24

38 11 27
                                    

"Dari mana saja kau jam segini baru pulang?" tanya Akhtar dingin.

Syeola yang baru saja menutup pintu terkejut melihat Akhtar yang sudah duduk di sofa ruang tamu dengan sorot mata tajam. Apakah laki-laki itu menunggunya sejak tadi? apa dia mencemaskannya?

Syeola mengulum senyumannya. "Ah ... aku abis membagikan makanan yang tidak kau makan tadi pagi," jawab Syeola.

"Kau---pulang lebih awal hari ini tuan?" tanya Syeola menaikkan sebelah alisnya.

"Kebetulan kerjaanku selesai lebih cepat," balasnya datar.

"Oh ... Alhamdulillah kalau begitu--"

"Dan kau, tidak perlu mengalihkan pembicaraan," sela Akhtar cepat.

"Kenapa kau berani-beraninya keluar rumah tanpa seizinku Syeola?" tanya Akhtar dingin. laki-laki itu menyatukan jari-jarinya dan menatap Syeola tajam.

"Maaf tuan aku lupa dan kau juga tadi pagi langsung pergi begitu saja aku jadi tidak sempat---"

"Lalu untuk apa ponsel yang kuberikan padamu?!" sela Akhtar meninggikan suaranya.

"Maaf..." gumam Syeola.

Akhtar menghela nafas kasar sembari menyugar rambutnya kebelakang. "Gadis bodoh!" gumamnya yang masih terdengar oleh Syeola.

Syeola menundukkan kepalanya entah kenapa Syeola tidak punya keberanian untuk menjawab karena ia memang merasa berada di posisi yang salah.

"Maafkan aku tuan, maaf sudah membuatmu khawatir," ucap Syeola.

"AKU TIDAK MENGKHAWATIRKANMU!" tukas Akhtar membuat Syeola terkesiap.

"Aku hanya benci melihatmu yang bertingkah seenaknya tanpa seizin dariku!" ucap Akhtar penuh penekanan.

"Aku tidak bermaksud begitu tuan, aku hanya ingin agar makanan itu tidak mubazir itu saja!" elak Syeola mulai terpancing emosi.

"Terserah apa katamu, aku tidak pernah minta untuk di buatkan sarapan," Balas Akhtar mengalihkan pandangannya.

Syeola tersenyum getir. "Aku hanya ingin sekali ... saja, kau mau sarapan bersamaku. apa itu salah?" tanya Syeola dengan mata berkaca-kaca.

"Dengar, sekali lagi aku tegaskan padamu. jangan bersikap bodoh seolah-olah kau benar-benar istriku karena aku tidak pernah benar-benar menganggapnya begitu."

"Keberadaanmu disini hanya seperti sebuah bayangan yang tidak begitu berarti untukku," sambung Akhtar.

Syeola merasa sedikit tertohok mendengar ucapan Akhtar. Tapi bukan Syeola namanya kalau ia tidak kebal dengan ucapan seperti itu. karena Syeola yakin jauh dari lubuk hatinya Akhtar adalah laki-laki yang baik.

Syeola mengangkat kepalanya menatap Akhtar dalam. "Baiklah, aku tidak keberatan meski kau menganggapnya begitu," ucap Syeola dengan air mata yang bercucuran.

"Dasar bodoh, ucapanmu tidak sesuai dengan ekspresimu!" ucap Akhtar bergidik ngeri melihat raut wajah Syeola yang terlihat aneh saat mengucapkannya.

"Sudahlah jangan menangis dasar cengeng!"

"Kau itu selalu ... saja menangis saat aku memarahimu, seperti anak kecil saja!" cecar Akhtar.

"Maaf tuan hiks ... aku sudah berusaha menahannya tapi air mata ini jatuh sendiri hiks," sahut Syeola polos.

"Cih ... Terserah kau saja, aku tidak peduli. aku tidak ada waktu untuk mendengarkan tangisan payahmu itu!" ketus Akhtar sembari beranjak dari duduk dan berjalan kebelakang meninggalkan Syeola sendirian. laki-laki itu benar-benar mengabaikannya.

Assalamualaikum mrs.androphobiaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora