19.Keenandra Menyelamatkan Veronica

19 12 0
                                    

Darwin berjalan menghampiri Veronica. Dia menatap tubuh sang Gadis Cafe dari atas hingga bawah. 

Darwin memainkan lidahnya, dan itu semua tak luput dari tatapan Veronica yang membuatnya merasa sangat mual melihatnya karena merasa sangat jijik.

“Wow! Ternyata body-mu benar-benar sangat seksi dan molek sekali, dan aku semakin berhasrat padamu, Baby.” Darwin duduk di pinggir ranjang sembari membelai betis kaki Veronica yang putih mulus.

Tubuh Veronica merinding dibuatnya. Dia semakin merasa ketakutan. Veronica meronta-ronta meminta dilepaskan. “Tolong, Tuan Darwin, tolong lepaskan saya.”

“Hahaha … tidak semudah itu, Vero. Karena aku sudah susah payah untuk menculikmu, lalu bagaimana bisa setelah kau ada dalam genggamanku, dan aku akan melepaskanmu?” Darwin menyeringai. 

“Itu hanya perbuatan sia-sia dan bodoh, mengerti?!” Tangan Darwin semakin merambat naik ke atas, dia meremas paha Veronica. 

Veronica berteriak. “Tidak! Tolong jangan menyentuh saya, tolong lepaskan saya, Tuan Darwin. Keenan, tolong aku.” Veronica terus berteriak seraya menangis.

Prok!

Prok! 

Prok!

Suara tepuk tangan terdengar begitu nyaring. Veronica terperanjat dan dia melihat ke arah sumber suara itu. Matanya terbelalak sempurna ketika dia melihat kedatangan seseorang yang dia kenal.

“Nona Cassandra,” gumam Veronica.

“Hahaha … ternyata seperti inikah sifat aslimu, hey, gadis kampung?! Di depan Keen, kau terlihat sangat lugu dan polos, tetapi ternyata … kenyataannya kau seperti ini, dasar munafik!” Cassandra mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Dia mulai merekam Darwin dan Veronica yang berada di atas ranjang yang sama. Posisi tubuh Darwin sudah merangkak menaiki tubuh Veronica yang membuat gadis itu berteriak histeris.

“Tidak! Apa yang kalian lakukan pada saya? Tolong lepaskan saya!” Veronica meronta-ronta.

“Tidak usah berpura-pura, gadis kampung! Aku tahu bahwa itu adalah pekerjaanmu yang sesungguhnya. Kau menjajakan tubuhmu pada laki-laki." Cassandra tersenyum sinis.

"Bukti rekaman ini akan aku berikan pada Keen agar dia tahu seperti apa kau itu yang sebenarnya!” Cassandra terus merekam Veronica dan Darwin.

Darwin yang memang sangat mendambakan Veronica itu terlihat sangat bergairah. Dia mencabik baju Veronica hingga robek, dan menampilkan dada gadis tersebut yang sangat putih dan mulus.

“Tidak! Tolong jangan kau sentuh aku! Lepaskan aku! Keen … tolong aku ….” 

Kini, Veronica berbicara dengan bahasa informal. Dan entah mengapa, dia selalu menyebut nama Keenandra. Dia sangat berharap jika sang kekasih akan datang untuk menyelamatkannya.

Ketika Darwin akan mencumbui Veronica, tiba-tiba ada yang mendobrak pintu dengan sangat keras. Semua itu membuat mereka yang ada dalam ruangan tersebut terkejut.

“Tempat ini sudah kami kepung! Serahkan diri kalian!”

Mereka semua langsung melihat ke arah sumber suara. Dan ternyata, sudah ada empat orang polisi yang menodongkan pistol ke arah mereka.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah kehadiran seorang laki-laki tampan yang berjalan dengan begitu gagahnya menuju ke arah ranjang.

Matanya terlihat memerah karena menahan emosi. Dia langsung berlari dan menarik tubuh Darwin dari atas tubuh Veronica. Dia menghajar Darwin dengan membabi buta.

“Keen,” gumam Veronica.

Sementara kedua laki-laki bertopeng itu sudah diamankan oleh polisi, sedangkan Cassandra, kakinya perlahan melangkah mundur, dia mencari celah untuk melarikan diri. Namun, tidak semudah itu, karena gerak-geriknya sudah diperhatikan oleh keempat polisi tersebut.

“Mau ke mana kau, Nona Cassandra? Ikut kami ke kantor polisi!” ujar salah satu polisi dengan tegas.

“Tidak! Lepaskan aku. Aku tidak bersalah! Kalian tidak memiliki hak untuk menangkapku! Aku akan melaporkan kalian pada Daddy-ku!” Suara Cassandra terdengar lantang.

“Laporkan saja, kami tidak takut! Nanti beri keterangan di kantor polisi jika kau ingin melakukan pembelaan diri!” ujar polisi tersebut dengan tegas.

Sementara Keenandra yang sudah memberi pelajaran pada Darwin, dia bergegas bangkit dan membuka ikatan di tangan dan kaki Veronica. Dia memeluk erat tubuh sang kekasih. 

Keenandra melepaskan jaket yang sedang ia kenakan, kemudian dia pakaikan di tubuh Veronica untuk menutupi tubuh sang kekasih. Keenandra mencium kepala Veronica berulang kali.

“Maafkan aku karena aku terlambat datang.” Keenandra terus mengecup kepala Veronica.

“Tidak, Keen, kau tidak terlambat. Terima kasih banyak karena kau datang tepat pada waktunya. Jika tidak … aku … aku … mungkin aku —”

Veronica tidak bisa meneruskan ucapannya. Hal-hal buruk sudah menghantuinya. Dia semakin mengeratkan pelukannya, dan Keenandra pun membalas pelukan Veronica tak kalah eratnya.

Lalu, Keenandra menuntun sang kekasih berjalan menghampiri Cassandra. Matanya terus menatap tajam pada sang mantan kekasih. Kini, dia sudah tersulut emosi. Cassandra menatap Keenandra dengan perasaan yang berkecamuk tidak menentu. 

“Keen, kau salah paham. Ini semua tidak seperti yang kau bayangkan.” Cassandra masih berusaha membela diri.

“Aku benar-benar sangat kecewa padamu, Cassandra! Kau benar-benar gadis yang ambisius yang selalu menghalalkan segala cara. Mengapa kau tega melakukan ini pada kekasihku? Mengapa?” Keenandra berteriak.

“Jika kau memiliki dendam padaku, seharusnya kau lampiaskan saja padaku, jangan pada Veronica. Karena dia tidak bersalah,” sambungnya.

“Yang mengakhiri hubungan kita adalah aku, bukan Veronica. Jadi, akulah penyebabnya. Kau salah jika kau selalu beranggapan bahwa Veronica lah penyebab hubungan kita berakhir.”

Keenandra menghela napasnya. “Namun, selama ini aku memang sudah merasa tidak nyaman denganmu karena sikapmu yang sangat sombong dan arogan itu.”

Air mata Cassandra sudah tidak bisa dibendung lagi. “Keen, mengapa kau menjadi seperti ini? Aku tentu saja sangat sakit hati dan merasa dendam pada gadis kampung itu. Karena saat kau menolong dia, kau memutuskan hubungan denganku.”

Cassandra menunjuk wajah Veronica. “Itu artinya gadis kampung itu penyebab berakhirnya hubungan kita. Keen, mengapa kau bisa berubah seperti ini setelah mengenalnya? Mengapa?”

“Aku tidak pernah berubah, dan aku masih Keenandra Ekhsa yang dulu! Kau yang tidak pernah mau berubah. Sikapmu yang sangat buruk itu tidak pernah kau rubah.” Keenandra berkata dengan napas yang naik turun karena emosi menderanya.

Keenandra memejamkan mata. “Tolong lupakan aku, Nona Cassandra Mahendra.”

“Keen, aku mencintaimu. Aku tidak bersalah. Jangan bawa aku ke kantor polisi.” Cassandra memohon seraya menangis.

“Kau selesaikan semua ini, dan jelaskan di kantor polisi. Semua bukti sudah menjurus padamu. Jadi, kau tidak bisa mengelak lagi,” ujar Keenandra. 

“Pak Polisi, tolong bawa perempuan ini, dan saya ingin dia dihukum setimpal dengan apa yang telah dia lakukan. Karena dia telah melakukan penculikan terhadap kekasih saya,” imbuhnya.

“Jika tidak ditindaklanjuti dengan tegas, maka dia akan semakin merajalela bertindak kriminal!” Keenandra menghela napas.

“Baik, Tuan Keenan, kami akan melaksanakannya.” Keempat polisi itu pun akhirnya menggiring Cassandra, Darwin, dan kedua laki-laki bertopeng tersebut. Mereka dibawa menuju ke kantor polisi.

Sementara Keenandra masih berusaha untuk menenangkan Veronica yang masih ketakutan.

“Sayang, kau jangan takut. Aku ada di sini bersamamu.” Keenandra mengelus-elus punggung Veronica.

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Where stories live. Discover now