penyusup pikiran

69.4K 3.3K 34
                                    

Molly mengepalkan tangannya mencoba jujur mengenai perasaannya yang sebenarnya, Molly melangkah mendekati Canon yang terus berjalan dan berkata, ''Sebenarnya kami han--''

"Hei!'' Molly menghentikan langkah serta ucapannya dan menoleh ke belakang. Dilihatnya Arga sudah berdiri dibelakangnya dengan tas menggantung disebelah bahunya.

Molly menatap sinis Arga yang mencegah kebenaran antara mereka berdua kepada Canon. ''Ayo ke kantin, aku lapar,'' seru Arga seraya menarik tangan Molly dan menggenggamnya, bahkan mereka berdua atau lebih tepatnya Arga menyeret Molly melewati Canon yang kebetulan arah kelasnya sama dengan arah ke kantin. Untuk sejenak Canon menghentikan langkahnya dan menatap kedua tangan yang saling berpegangan itu lalu tersenyum kecil.

Kantin cukup sepi hanya ada dua murid yang terlihat memesan roti bakar dan seorang murid yang terlihat sibuk menikmati secangkir teh sambil mengerjakan PR yang mungkin lupa ia kerjakan semalam. Molly didudukkan pada meja dekat dinding, sedangkan Arga pergi memesan makanan.

''Minumlah, apa kau sudah sarapan?'' tanya Arga datang membawa dua gelas susu putih dan sebuah roti bakar isi keju.

''Tentu saja, sarapan adalah elemen terpenting dalam program diet,'' ucap Molly dan beberapa detik kemudian ia memejamkan mata menahan rasa malu dan ketika kedua matanya terbuka Arga tak berekspresi apa-apa malah sibuk mengunyah sarapannya.

''Baguslah kalau kau memerhatikan hal itu,'' ucap Arga menatap Molly dengan anggukan kecil,

''Baiklah.. Sepertinya ini sudah tidak benar, aku akan tetap pada keputusanku untuk menolak menjalin hubungan denganmu..dan aku tak menerima kata TIDAK ADA PENOLAKAN!'' ucap Molly sekuat tenaga tanpa sadar berdiri dari kursi tempat ia duduk. Suara Molly cukup keras saat mengucapkan kata-kata itu hingga menarik perhatian murid yang datang ke kantin saat itu.

''Minumlah,'' ucap Arga santai lalu menyodorkan segelas susu membuat Molly bingung,

''Apa?''

''Kubilang minum,'' ucap Arga dengan nada tegas membuat Molly meneguk susu itu dengan sekali minum.

''Jadi kau sudah paham bukan?'' tanya Molly hati-hati dan pelan  namun Arga malah meminum susunya kemudian berdiri.

''Tentang apa?'' tanya Arga datar dan Molly melongo. Jadi tadi hanya sumbangan suara beraksara? pikir Molly kesal.

''Akhiri sandiwara ini,'' ucap Molly nyaris tidak terdengar. Arga bangkit dan beranjak pergi lalu bergumam.

''Tidak ada yang perlu diakhiri karena memulainya saja belum.''

Baru saja Molly akan membalas ucapan Arga, namun ia harus bersabar oleh bunyi bel sekolah tanda apel pagi.

Dengan malas Molly berjalan menuju lapangan sekolah, ia bisa menebak tatapan sinis dari penggemar Equidos terutama fans Arga seolah dirinya akan dilahap habis-habisan.

''Gimana jadi murid populer tahun ini?'' Lolita muncul dan merangkul bahu Molly.

''Sangat mengagumkan,'' ucap Molly terputus dan Lolita bukan simpati melihat tatapan yang mengarah pada sahabatnya itu malah terkekeh geli.

''Sesuatu yang bagus memang mahal harganya,'' celoteh Lolita berbaris disamping Molly.

''Bagus apanya? Kurasa produk yang kudapatkan seperti barang mahal yang sedang diskon 90%,'' balas Molly, tak tahu juga apa yang sedang ia bicarakan.

''E-ehem,'' seseorang berdehem dibelakang Molly dan saat ia berbalik untuk melihat orang itu matanya langsung melotot dan langsung menghadap ke depan kembali.

Arga dengan santai berdiri di belakangnya dan Molly memerhatikan sekelilingnya, murid-murid itu tidak menatap sinis bahkan tak meliriknya sedikitpun. Kurasa memang lebih baik, tapi bagaimana jika ia ketahuan sama guru sedang berbaris dibarisan anak kelas satu?

Be My Girl, I'm Yours Be Mine?Where stories live. Discover now