18.Veronica Diculik

22 12 0
                                    

Sore itu, ketika pulang bekerja, Veronica terlihat berjalan seorang diri untuk pulang ke kontrakannya, sedangkan Sartika, dia pulang bersama Reyhan.

Veronica berjalan di trotoar jalan. Dia berjalan sembari memainkan ponselnya. Dia terlihat sedang berbalas pesan dengan sang kekasih sehingga dia tidak memerhatikan jalanan di sekitarnya.

“Honey, apa kau sudah pulang bekerja?” Pesan dari Keenandra masuk dan membuat Veronica tersenyum sumringah.

Dengan cepat dia membalas pesan dari sang kekasih tersebut. “Iya, Honey, aku sudah pulang.”

“Sekarang kau di mana? Aku akan menjemputmu.”

“Aku sedang berjalan kaki, dan aku sedang berada di —”

Tiba-tiba secepat kilat ada orang yang menarik tubuh Veronica, dan membekap hidungnya. Gadis Cafe tersebut dibius, dan seketika membuat Veronica tak sadarkan diri.

Lalu, tubuhnya diseret masuk ke dalam sebuah mobil. Ponsel yang sedang ia pegang pun terjatuh di trotoar. Saat itu suasana di tempat tersebut sedang sepi sehingga memudahkan aksi penculikan tersebut.

Ketika mobil penculik Itu sudah berlalu pergi, ponsel milik Veronica berdering, menandakan ada panggilan masuk. Namun, tidak ada yang menjawabnya.

Keenandra yang kala itu masih berada di kantor merasa heran karena tiba-tiba Veronica tidak membalas pesannya lagi. Dan ketika ditelepon pun tidak segera diresponnya.

Karena Keenandra merasa sangat penasaran maka dia pun meneleponnya. Namun, tetap saja tidak direspon oleh Veronica. 

“Aneh sekali, baru saja Vero berbalas pesan denganku, dan dia sangat fast respond, tetapi mengapa tiba-tiba saja slow respond seperti ini?”

“Bahkan aku telepon berulang kali pun tidak diangkatnya. Ada apa ini?” Keenandra bermonolog.

Keenandra yang saat itu tengah sibuk dengan berkas-berkas penting yang sedang ia tandatangani, seketika menghentikannya. Lantas, ia bangkit dan kembali berusaha untuk mencoba menelepon sang kekasih.

Akan tetapi, untuk yang kesekian kalinya Veronica tetap tidak mengangkat panggilan darinya. Karena rasa penasaran, akhirnya Keenandra memeriksa keberadaan Veronica melalui ponselnya. Karena dia telah memasang GPS atau global positioning system di ponsel milik Veronica.

Keenandra melihat lokasi keberadaan Veronica, lalu secepat kilat dia menyambar kunci mobil, dan dia bergegas menuju ke lokasi yang sudah diketahui olehnya.

Tidak berapa lama kemudian, dia telah sampai di lokasi tersebut. Mata Keenandra mengedari tempat tersebut, mencari keberadaan sang kekasih. Namun, dia tidak menemukannya.

Dia terus menggunakan ponsel miliknya untuk melacak posisi ponsel Veronica. Kakinya terus melangkah. Hingga akhirnya, dia menemukan benda pipih milik Veronica yang tergeletak di pinggir trotoar.

Karena lokasi tersebut saat itu masih sepi sehingga tidak ada yang menemukan handphone milik Veronica. Keenandra mengernyitkan keningnya, dia meraih handphone tersebut, dan benar saja bahwa itu adalah handphone milik sang kekasih.

“Vero ke mana, ya? Mengapa ponselnya ada di sini, sedangkan dia tidak ada? Mengapa perasaanku tiba-tiba tidak enak seperti ini?” Keenandra berbicara pada dirinya sendiri seraya melihat ponsel milik Veronica.

“Aku akan bertanya pada siapa? Sedangkan di sini terlihat sangat sepi. Jika memang terjadi apa-apa dengannya, pasti tidak ada yang mengetahui itu.” Lalu, Keenandra pun membawa ponsel tersebut dan pergi.

    ***

Sementara itu di tempat lain. Suasana yang gelap gulita dan berada di tempat sepi, Veronica terlihat sangat lemas karena dia baru saja siuman dari pingsannya.

Seketika dia membuka matanya. Dengan perlahan dia mengedarkan pandangan di sekitar tempat itu. Dan ternyata, dia berada di sebuah rumah kosong yang sangat gelap gulita dan sunyi.

Tangan dan kakinya diikat di sebuah ranjang. Veronica seketika merasa ketakutan, dia menarik-narik tangan dan kakinya, dia memberontak untuk melepaskan diri.

“Tolong! Tolong! Lepaskan saya!”

Veronica terus berteriak meminta tolong, tetapi tidak ada seorang pun yang menolongnya. 

Tidak berapa lama kemudian, suara pintu terdengar dibuka dari luar. Veronica menajamkan pandangannya, dia melihat dua orang laki-laki yang bertubuh besar dengan menggunakan topeng menghampirinya.

Dengan susah payah Veronica meneguk ludahnya dengan kasar, dia semakin merasa ketakutan. Detak jantungnya semakin berdetak kencang, tubuhnya gemetar karena rasa takut yang menderanya.

“Ternyata kau sudah sadar, Nona,” ujar salah satu laki-laki tersebut 

“Tuan, saya ada di mana? Dan mengapa kalian menculik saya? Tolong lepaskan saya.” Veronica berbicara dengan bercucuran air mata.

“Hahaha … tidak semudah itu, Nona. Karena Bos kami tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja. Dan nantikan kejutan berikutnya.”

“Apa maksud kalian? Bos kalian siapa? Saya tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain. Jadi, kalian pasti salah menculik orang.” Veronica terus berteriak.

Akan tetapi, percuma saja karena walaupun Veronica terus berteriak meminta dilepaskan, tetapi kedua laki-laki tersebut justru mentertawakannya. Mereka tidak memedulikan teriakan dan permohonan Veronica.

“Tuan-Tuan, saya mohon tolong lepaskan saya, dan tolong dengarkan saya bahwa saya tidak memiliki masalah dengan orang lain, apalagi dengan Bos kalian yang saya tidak tahu siapa orangnya.” Veronica terus memohon.

“Sudahlah, Nona, simpan saja omong kosongmu itu. Karena itu tidak akan berguna, dan kami tidak akan melepaskanmu! Kau cukup nikmati saja semua ini, dan sebentar lagi kau akan mendapatkan kejutan.”

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba seseorang berjalan masuk. Mata Veronica terus tertuju pada sosok laki-laki yang masuk ke dalam ruangan itu. Namun, karena keadaan yang sangat gelap, dia tidak bisa melihat dengan jelas, apalagi wajah laki-laki itu ditutupi oleh topeng.

“Hahaha … Bos, Anda sudah datang. Ini dia Cewek Cafe itu, Bos. Jika Anda ingin menikmati tubuhnya, silakan.” Salah satu dari laki-laki bertubuh besar itu berkata sembari tertawa terbahak-bahak.

“Kerja yang bagus, hahaha. Terima kasih atas kerja kalian. Aku akan menikmati tubuh wanita jalang ini yang sudah berpura-pura lugu.”

Veronica mengerutkan keningnya, dia mencerna kata-kata laki-laki tersebut, dan dia mempertajam pendengarannya. Dia merasa tidak asing dengan suara laki-laki itu, dia seperti mengenal suara itu.

Mata Veronica terbelalak lebar, ketika dia mengingat laki-laki tersebut yang ternyata merupakan pengunjung kafe yang menggodanya beberapa minggu yang lalu. Dan berakhir berurusan dengan Keenandra.

Ya … laki-laki tersebut adalah pelanggan Water Cafe yang sering mengunjungi tempat tersebut. Veronica sudah sangat mengenalnya. 

“Tuan Darwin?” gumam Veronica.

Gumamannya tersebut didengar jelas oleh laki-laki yang bernama Darwin itu. “Wow, Veronica, ternyata kau mengenal suaraku?!”

“Ya, Tuan, saya sangat mengenal suara Anda karena kita sering berbincang di saat saya sedang melayani Anda di kafe,” sahut Veronica.

“Ya, kau benar, dan itu di saat kau sedang melayaniku di kafe saja. Dan saat ini aku ingin kau melayaniku di atas ranjang, oke!”

Mata Veronica terbeliak mendengarnya. “Tuan, apa maksud Anda? Tolong jangan berbuat yang macam-macam pada saya.”

“Tidak macam-macam, Baby, tetapi hanya satu macam saja, ok?!”

GAIRAH CEWEK CAFE { TERBIT }Место, где живут истории. Откройте их для себя