak mau hal itu terjadi!” Veronica pun berkata dengan tegas.

“Tidak masalah, Vero, kau jangan berpikiran seperti itu. Kita ini sahabat, kita teman sedari kecil. Memang beginilah nasib kita karena kita orang miskin.” Sartika memberi penjelasan dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh. “Namun, tidak semudah itu dia akan memisahkan kita, oke?!”

Veronica memeluk Sartika dengan penuh rasa haru. Persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak kecil memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Kedua sahabat itu saling berpelukan.

Setelah mereka berdua saling menguatkan satu sama lain, lalu mereka pun berjalan bersama dengan membawa dua buah nampan berisi makanan, dan minuman yang diletakkan di atas kepala. 

Akan tetapi, sebelum mereka melangkah menuruni tangga air, Cassandra yang sedang duduk di tengah-tengah kolam menatap nyalang pada mereka. Lantas, dia pun berdiri.

“Hey! Kau pelayan dungu! Mengapa kau ikut-ikutan membawakan pesanan itu? Hah!” Suara Cassandra terdengar melengking, dia menunjuk ke arah Sartika. 

“Aku tidak sudi jika kau ikut campur dalam masalah ini, dan kau membantunya! Serahkan semuanya pada pelayan kampung itu, mengerti?!” Cassandra berjalan menghampiri Veronica dan Sartika.

“Kau juga ingin aku pecat? Hah!” Cassandra berteriak dengan bersedekap dada.

“Maafkan saya, Nona Cassandra, tetapi Veronica ini adalah sahabat saya, jadi saya tetap akan membantunya. Jika dia dipecat dari kafe ini —” Sartika menatap Cassandra dan Veronica secara bergantian. 

“Tidak mengapa jika saya dipecat juga, saya akan menerimanya!” Sartika menjawab dengan keberanian penuh.

Veronica tidak menyangka jika sahabatnya itu akan seberani itu menjawab ucapan Cassandra. Perasaan terharu dan juga gelisah kini menghantuinya. Dengan susah payah Veronica meneguk ludah.

Semua itu justru membuat Cassandra semakin emosi. Napasnya terlihat memburu, dadanya sudah naik turun dan wajahnya pun memerah. 

“Dasar kalian berdua pelayan udik! Pelayan kampung dan bodoh! Aku akan benar-benar memecat kalian!” 

Cassandra berteriak histeris. Amarahnya sudah memuncak, matanya terlihat memerah karena dia merasa sangat terhina sudah ditentang oleh pelayan kafe tersebut.

“Pelayan dungu! Kalian berdua aku pe —”

“Cassandra! Mengapa kau selalu mencari-cari kesalahan pada mereka, terutama pada Nona Veronica itu?!”

Cassandra terbelalak lebar ketika mendengar suara laki-laki yang sangat dia kenal sudah berada di belakang tubuhnya. 

Dia membalikkan badan, dan benar saja bahwa laki-laki yang sangat dia cintai sudah berdiri dengan tegap di belakangnya.

“My Baby, Keenan, kau … kau sudah kembali dari luar negeri? Kapan kau pulang dari Prancis?” Suara Cassandra terdengar terbata-bata dengan raut wajah penuh kecemasan.

Keenandra memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Perawakan tubuhnya yang tinggi besar dan wajah yang sangat tampan dengan dihiasi belahan dagu, semakin terlihat gagah dan berkarismatik dengan gayanya yang cool itu.

Hati Cassandra semakin bergetar melihatnya. Cassandra maju ke depan dan ingin memeluk tubuh Keenandra. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh tubuh Keenandra, laki-laki tersebut menghindar.

“Jaga batasanmu, Sandra! Sadarlah, bahwa kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi! Jadi, kau tidak perlu lagi menyentuhku!”

Keenandra berkata pada Cassandra, tetapi tatapan matanya selalu tertuju pada Veronica yang kala itu tengah menatapnya.

Akan tetapi, Veronica kembali menundukkan wajah karena dia merasa sangat lancang dan tidak sopan telah membalas tatapan Keenandra. Dia menggigit-gigit kecil bibirnya dan itu semua tak luput dari perhatian Keenandra.

“Cassandra, aku peringatkan padamu! Jangan sekali-kali kau mempergunakan status kekayaan Daddy-mu sehingga kau akan menghalalkan segala cara untuk menindas kaum yang lemah.” Keenandra mengatakan itu seraya terus menatap Veronica.

“Apakah kau tidak ada pekerjaan lain selain mengganggunya, hmm? Mengapa akhir-akhir ini kau selalu berada di kafe ini hanya untuk mengganggunya? Ada apa denganmu?” Keenandra menghujani pertanyaan pada Cassandra.

Cassandra menundukkan wajahnya. Tentu saja dia merasa sangat malu karena lagi dan lagi Keenandra lebih membela pelayan daripada dirinya. Dia mengepalkan tangan.

“Keen, ada apa denganmu? Mengapa kau selalu membela pelayan kampung ini? Kau sampai memutuskan hubungan denganku hanya gara-gara membelanya, dan sekarang pun kau tetap membelanya!” Cassandra berteriak, air mata pun sudah membasahi pipinya.

Kini, dia sudah tidak bisa menahan kesedihan dan emosinya lagi. Dia pun terisak-isak, bahunya berguncang. Hatinya sangat sakit sekali atas perlakuan Keenandra pada dirinya.

Keenandra menghela napas dengan berat. “Aku melakukan ini karena apa yang kau lakukan sangat salah, Sandra. Kau menyalahgunakan wewenang di kafe ini, dan kau selalu mencari-cari kesalahan pelayan kafe ini, terutama pada Nona Veronica.”

Keenandra berjalan menghampiri Cassandra. “Ada apa denganmu, Sandra? Aku benar-benar sangat kecewa padamu. Aku kira setelah aku memutuskan hubungan denganmu maka kau akan berubah.” 

Keenandra memejamkan matanya. “Namun ternyata, kau semakin merajalela. Jika kau sampai memecat dia, maka aku akan sangat membencimu!” 

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz