11.Decaf Coffee

40 17 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, akhirnya Keenandra dan Veronica pun sampai di Water Cafe.

Wajah Veronica sudah memucat, rasanya makanan yang tadi sudah masuk ke dalam perutnya akan keluar. Karena dia merasa sangat mual akibat Keenandra yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.

Sementara Keenandra mentertawakan Veronica. Dia merasa sangat lucu melihat tingkah Gadis Cafe tersebut. 

Setelah Veronica bisa menguasai keadaan, akhirnya dia pun turun. Veronica benar-benar sangat kesal pada Keenandra, sedangkan pemuda tampan itu masih terus menggoda gadis cantik tersebut. 

"Maafkan aku, Vero, tetapi aku melakukan itu karena kau tadi mengatakan ingin segera sampai 'kan? Jadi, jalan satu-satunya, yaitu aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi." Keenandra membuka percakapan, tetapi tiada henti tertawa.

Veronica tidak menyahuti, dia semakin mempercepat langkah kakinya, bahkan dia berlari-lari kecil karena sudah sangat terlambat.

Ketika dia memasuki kafe, terlihat sang manager cafe yang sedang berdiri menatapnya dengan tajam.

Hati Veronica sangat ketar-ketir melihatnya. Dia benar-benar merasa ketakutan karena wajah Reyhan terlihat sangat menyeramkan.

Namun, seketika wajah sangar Reyhan berubah menjadi normal kembali, yang tadinya dia bersedekap dada, kini tangannya sudah turun ke bawah.

Veronica mengernyitkan dahi melihatnya. Dia merasa heran mengapa sang manager tiba-tiba ekspresi wajahnya cepat berubah.

Lantas, Veronica menyadari tatapan Reyhan yang tertuju ke sampingnya. Veronica tahu bahwa perubahan di raut wajah manager cafe tersebut dikarenakan adanya Keenandra di sampingnya.

Bibir Reyhan tersenyum manis. "Selamat pagi, Tuan Keen, mari silakan masuk." Reyhan mempersilakan Keenandra untuk masuk.

"Pagi juga, Pak Reyhan, tapi maaf karena aku tidak bisa untuk singgah. Aku ke sini hanya mengantarkan Veronica saja, dan memastikan bahwa dia akan tetap bekerja di kafe ini." Keenandra menatap Veronica, kemudian beralih menatap ke Reyhan. " Tentu saja kau mengerti maksudku 'kan?"

"Iya, Tuan, saya mengerti. Veronica, ayo, lekas kau berganti seragam kerja dan segera bekerja."

"Terima kasih, Pak Rey, dan maaf karena saya datang terlambat." Veronica menundukkan wajah.

"Tidak mengapa, sekarang kau segera memulai pekerjaanmu karena Sartika dari tadi bekerja seorang diri."

"Baik, Pak Rey. Keen, aku permisi, aku akan masuk dan akan bekerja." Veronica berpamitan pada Keenandra.

"Ya, Vero, hati-hati." Keenandra menjawab seraya menatap Veronica.

Setelah itu, Veronica pun bergegas menuju ke ruang ganti pakaian, sedangkan Keenandra berlalu pergi karena dia akan menuju ke perusahaannya.

***

Ketika waktu sudah mendekati sore hari, Keenandra kembali mendatangi Water Cafe. Dia ingin bersantai sembari menunggu Veronica selesai bekerja.

Lalu, dia memilih untuk menikmati kopi di kafe tersebut. Keenandra pun mendatangi seorang barista cafe yang bernama Adyan.

"Selamat sore, Tuan Keenan. Anda ingin memesan kopi apa? Latte decaf, cappuccino decaf, atau espresso decaf?" Adyan menyapa Keenandra, dan menawarkan pilihan decaf coffee.

Adyan sudah sangat mengenal Keenandra. Karena dulu saat Keenandra masih memiliki hubungan dengan Cassandra, dia selalu datang ke kafe tersebut. Sehingga baik manager maupun barista dan bartender yang ada di kafe tersebut sudah sangat mengenal Keenandra.

"Aku ingin memesan kopi seperti biasanya, cappuccino decaf. Aku ingin menikmati kopi tanpa kafein," sahut Keenandra.

"Baik, Tuan Keen, saya akan segera meracik decaf coffee kesukaan Anda."

Decaf coffee atau decaffeinated coffee yaitu kopi tanpa kafein. Kopi decaf merupakan sebutan lain untuk kopi tanpa kafein. 

Decaf Coffee adalah kopi yang kandungan kafein-nya telah dihilangkan hampir seluruhnya.

Sebenarnya, kopi decaf tetap mengandung kafein, terapi hampir 97% kadar kafein dalam kopi decaf telah dihilangkan. Kopi decaf hanya memiliki 3 miligram kafein saja.

Adyan pun mulai meracik decaf coffee untuk Keenandra, sedangkan Keenandra sudah duduk di pinggir kolam. Dia sengaja tidak duduk di tengah kolam agar pakaian dan tubuhnya tidak basah karena sedang menunggu Veronica.

Adyan terlihat sangat lihai meracik decaf coffee. Biji kopi decaf yang sudah dimasukkan ke dalam suhu air yang sangat tinggi dengan tekanan air yang juga tinggi, yang sudah melalui proses perendaman hingga memakan waktu kurang lebih 8 jam.

Biji kopi hijau direndam dengan air panas, kemudian sisa airnya disaring dengan activated charcoal filter. Setelah itu, menggunakan pelarut kimia yaitu ethyl acetate. 

Biji kopi dikukus dan dicuci dengan pelarut acetate tersebut, kemudian dikukus kembali, lalu dikeringkan, kemudian disangrai. Proses ini disebut naturally decaffeinated.

Setelah proses dekafeinasi atau decaffeinated, kemudian menggunakan ekstraksi dari karbondioksida subkritis. Karbondioksida, dalam proses ini bekerja untuk melarutkan kafein tanpa memengaruhi rasa dan karakteristik kopi. Inilah keistimewaan dari decaf coffee yang sangat disukai oleh Keenandra. 

Tidak berapa lama kemudian, kopi yang diracik oleh Adyan sudah selesai, kemudian dia membawa dan menyajikannya untuk Keenandra.

"Silakan dinikmati kopinya, Tuan Keen," ujar Adyan.

"Terima kasih, Adyan," sahut Keenandra.

"Sama-sama, Tuan. Kalau begitu, saya permisi." 

"Silakan."

Setelah itu, Adyan pun berlalu, dan dia kembali menuju ke tempatnya. Sedangkan Keenandra, dia menghirup aroma decaf coffee yang sangat dia sukai itu. Perlahan dia menyeruput kopi yang masih panas tersebut.

Namun, tiba-tiba matanya tertuju pada Veronica yang kala itu sedang membawakan pesanan dan sedang menuruni tangga air. 

Gadis tersebut menuju ke tengah-tengah kolam. Tubuhnya pun basah karena berendam di air kolam sehingga lekuk tubuhnya begitu tercetak.

Para pelanggan Water Cafe yang kebanyakan laki-laki itu menatap lapar pada Veronica. Entah mengapa, Keenandra sangat kesal melihat mata para casanova tersebut.

"Silakan dinikmati hidangannya, Tuan-Tuan." 

Veronica mempersilakan para pelanggan kafe tersebut setelah dia meletakkan berbagai menu makanan di atas meja.

Seorang pria menatap dalam pada water waitress tersebut. Dia menelisik penampilan Veronica dari atas kepala hingga ke bawah kaki. Veronica merasa sangat risih karena diperhatikan dengan begitu lekatnya. Veronica menundukkan kepala.

"Maaf, Tuan-Tuan, saya permisi."

Veronica berpamitan dan kemudian dia membalikkan badan untuk meninggalkan kolam renang tersebut. Namun, lengannya dicekal oleh pria yang sejak tadi menatapnya.

"Tunggu dulu, Nona Veronica! Bagaimana jika aku ingin membooking-mu?" Pria tersebut menatap Veronica dan menaik turunkan alisnya.

Tentu saja Veronica sangat kesal melihatnya. "Maaf, Tuan, apa maksud Anda? Saya tidak mengerti!"

"Hahaha ... kau tidak usah berpura-pura polos dan lugu, buktinya kau mau bekerja di tempat seperti ini yang setiap hari memperlihatkan lekuk tubuhmu, jadi itu sama saja kau menjual diri!"

Betapa terluka dan sakit hati Veronica mendengarnya. Dirinya benar-benar merasa sangat terhina karena telah direndahkan oleh pelanggan Water Cafe tersebut. 

Ingin rasanya dia menampar mulut pria itu, tetapi dia tidak berani melakukannya. Karena dia bisa dituntut dan bahkan dikeluarkan dari Water Cafe tersebut. Akhirnya dia hanya bisa berdiam diri saja.

"Enyahlah kalian dari kafe ini, dan aku tidak ingin melihat wajah kalian lagi! Jika tidak maka kalian akan berurusan denganku. Camkan itu!"

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now